Stanley - Harmonie
Stanley - Harmonie
"Aku sudah mengatakannya dengan jelas. Bisakah kau memeriksa pegawaimu untuk mencarinya?"
Diego tidak punya pilihan lain selain meminta bantuan Axelard. Dia sudah melihat hasil rekaman cctv di sekitar kantor administrasi yang diretas Stanley. Hasil cctv tersebut memang menunjukkan Chleo masuk kedalam, tapi tidak menunjukkan Chleo keluar dari ruangan itu. Bahkan tidak menampakkan siapapun yang keluar masuk ruangan itu selain Chleo.
Audrey juga memeriksa kamera tersebut dan memastikan bahwa kamera itu berjalan dengan baik tanpa adanya gangguan ataupun hasil editan.
Apakah mungkin, penculiknya sebenarnya adalah…
Bukan manusia?
'Tapi asal kau tahu. Selama ancaman bahaya yang kau maksudkan berasal dari manusia, kau pasti bisa melindungi keluargamu. Tapi… jika bukan berasal dari manusia, bahkan program ciptaan paman sekalipun tidak akan bisa membantumu.'
Diego ingat betul akan peringatan pamannya. Jika seandainya musuhnya adalah manusia, maka dia yakin keluarganya pasti bisa mengalahkan musuhnya. Tapi kalau ternyata yang mengincar kakaknya bukan manusia…
Itu sebabnya Diego meminta bantuan Axel karena tahu Axelard adalah raja biru. Dia tahu Axel pasti bisa menemukan kakaknya.
"Ini adalah gelang yang kau berikan untuk kakakku, kan?" untuk meyakinkan Axelard bahwa situasi saat ini sangat genting, Diego menyerahkan gelang berhiaskan batu opal pada Axel.
"Darimana kau menemukan ini?"
"Di kantor administrasi di lantai tiga. Sepertinya orang yang menculik kakakku tidak normal. Dia bisa mengetahui ada alat pelacak pada gelangnya."
"…"
Diam-diam Axelard memanggil Falcon untuk mencari Chleo dari langit. Meskipun sangat lemah, dia masih merasakan ikatan dari bibit energi yang dia tanamkan pada jari manis Chleo. Energi tersebut tidak bergeming ataupun bergetar menandakan Chleo tidak terluka.
"Aku mengerti, aku pasti akan menemukannya. Tapi, kenapa kau lebih mencariku daripada keluargamu? Apa… kau tahu siapa aku?"
"Yang mana? Apakah Axelard, atau Harry McKenzie?"
"…" Darimana Diego tahu namanya di kehidupan masa lalunya.
"Tidak peduli kau itu siapa, tapi aku tahu, kau adalah raja biru. Iya kan?"
Diego mengira Axelard akan tampak sangat terkejut mendengar ucapannya, dia malahan ingin sekali melihat tampang syok dari pria itu. Dia ingin sekali membuat pria itu merasa bersalah atas apa yang telah diperbuatnya di masa lalu terhadap kakaknya.
Anehnya, ekspresi pria itu sangat datar. Terlalu datar malah, seolah sama sekali tidak merasa bersalah ataupun menyesal. Hal ini membuat Diego semakin marah tapi langsung teredam karena mengingat Axel sedang amnesia. Axel sama sekali tidak ingat apapun yang terjadi di kehidupan masa lalunya.
Baguslah kalau begitu. Karena jika Axelard mengingatnya, mungkin Diego akan menghajarnya hingga puas karena masih belum bisa memaafkan pria itu yang sudah menyakiti kakaknya.
"Kau tidak tampak terkejut, sepertinya kau sudah menebak aku sudah tahu identitasmu."
"Bukankah saat ini yang terpenting adalah mencari Chleo? Sebaiknya kau kembali pada keluargamu, aku akan memastikan Chleora pulang dengan selamat."
Diego ingin sekali membantah, tapi memutuskan untuk mengikuti saran pria itu. Saat ini dia tidak bisa berbuat apa-apa. Meskipun ada Vectis bersamanya, Vectis tidak akan bisa menemukan kakaknya bila sudah keluar dari hotel ini. Biar bagaimanapun Vectis tidak memiliki kemampuan melacak. Makhluk itu hanya bisa melacak dan melindungi anak 'terberkati' pilihannya saja.
