My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Spin Off - Ashley (7) \'Ashley Merasa Bingung\'



Spin Off - Ashley (7) \'Ashley Merasa Bingung\'

0Malam itu, Ashley menghubungi Chleo untuk meminta pendapatnya mengenai perjodohan yang telah direncanakan keluarganya secara diam-diam.     

"Jadi pamanmu sengaja memanggilmu ke atas hanya agar kau dan calonmu saling mengenal? Tapi pamanmu tidak pernah pergi meninggalkan kalian berdua?"     

"…"     

Kenapa Ashley merasa Chleo merasa kesal dengan pamannya karena tidak meninggalkan pasangan muda yang hendak saling mengenal?     

Bukankah tujuannya dia memberitahu masalah ini pada Chleo karena Ashley sedang merasa galau dengan perasaannya sendiri?     

Ashley tidak yakin apakah dia mau menikah dengan Dario atau tidak. Dia sama sekali tidak bisa membayangkan dirinya hidup bersama pria itu seumur hidupnya.     

Ashley memang menyukai pemuda itu dan merasa nyaman disaat bersamanya. Tapi… disaat dia memikirkan pernikahan, entah kenapa pikirannya tiba-tiba menjadi blank.     

"Hhhh… Sepertinya aku salah menghubungimu. Aku akan memutuskan panggilan."     

"Ah! Tunggu dulu, aku hanya bercanda." cegah Chleo dengan nada jenaka membuat Ashley memutar matanya dengan malas. "Sebenarnya apa yang membuatmu bingung? Kalau kau menyukai pria itu, kau tidak perlu khawatir. Menilai dari caramu menjelaskan karakter orang itu, aku bisa lihat dia adalah orang baik dan istimewa. Aku yakin dia akan memperlakukanmu seperti ratu kalau kalian menikah. Apalagi aku dengar, keluarga Heinest tidak pernah membiarkan wanita bekerja mencari uang. Aku rasa kau tidak akan diperbolehkan bekerja begitu kalian menikah nanti."     

"Sepertinya begitu."     

"Bukankah itu bagus? Kau selalu bercita-cita ingin menikah dengan orang yang akan mengizinkanmu tidak bekerja. Dengan begitu, kau bisa mengatur rumah, merawat anakmu sendiri dan juga memiliki energi lebih untuk melayani suamimu. Entah apakah kau menyadarinya atau tidak, kurasa dia adalah pria idamanmu."     

"Benar. Dia adalah pria idamanku. Jadi sebaiknya aku menerimanya?"     

Terdengar suara tawa dari arah seberang sana membuat Ashley bingung.     

"Ash, itu adalah pilihanmu. Kalau kau yakin kau ingin menghabiskan seluruh kehidupanmu bersamanya, aku sarankan kau tidak perlu ragu lagi. Tapi, jika kau tidak yakin dengan perasaanmu, kurasa kau perlu menunda pertunangan kalian terlebih dulu. Kenapa kau tidak bicarakan dengan kedua orangtuamu?"     

Membicarakannya dengan ayah atau ibunya?     

Mereka berdua tidak ada bedanya dengan pamannya. Mereka akan memotong semua kalimatnya jika perkataannya tidak sesuai dengan harapan mereka.     

Dengan cara mereka sendiri, mereka selalu berhasil membuat Ashley mengikuti keinginan mereka.     

Satu-satunya anggota yang mau mendengarkan suaranya, hanyalah kakeknya.     

Sayangnya, kakeknya sedang berlibur di suatu tempat dan sedang tidak ingin diganggu.     

"Aku tidak bisa bicara dengan mereka. Mereka tidak akan mendengarkanku."     

"Cobalah terlebih dulu. Atau, kau juga bisa membicarakannya dengan orang itu."     

"HA?? Apa kau gila? Untuk apa aku membicarakan hal ini padanya? Dia bahkan tidak memberitahuku bahwa kami dijodohkan."     

Sekali lagi Chleo tertawa mendengarnya. "Kalau begitu apa yang kau pusingkan? Kenyataan dia belum membahasnya denganmu, itu berarti dia juga masih merasa ragu. Selama dia tidak membahasnya duluan, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Lagipula, dalam menjalin hubungan, sudah kewajiban bagi para pria yang pusing dan berjuang dalam mengejar pasangan hidupnya. Kita para wanita hanya menyambut mereka saat datang atau menolak mereka jika kita tidak menyukai mereka."     

Axelard yang sedang menemani putra mereka bermain mengangkat sebelah alisnya mendengar kalimat terakhir istrinya.     

"Aiya, Chleo. Aku harap Axelard tidak mendengar kalimatmu itu. Kalau tidak, dia akan menjadi sedih."     

