Meminta Keberuntungan Untuk Diri Sendiri
Meminta Keberuntungan Untuk Diri Sendiri
Tang Zifeng berdiri di belakang Tang Jinlong dan memberi isyarat agar Ye Fei dan Xiang Tianlai duduk di seberang Tang Jinlong.
Ruangan itu sunyi dan senyap, tetapi butiran tasbih kayu cendana merah berputar lebih cepat dan semakin cepat, membuat pernapasan orang lain juga ikut menjadi lebih cepat.
Tiba-tiba …
Suara tasbih yang berputar tiba-tiba berhenti, membuat Ye Fei dan Xiang Tianlai tidak bisa menahan perasaan sedikit gugup.
Tang Jinlong perlahan membuka matanya yang keruh. Ia menatap Ye Fei sambil tersenyum lalu berkata dengan ringan, "Jadi kamu yang bernama Ye Fei." Meskipun Tang Jinlong memang tersenyum, Ye Fei tidak pernah berpikir bahwa pria di depannya akan menyukainya.
"Memang sedikit cantik, tidak heran Anak Ketiga tidak patuh kepadaku demi dirimu," kata Tang Jinlong ringan.
Hati Ye Fei menegang.
Tidak patuh? Mungkinkah Su Mohan masih menanggung perlawanan besar agar bisa bersamanya? Namun, ia tidak pernah mendengar Su Mohan menyebutkan tentang itu.
"Seekor burung elang yang telah menjadi dewasa akhirnya bisa terbang[1]. Menurutmu apa yang biasanya aku lakukan jika ada yang tidak mematuhiku, serta diam-diam membantu orang lain?" Tang Jinlong sedikit mencondongkan tubuh ke depan, lensa tebalnya memantulkan cahaya, sehingga Ye Fei tidak bisa melihat matanya.
Ye Fei mengepalkan tangan di samping kakinya dan berkata sambil terkekeh, "Jika seekor elang sudah dewasa tentu saja dia harus terbang. Tetapi seekor elang yang bisa terbang selalu lebih baik daripada seratus ekor udang berkaki lunak[2]."
Tang Jinlong sedikit terkejut. Tang Zifeng yang ada di belakangnya juga mengangkat kepalanya dan melirik Ye Fei, lalu wajahnya kembali seperti semula, tanpa ekspresi.
Tidak lama kemudian Tang Jinlong tertawa terbahak-bahak. "Hahahaha … Cukup menarik."
Wajah Ye Fei masih memiliki senyum yang tidak terpengaruh di wajahnya. Faktanya, ia masih belum selesai berbicara. Tidak peduli seberapa tinggi elang itu terbang, selama orang yang melatih elang memiliki keahlian, orang itu bisa menjinakkannya.
Tetapi pada saat ini, Tang Jinlong jelas sedang membandingkan Su Mohan dengan seekor elang yang bisa terbang. Sedangkan dirinya adalah alat tawar-menawar yang digunakan Tang Jinlong untuk mengendalikan Su Mohan.
Ye Fei merasakan sedikit ketidakberdayaan di hatinya. Ia merasa bahwa dirinya akan selalu menjadi beban bagi Su Mohan.
Tetapi Ye Fei juga tahu bahwa pemikiran seperti itu tidak dapat diterima. Bagaimanapun, kehidupan Su Mohan terlalu rumit. Jadi saat ini, ketika ia tidak memiliki kemampuan untuk bertarung, yang bisa ia lakukan hanyalah menunda waktu sebanyak mungkin.
Tang Jinlong sedikit menahan senyumnya. Sengan ekspresi itu, Ia menoleh ke arah Xiang Tianlai yang ada di samping Ye Fei, lalu berkata lagi, "Menurutmu apa yang akan aku lakukan?"
Xiang Tianlai tidak tertawa, mata hitamnya yang cerah menghadap ke arah Tang Jinlong tanpa rasa takut. Setelah itu ia berkata dengan suara yang dalam, "Kamu akan mematahkan sayapnya, mencungkil matanya, mengawasinya dalam keadaan yang menyedihkan, kemudian membiarkannya tidak bisa terbang lagi."
"Oh?"
"Kamu tidak akan membunuhnya, tetapi kamu tidak akan membiarkan siapa pun menantang otoritasmu." Xiang Tianlai melanjutkan.
Tang Jinlong mengangguk, matanya berkeliaran di antara Ye Fei dan Xiang Tianlai. "Menarik, sangat menarik, benar-benar usia yang penuh energi."
"Aku sudah memberi Su Mohan dan Yin Shaolong waktu tiga hari. Sampai pukul sebelas siang, jika tidak ada dari mereka yang membawa apa yang aku inginkan, maka kalian berdua hanya bisa meminta keberuntungan untuk sendiri." Tang Jinlong berbicara dengan ringan, terlihat asing dan menyeramkan.
Ye Fei dan Xiang Tianlai menatap jam alarm di atas meja kopi pada saat yang bersamaan.
Jika Su Mohan dan Yin Shaolong gagal membawa apa yang Tang Jinlong inginkan, apa yang akan Ye Fei dan Alai hadapi?
[1] Sebuah metafora yang menggambarkan seseorang sudah dapat melakukan sesuatu secara mandiri.
[2] Udang berkaki lunak memiliki arti yang menghina, kebanyakan digunakan dalam dialek Kanton, untuk menggambarkan orang yang takut melakukan sesuatu atau melarikan diri.