Mencuri Hati Tuan Su

Nostalgia Terakhir



Nostalgia Terakhir

1Aroma tembakau yang kuat ini sangat berbeda dengan aroma milik Su Mohan, yang mana kurang elegan dan lembut, namun lebih maskulin.     

Xiang Tianqi memeluk Ye Fei dengan erat, sangat erat, seolah-olah ia sedang mencoba mengingat suhu tubuhnya. Ia perlahan-lahan menutup mata untuk menyembunyikan raut kerumitan di wajahnya.     

"Xiang ... Tianqi, kamu…" Begitu tubuh Ye Fei merasa kaku, ia segera mendorong pria di depannya.     

Sadar akan tindakan Ye Fei, Xiang Tianqi langsung melepaskan tangannya, kemudian ia mengusap kepala Ye Fei dan berkata, "Jaga dirimu."     

Karena pelukan itu datang dengan tiba-tiba dan agak canggung, Ye Fei tidak tahu harus berkata apa untuk sesaat. Jadi ia hanya menganggukkan kepala dan berkata, "Kamu juga."     

"Ponselnya sudah diperiksa, tidak ada yang aneh." Xiang Tianqi memberikan ponsel itu kepada Ye Fei, tapi seketika langsung menyadari bahwa kalung di leher Ye Fei telah hilang.     

Pandangan Xiang Tianqi jatuh pada meja makan di belakang Ye Fei. Ia melihat sebuah kotak perhiasan yang sangat indah, bisa terlihat dalam setiap ukiran dan pengerjaannya yang dilakukan dengan teliti. Xiang Tianqi langsung bisa menebak.     

Ye Fei mengambil ponselnya dan mengucapkan terima kasih dengan lembut, lalu ia diam.     

Malam itu, Ye Fei dan Xiang Tianqi makan bersama. Ketika mereka kembali, mereka mampir ke Humanity in Heaven untuk mengambil cuti dengan kepala karyawan, kemudian Ye Fei istirahat lebih awal. Pada hari ini, Su Mohan tidak mencarinya. Sampai lebih dari jam 8 keesokan harinya, ponsel Ye Fei akhirnya berdering.     

"Sudah bangun?" Su Mohan bertanya melalui telepon.     

"Ya, sudah." Ye Fei mendengar suara yang akrab itu dan menjawab dengan lembut.     

"Aku akan menjemputmu untuk makan malam nanti." Su Mohan berkata dengan suara yang dalam.     

Ye Fei mengerutkan keningnya, kemudian berbohong, "Hari ini paman pergi ke perusahaan untuk bekerja, aku mungkin harus menemani kakek."     

Orang di sisi lain telepon terdiam selama beberapa saat. Sampai-sampai Ye Fei mengira Su Mohan tidak akan berbicara lagi. Akhirnya Su Mohan pun berkata, "Aku mengerti."     

Mendengar Su Mohan akhirnya menutup telepon, Ye Fei menghela napas lega. Tapi siapa yang menduga, baru saja ia menutup telepon, namun ponselnya berbunyi lagi, membuat Ye Fei segera ketakutan dan berkeringat dingin.     

Melihat nomor yang tertera di layar, Ye Fei langsung merasa lega. Ternyata itu adalah telepon dari kakeknya. Ia mengira Su Mohan menghubunginya lagi.     

"Feifei, orang-orang yang membantumu memindahkan barang-barang sudah sampai di bawah. Setelah kamu mengambil barang-barangmu hari ini, kamu bisa langsung memindahkannya, atau jika ingin menunggu dua hari lagi juga boleh." Song Zhenhai berbicara perlahan.     

"Aku mengerti, Kakek."     

"Selain itu, aku sudah menyiapkan nomor ponsel dan kartu bank baru untukmu. Jika kamu ingin semuanya berjalan lancar, jangan gunakan yang lama. Kalau masih punya urusan yang harus diselesaikan, kamu bisa menunggu beberapa hari lagi sebelum pergi," kata Song Zhenhai lagi.     

Song Zhenhai perlahan membuka mulutnya. Ia tampaknya khawatir apakah ia akan mendesak Ye Fei terlalu keras. Tapi pada akhirnya, ia tidak punya cara lain lagi. Song Zhenhai sudah tua sekarang. Ia tidak tahu berapa tahun lagi sisa umurnya. Anak itu terus hidup dimanja sejak masih kecil. Ditambah lagi sekarang tidak ada bedanya dengan tanpa ayah dan tanpa ibu. Bagaimana ini bisa membuatnya merasa tenang?     

"Baiklah, aku mengerti." Ye Fei memegang ponsel dengan erat dan menjawab kalimat kakeknya.     

Setelah Song Zhenhai menutup telepon, ia menghela napas dan bersandar di kursi roda dengan mata tertutup. Ia berharap Ye Fei bisa pergi ke luar negeri dengan lancar. Tapi entah kenapa, ia selalu memikirkan cara Su Mohan mengikatkan syal untuk Ye Fei malam itu. Begitu ia memikirkannya, ia akan merasa tidak nyaman. Song Zhenhai berharap pria itu tidak memiliki perasaan pada Ye Fei.     

Setelah semua barang di kamarnya itu dipindahkan, Ye Fei akhirnya menatap rumah sewaan yang kecil ini dengan sorot nostalgia. Dapat dikatakan bahwa ini adalah tempat tinggalnya yang terlama selain kediaman keluarga Ye. Lebih penting lagi, ada banyak kenangan tentang pria itu di rumah tua ini.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.