"Benarkah? Apakah kau merasa sedih mendengarku berbicara seperti ini?" Chleo menoleh kearah suaminya sambil bertanya dengan ekspresi polos tanpa ada maksud apa-apa.     

Sementara Ashley menjadi diam seribu bahasa tidak menyangka Axelard berada di dekat Chleo mendengarkan segala percakapan mereka.     

"Aku akan menjadi sedih kalau kau menolak perasaanku."     

Ashley menepuk jidatnya mendengar suara Axel dari seberang sana sementara Chleo tersenyum lebar mendengar jawaban suaminya.     

"Lihat, kan? Dia tidak akan merasa sedih karena aku sudah menerima perasaannya dan terikat dengannya seumur hidupku."     

"Hhhh… Sepertinya percuma bicara dengan orang yang sudah buta akan cinta. Lebih baik aku mengakhiri percakapan ini sebelum aku benar-benar menjadi gila."     

Chleo semakin tertawa mendengar gerutu sahabatnya. Semenjak dia berdamai dengan masa lalu dan menikah dengan suaminya, Chleo lebih sering tersenyum dan tertawa. Dia bahkan lebih mudah tertawa sehingga mulutnya sudah membentuk sebuah senyuman dengan sendirinya walaupun sebenarnya dia tidak sedang tersenyum.     

"Ash, lupakan masalah ini terlebih dulu dan pikirkan apa yang hatimu inginkan. Disaat pria itu melamarmu, barulah kau boleh merasa pusing. Tapi, setidaknya jika kau sudah tahu apa yang kau inginkan, aku yakin kau tidak akan merasa pusing ketika saat itu tiba."     

Ashley merenungkan tiap kalimat yang terucap dari mulut sahabatnya. Apa yang dikatakan Chleo memang benar. Untuk apa dia memusingkan masalah ini disaat pria itu sama sekali tidak mengungkapkan apa-apa padanya?     

Toh, yang merencanakan perjodohan ini adalah para senior dan dia belum pernah mendengar jawaban seperti apa yang diberikan Dario mengenai perjodohan ini.     

Bisa jadi, pria itu berpura-pura mendekatinya untuk menyenangkan kedua orangtuanya, padahal Dario sama sekali tidak berminat untuk menikahinya.     

Lagipula, mereka pernah dijodohkan enam tahun yang lalu, namun tidak ada kepastian dan pria itu tidak pernah sekalipun mengunjunginya.     

Itu sebabnya, ada kemungkinan Dario tidak berniat menjadikannya istri namun bersikap ramah padanya hanya untuk menuntaskan kewajibannya sebagai anak yang baik.     

"Kurasa kau benar. Terima kasih, Chleo. Aku senang aku bisa membicarakan hal ini padamu. Walaupun kau meledekku di awal, tapi kau telah membantuku."     

"Siapa yang meledekmu?" Chleo tertawa kecil merespon 'tuduhan' Ashley.     

"Baiklah. Aku akan membiarkanmu kembali pada keluarga kecilmu. Aku tidak mau berubah menjadi patung es karena menyita waktumu."     

Chleo tertawa saat mendengar kata 'patung es' dari sahabatnya.     

"Selamat malam."     

"Sampai jumpa. Semoga beruntung."     

Ashley melempar tubuhnya ke atas ranjang hingga punggungnya menabrak matras kasurnya. Matanya memandang ke arah langit-langit atapnya dengan tatapan kosong.     

Dia menghirup oksigen sedalam-dalamnya lalu menghembuskannya secara perlahan. Dia memutuskan untuk tidak memikirkan perjodohan ini dulu.     

Selama Dario tidak pernah membuka bahasan mengenai perjodohan ini, dia juga tidak perlu memikirkannya.     

Malang baginya karena keesokan harinya disaat dia bertemu dengan Dario, paman Aaron meninggalkan mereka berdua di ruang kantor sang direktur utama dan pemuda itu menjatuhkan bom begitu saja.     

"Ashley, aku tahu sekarang bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakannya. Tapi aku ingin tahu, apakah keluargamu ada menyebutkan sesuatu? Misalnya, perjodohan kita?"     

"…" Ashley merasa jantungnya berhenti saat itu juga disaat mendengar pertanyaan pemuda itu.     

"Aku tahu ini terlalu cepat untuk kita karena kita baru saja bertemu minggu lalu. Tapi aku sangat menyukaimu dan juga, aku merasa senang jika kau mau menerima perjodohan ini."     

ASTAGA!     

Disaat dia memutuskan untuk tidak memikirkannya, kini pria itu membicarakan mengenai perjodohan mereka!?     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.