Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Ia Sedang Berpikir Bagaimana Mengatakannya



Ia Sedang Berpikir Bagaimana Mengatakannya

2Kening Mo Yesi seketika mengerut. Kesan Mo Yesi tentang kata 'menjilat layar' langsung buruk. Mo Yesi tidak ingin wanita lain menjilat layar. Yang boleh menjilatnya hanya Qiao Mianmian. Tapi, Qiao Mianmian adalah istrinya, Qiao Mianmian dapat melakukan apapun terhadap Mo Yesi kapanpun dan dimanapun, tampaknya menjilat juga tidak masalah.     

"Mianmian."     

Mo Yesi meraih tangan Qiao Mianmian, dan di bawah matanya yang sedikit terkejut, Mo Yesi berjanji dengan sungguh-sungguh. "Aku adalah milikmu. Tidak peduli kapanpun itu, aku adalah milikmu. Jadi, kau tidak perlu peduli apapun yang dikatakan wanita lain, mereka juga tidak mungkin mendapatkanku selamanya. Hanya kau yang berhak menggunakanku," kata Mo Yesi.     

"..." Qiao Mianmian terdiam.     

Mo Yesi tiba-tiba begitu serius, sehingga Qiao Mianmian merasa agak tidak nyaman. Tetapi Qiao Mianmian senang mendengar perkataan manis seperti ini. Qiao Mianmian bertemu mata pria itu yang dalam dan penuh kasih sayang, melengkungkan bibirnya menjadi senyuman, maju selangkah, berjinjit dan mengaitkan lengan putihnya yang lembut di lehernya.      

Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, Qiao Mianmian berkata kepadanya dengan nada mendominasi dan penuh kasih sayang, "Ya, Mo Yesi, kau adalah milikku. Jadi selain aku, kau tidak boleh tergoda dengan wanita lain. Dalam hidup ini, kau hanya boleh menjadi milikku seorang."     

*     

Demi kenyamanan Qiao Chen, Mo Yesi dan Qiao Mianmian menemukan sebuah restoran di dekat sekolah Qiao Chen.     

Setibanya di restoran, pelayan membawa mereka ke ruangan pribadi yang sudah dipesan sebelumnya.      

Setelah pelayan pergi. Qiao Chen duduk di seberang mereka berdua dengan ekspresi gelisah. Qiao Chen mengatupkan kedua tangannya, mengangkat matanya untuk melihat Mo Yesi sambil berkedip-kedip, kemudian menatap Qiao Mianmian. "Kakak, kakak ipar, ada urusan apa kalian mencariku? Apakah ... apakah ada masalah dengan operasiku?"     

Karena Qiao Chen bersekolah di sekolah berasrama, jadi biasanya Qiao Mianmian mencari Qiao Chen pada akhir pekan atau hari libur. Jarang sekali Qiao Mianmian pergi ke sekolah untuk menemui Qiao Chen saat bukan hari libur.     

Qiao Chen merasakan ada sesuatu. Qiao Chen melihat ekspresi ragu-ragu Qiao Mianmian saat akan bicara, itu semakin menyakinkan dugaan di dalam hati Qiao Chen.     

Sesuatu terjadi pada kakak perempuannya.     

Setelah berpikir ke sana-kemari, Qiao Chen berpikir bahwa kemungkinan besar ada kaitannya dengan operasi yang akan dilakukan Qiao Chen.     

"Bukan, ini tidak ada kaitannya dengan operasimu." Melihat ekspresi gelisah di wajah Qiao Chen, Qiao Mianmian takut Qiao Chen berpikir sembarangan, sehingga Qiao Mianmian buru-buru menyangkal. "Kakak iparmu mengatakan bahwa dia akan bisa melakukan operasi padamu setelah beberapa saat, dan sama sekali tidak ada masalah dengan operasimu."     

"Tidak ada kaitannya dengan operasiku?"     

Qiao Chen menghela napas lega dan pada saat yang bersamaan menjadi semakin penasaran. "Kalau begitu, ada urusan apa? Kakak, kakak ipar, kalian mencariku pasti ada sesuatu yang kalian ingin katakan kepadaku, kan?"     

Qiao Mianmian mengerutkan bibirnya, menundukkan kepala untuk melihat Mo Yesi. Qiao Mianmian sedang berpikir bagaimana mengatakannya. Bahkan jika Qiao Mianmian dan Qiao Chen memiliki hubungan baik, Qiao Mianmian tidak tahu bagaimana reaksi Qiao Chen setelah mengetahui identitasnya yang sebenarnya.     

Entah Qiao Chen bisa menerima atau tidak. Tapi tidak peduli apapun itu, hal ini pada akhirnya harus diberitahukan kepada Qiao Chen.     

Mo Yesi menatap mata Qiao Mianmian, memegang tangannya dan meremasnya dengan ringan. Mo Yesi menggunakan matanya untuk memberi isyarat agar Qiao Mianmian tidak khawatir.     

Setelah itu, Qiao Mianmian menarik tangannya, dan mengalihkan pandangannya ke Qiao Chen. Setelah berpikir sejenak, Mo Yesi berkata perlahan-lahan, "Chenchen, aku dan kakakmu memanggilmu hari ini karena memang ada sesuatu yang ingin dikatakan padamu hari ini."     

Qiao Chen sudah menebak, jadi reaksinya juga tenang.     

"Iya, kakak, kakak ipar, kalian langsung saja mengatakannya padaku." Qiao Chen berhenti sejenak, jelas bahwa Qiao Chen masih gugup, tapi berpura-pura tenang. "Tidak peduli masalah apapun itu, aku bisa menanggungnya."     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.