Aku Sedikit Iri
Aku Sedikit Iri
Chen Youran membalikkan badan. Tampaklah Ji Jinchuan dan seorang pria yang sangat tampan mendatanginya. Masing-masing dari kedua pria itu memegang segelas sampanye di tangan mereka. Dia belum pernah bertemu dengan Lu Jingnian. Jadi, dia tidak tahu bahwa pria yang datang bersama Ji Jinchuan adalah pemilik acara hari ini.
Xu Chengyan memperhatikan dua pria yang datang mendekat. Kemudian berkata sambil tersenyum, "Selamat kepada Tuan Lu atas kelahiran anak-anak Anda."
Lu Jingnian mengenakan setelan jas dan sepatu kulit. Wajahnya tampak sangat bermartabat. Bisa dilihat bahwa dia sedang berada dalam suasana hati yang baik saat ini. Dia selalu memunculkan senyum di wajahnya setiap waktu.
"Kalau Xu Shao merasa iri, maka lakukan lebih banyak upaya." Ketika berbicara, bibir Lu Jingnian memunculkan senyum cibiran yang tampak lucu dan samar-samar melirik pendamping wanita Xu Chengyan.
Meskipun Xu Chengyan adalah pria playboy kelas kakap dan selalu berada di tengah-tengah ribuan bunga, tetapi dia tidak pernah meninggalkan benih di dalam bunga-bunga itu. Mendengar cibiran Lu Jingnian, dia ikut tertawa.
Dari percakapan mereka, Chen Youran bisa tahu bahwa pria di depannya adalah Lu Jingnian. Baru saja akhir-akhir ini dia mendengar para selebriti berbicara tentang Lu Jingnian dan istrinya. Mereka semua mengatakan bahwa Nyonya Lu menikah dengan seorang suami yang baik.
Melihat Chen Youran menatapnya, Lu Jingnian berkata sambil tersenyum, "Halo, aku Lu Jingnian."
Chen Youran merasa sedikit tersanjun dan kehilangan kesadaran, tetapi itu hanya sesaat. Dia menjawab dengan lembut dan ramah, "Halo, Tuan Lu. Namaku Chen Youran. Selamat atas bertambahnya dua anggota baru di keluarga Anda."
Lu Jingnian telah hidup selama hampir 30 tahun. Hari paling bahagia di dalam hidupnya adalah hari ini, selain hari pernikahannya. Dia bahkan hampir tidak bisa menutup mulutnya. Dia pun berkata. "Terima kasih."
Acara jamuan makan Lu Jingnian penuh dengan teman ataupun orang-orang yang berhubungan baik dengannya dalam dunia bisnis. Di tengah-tengah jamuan makan, beberapa tamu undangan berteriak karena melihat kemunculan bayi Lu Jingnian. Dia pun tidak punya pilihan lain, selain meminta pelayan untuk menurunkan kedua bayi itu.
Chen Youran melihat bahwa hubungan antara Ji Jinchuan dan Lu Jingnian tidak biasa. Kemudian dia bertanya, "Apakah kamu pernah mengenal Tuan Lu sebelumnya?"
Ji Jinchuan menundukkan kepalanya dan dengan asal menggoyangkan sampanye di tangannya, "Teman kuliah."
Pantas saja, batin Chen Youran.
Ketika Lu Jingnian mendengar percakapan antara Ji Jinchuan dan Chen Youran, dia mengambil alih pembicaraan, "Ji Jinchuan dulunya adalah pria terbaik di kampus. Kami berdua selalu bersama di setiap ujian. Di tahun kedua, aku mendapatkan tiga poin lebih tinggi darinya dalam kalkulus. Maka saat itu, dia menyiksaku dengan bermain basket sepanjang sore. Dia juga mengatakan kalau dia gagal dalam ujian berikutnya, dia akan memenggal kepalaku dan menendang bola untukku."
Mendengar itu, Chen Youran terkekeh. Dia tidak menyangka bahwa orang yang dewasa dan bijaksana seperti Ji Jinchuan juga melakukan hal-hal yang kekanak-kanakan di masa mudanya. Tetapi, sepertinya itu memang sifat aslinya.
Ji Jinchuan melihat Lu Jingnian yang berkata dengan penuh semangat. Kemudian, dia menimpali dan berkata, "Kamu adalah dewa laki-laki di hati semua gadis pada saat itu. Bahkan istrimu pun terpesona olehmu. Aku iri dengan kegigihan dan semangatmu pada saat sekolah menengah yang kemudian kamu bawa kebiasaan itu hingga ke universitas. Aku iri dengan ketekunan itu."
Ji Jinchuan dan Lu Jingnian membicarakan mengenai masa kuliah mereka. Sementara Chen Youran hanya diam dan hanya mendengarkan emosi yang menggebu-gebu kedua pria itu saat bercerita.
"Untungnya aku tidak salah telah memilihnya. Aku selalu merindukannya setiap saat. Aku hampir mati jika tidak bersamanya. Tuhan sangat baik kepadaku…" kata Lu Jingnian. Separuh kalimatnya tiba-tiba terhenti. Kemudian, dia berjalan dengan cepat menuju ke aula.
Chen Youran mendongak dan melihat seorang wanita cantik yang berdiri di tangga di luar aula. Wanita itu menggendong seorang bayi di tangannya. Pipi polosnya tampak halus dan lembut. Kulitnya juga sangat putih, seperti porselen. Rambut hitamnya tersampir di bahunya, membuat pipinya yang halus dan putih tampak lebih cerah.