Diam-Diam Menikah Dengan Konglomerat

Aku Kira Aku Melihat Seorang Peri yang Turun Ke Bumi



Aku Kira Aku Melihat Seorang Peri yang Turun Ke Bumi

0Perasaan krisis Mo Yesi benar-benar serius.     

Bagi Qiao Mianmian, satu set perhiasan seharga 100.000 yuan sangatlah mahal. Tapi Qiao Mianmian tahu konsep konsumsi Mo Yesi. Jadi bagi Mo Yesi, harga satu set perhiasan ini dianggap sangat murah. Setelah mengetahui bahwa harganya tidak terlalu mahal hingga tidak masuk akal, Qiao Mianmian juga tidak memiliki beban psikologis. Perhiasan yang terlalu mahal membuat Qiao Mianmian sangat tertekan saat memakainya. Qiao Mianmian akan selalu khawatir bagaimana jika perhiasan itu hilang.     

"Waktunya juga hampir tiba, ayo kita pergi." Qiao Mianmian pada awalnya tidak berencana pergi ke perjamuan makan malam itu bersama dengan Mo Yesi. Saat itu, keduanya masih belum mempublikasikan hubungan percintaan mereka. Karena sekarang sudah diumumkan, wajar saja jika mereka datang bersama. Dan juga tidak perlu bersembunyi lagi.     

*     

Perjamuan ulang tahun diadakan di rumah keluarga Bai. Tamu undangan adalah beberapa teman baik Nyonya Bai dan Tuan Bai, serta beberapa teman Bai Yusheng sendiri. Rumah keluarga Bai sama seperti keluarga Mo, berada di pinggiran kota.     

Satu setengah jam kemudian, Qiao Mianmian dan Mo Yesi tiba di rumah Bai. Setelah turun dari mobil, mereka melihat sudah banyak orang yang datang.     

Mata Yan Shaoqing sangat tajam. Yan Shaoqing segera menemukan mereka begitu Qiao Mianmian dan Mo Yesi turun dari mobil. Yan Shaoqing melambaikan tangannya sambil berlari kecil dengan wajah penuh dengan senyuman.     

"Kakak Kedua, Kakak Ipar."     

Yan Shaoqing berinisiatif menyapa dengan ramah. Mata bunga persik yang ramping dan menawan pada awalnya ditujukan pada Qiao Mianmian dengan santai, tapi setelah melihat dari dekat, matanya seketika langsung menatap lurus. Dengan keterkejutan yang tidak bisa disembunyikan di mata bunga persiknya, Yan Shaoqing menatap lurus ke arah Qiao Mianmian tanpa berkedip.     

"Wow." Setelah menatap Qiao Mianmian sebentar sebentar, Yan Shaoqing bersiul pada Qiao Mianmian dengan terkejut dan memuji dari lubuk hatinya, "Kakak Ipar, kau sangat cantik hari ini. Aku baru saja mengira bahwa aku melihat seorang peri turun ke bumi. Kau begitu cantik sampai membuat wanita lain hanya terlihat seperti wanita dengan lapisan bedak. Kakak Ipar, apakah kamu tidak takut dicemburui beberapa wanita?"     

Penampilan Qiao Mianmian adalah tipe yang disukai Yan Shaoqing. Suara Qiao Mianmian juga merupakan suara kesukaannya. Dapat dikatakan, jika Qiao Mianmian sudah bukan kakak iparnya, Yan Shaoqing pasti akan mengejar Qiao Mianmian.      

Tapi Yan Shaoqing tahu bagaimana menahan diri. Jadi tidak peduli seberapa besar Yan Shaoqing menyukai Qiao Mianmian, setelah mengetahui bahwa tidak memiliki harapan, Yan Shaoqing juga masih mampu melepaskan keinginan itu. Yan Shaoqing memiliki kesan yang baik terhadap Qiao Mianmian sekarang. Tapi, Yan Shaoqing tahu betul tempramen Mo Yesi, Yan Shaoqing tidak berani mencabut bulu di pantat harimau, jadi Yan Shaoqing juga menyembunyikan sedikit pikirannya yang tidak cukup dalam.     

Qiao Mianmian merasa malu dengan pujian Yan Shaoqing yang terus terang. Tepat saat Qiao Mianmian hendak menanggapi dengan rendah hati, Qiao Mianmian tiba-tiba mendengar Yan Shaoqing berteriak kesakitan, "Aduh!"     

Qiao Mianmian melihat alis Yan Shaoqing yang gelap berkerut menjadi bola, membungkuk, dan satu tangannya menutupi betis dan lututnya, sambil berteriak meratap kesakitan, "Kakak Kedua, apa yang kau lakukan? Kakiku hampir patah! Aduh, sakit!"     

"Kau pantas mendapatkan rasa sakit itu." Mo Yesi menatap Yan Shaoqing tanpa simpati sama sekali, mata dan suaranya sangat dingin. "Jika kau menatapnya lagi, patah kaki adalah hal yang ringan. Aku akan mencungkil matamu."     

Yan Shaoqing bergumam. Setelah mengosok-gosok lututnya, Yan Shaoqing mengangkat kepalanya dan ada keluhan di matanya, "Kakak Kedua, kau juga terlalu pelit, kakak ipar bahkan tidak mengatakan apa-apa. Siapa yang tidak ingin melihat peri yang begitu cantik seperti kakak ipar? Reaksiku ini sangatlah normal.     

"Terlebih lagi, aku memuji kakak ipar. Kakak Kedua, apakah mungkin kau tidak merasa bangga? Orang lain ingin dipuji olehku, tapi aku tidak mau memujinya."     

Tatapan mata Mo Yesi menjadi dingin. "Apakah kau masih ingin ditendang lagi?"     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.