Aku Ingin Pulang (2)
Aku Ingin Pulang (2)
Ji Jinchuan mendekat, kemudian mengambil rokok dari tangan Chen Youran. Sementara Chen Youran seketika mengerutkan keningnya dan tampak tidak puas dengan tindakan Ji Jinchuan, "Apa yang kamu lakukan?"
Ji Jinchuan tidak bertanya sejak kapan Chen Youran belajar merokok, tetapi malah berkata dengan lemah, "Berhentilah merokok…"
"Kamu terlalu ikut campur." Chen Youran menatap Ji Jinchuan dengan dingin.
"Aku melakukan ini untuk kebaikanmu," jawab Ji Jinchuan dengan ekspresi wajah yang terlihat sama.
"Kalau ada waktu senggang seperti ini, lebih baik digunakan untuk mencari sumsum tulang belakang yang tepat untuk Nuonuo."
Chen Youran bergerak berniat mengambil kotak rokok di atas meja, tetapi Ji Jinchuan lebih dulu mengambilnya. Chen Youran pun menatapnya dengan sorot mata marah yang kuat. Melihat bahwa Ji Jinchuan menatap dirinya selama beberapa saat dengan matanya yang gelap dan hangat, dia merasa semakin kesal. Dia berjalan melewati pria itu menuju ke kamar pasien dan mengambil tasnya di sofa. Dia kemudian berjalan cepat, membuka pintu kamar, dan pergi.
Ji Jinchuan dengan cepat mengikuti Chen Youran. Dia lalu berkata, "Jangan terlalu khawatir. Aku telah meminta Xiao Cheng untuk menemukan donor sumsum tulang belakang yang tepat."
Chen Youran tidak melihat ke belakang sama sekali. Dia berjalan lurus ke depan dan mengepalkan jari-jarinya yang memegang tasnya sedikit demi sedikit. Saking keras kepalan tangannya, dia bahkan merasa mati rasa.
Setelah keluar dari rumah sakit, Chen Youran mengemudi tanpa tujuan yang pasti. Dia hanya merasa hatinya seperti kota yang tandus. Dia tidak ingin pergi ke perusahaan atau pulang. Tetapi kecuali dua tempat itu, dia tiba-tiba menyadari bahwa dia tidak punya tempat untuk pergi sama sekali. Di dunia ini, dia sepertinya ditakdirkan untuk ditinggalkan dan selalu menemui ujung jalan buntu.
Akhirnya, mobil melaju ke sanatorium dan dia pergi menemui Lin Xia. Ketika tiba disana, dia mendorong dan membuka pintu kamar pasien. Seorang perawat tampak sedang memijat Lin Xia. Ketika dia datang, perawat itu tersenyum dan menyapanya, "Nyonya Lin…"
Chen Youran ingin tersenyum, tetapi otot-otot wajahnya tampak membeku. Jadi, dia hanya menganggukkan kepalanya dengan ringan. Lalu, dia bertanya, "Bagaimana kondisinya dalam dua hari ini?"
Perawat menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Masih sama."
Chen Youran berjalan mendekat dan hendak meletakkan tasnya di atas meja. Ketika melihat bunga di atas meja, dia merasa curiga dan akhirnya bertanya kepada perawat, "Siapa yang datang ke sini pagi ini?"
"Seorang pria," jawab perawat itu.
"Seperti apa ciri-cirinya?" tanya Chen Youran lagi. Lin Mo'an biasanya datang menemui Lin Xia sepulang kerja, jadi sudah pasti pasti bukan dia.
"Pria itu berusia sekitar 30 tahunan. Dia tampan dan tinggi. Dia datang sebanyak tiga atau lima kali dalam seminggu, biasanya di pagi hari," jawab perawat itu dengan rinci.
Setelah mendengar penjelasan itu, Chen Youran berpikir sejenak. Lin Xia tidak punya teman dan tidak ada yang tahu dia ada di sini. Menurut deskripsi dari perawat itu, dia memikirkan Huo Hanqian.
"Apa nama keluarga pria itu Huo?"
"Saya bertanya kepadanya, tetapi dia tidak mengatakannya." Perawat itu menggelengkan kepalanya.
Chen Youran yakin 90% atas tebakannya bahwa pria itu Huo Hanqian adalah benar. Dia kembali bertanya, "Apa yang dilakukannya setiap kali dia datang?"
"Dia berbicara dengan Nyonya Lin Xia dan memijatnya."
Chen Youran sedikit mengernyit, "Apa kamu mendengar apa yang dia katakan?"
Perawat itu menggelengkan kepalanya, "Saya tidak mendengar detailnya, tetapi saya mendengar kalau dia sepertinya menyebutkan sesuatu sebelumnya."
Chen Youran terdiam. Setelah Shen Xiaoke dipenjara, tidak ada kabar dari Huo Hanqian. Sekarang dia malah menemukan fakta bahwa pria itu sering datang menemui Lin Xia. Apa karena dia mengetahui sifat asli Shen Xiaoke, lalu dia berpikir kalau Lin Xia lebih baik dari Shen Xiaoke? Atau karena dia menyukai Lin Xia sejak awal hingga akhir, tetapi Lin Xia memiliki Lin Mo'an di hatinya, jadi dia mencari pelampiasan dengan menerima Shen Xiaoke? Gumamnya dalam hati.
Dari terakhir kali Huo Hanqian memandang Lin Xia, Chen Youran merasa bahwa jawaban dari pertanyaannya adalah dugaan yang terakhir.