Diego hanya bisa pasrah dan kembali pada keluarganya. Dia bekerja sama dengan Stanley untuk terus memantau daerah sekitar melalui satelit tanpa mengundang curiga dari anggota keluarga lainnya.
Mereka masih belum tahu siapa dan apa tujuan penculik Chleo. Jika mereka bermaksud jahat pada keluarga Regnz dengan menculik putri sulung mereka, sebaiknya mereka tidak membuat Vincent serta Cathy menjadi panik yang mana akan membuat penculiknya bersukacita.
Untuk saat ini Diego menyerahkan pencarian Chleo pada sang raja biru.
"Kau tampak tenang meskipun kita masih belum menemukan kakakmu." bisik Stanley merasa heran dengan sikap tenang keponakannya.
"Mana mungkin aku bisa tenang? Aku hanya pasrah pada orang itu untuk menemukan kakakku."
"Orang itu?"
Diego tidak bicara apa-apa lagi dan segera menghambur bergabung dengan saudara-saudara sepupunya.
"Papa, ada apa?"
Stanley menoleh kearah putrinya yang kini menggenggam tangannya dengan tatapan penuh keheranan.
Stanley tampak bimbang memandangi wajah putrinya yang masih kecil, lalu kemudian dia memutuskan untuk memberitahunya. Dia bersimpu dengan satu kaki agar putrinya tidak perlu mendangak keatas ketika berbicara dengannya.
"Moni, sepertinya, kak Chleo menghilang."
"Hm? Apa maksudnya menghilang?"
"Ada yang membawanya pergi diam-diam… sepertinya seseorang menculiknya."
"…" mulut Harmonie terbuka lebar serta mata membulat mendengarnya.
Kak Chleo diculik? Bagaimana bisa? Kapan? Bukankah tadi siang kak Chleo berangkat bersama pemuda tampan bermata biru? Dan lagi, kenapa ayahnya memberitahunya yang masih kecil ini alih-alih memberitahu orang dewasa lainnya.
Ada begitu banyak pertanyaan yang berkecamuk dalam pikiran Moni membuatnya tidak bisa berpikir dengan benar. Namun sebuah kalimat ayahnya yang berikutnya membuatnya tercengang menghentikan sistem kerja otaknya.
"Apakah kau bisa menemukannya?"
Apa maksudnya ayahnya mengutarakan pertanyaan ini?? Moni memandang lurus sepasang mata coklat sang ayah sedang mencari tahu apakah ayahnya sedang bercanda atau tidak.
Tidak.
Sepasang mata coklat tersebut penuh dengan keyakinan yang kuat seolah tahu apa yang sedang dibicarakannya.
"Pa…papa tahu?"
"Tentu saja aku tahu. Kau adalah putriku, tidak ada satupun yang kulewatkan jika menyangkut anak-anakku."
Mata Harmonie mulai berkaca-kaca mendengarnya. "Sejak kapan?"
"Hm… bagaimana kalau kita membicarakan hal ini nanti? Saat ini yang terpenting adalah menemukan posisi kakakmu." ucap Stanley lembut sambil mengusap puncak kepala putrinya. "Kau tidak perlu menangis. Aku tidak akan memberitahu siapa-siapa."
"Termasuk mama?"
"Termasuk mama."
Moni mengangguk sambil tersenyum dengan sangat manis.
"Papa, aku masih sangat kecil, aku tidak akan bisa melacak keberadaannya, tapi aku bisa mendengar suaranya. Jika seandainya kak Chleo berteriak, aku akan mendengar suaranya dan langsung tahu dimana dia. Tapi…"
"Tapi?"
"Aku harus berada di tempat yang sangat tinggi."
Stanley berpikir sejenak memikirkan tempat tinggi yang sangat cocok untuk putrinya. Tempat apa yang lebih cocok daripada puncak hotel ini sendiri?
Stanley memberitahu istrinya akan mengajak Harmonie keluar sebentar dengan alasan putrinya sudah merasa bosan di tempat ini. Setelahnya Stanley menyuruh Audrey untuk meretas cctv di tiap koridor yang akan dilaluinya agar tidak ada yang melihat mereka sedang menuju ke atas atap hotel ini.
Begitu mereka ada di atas atap, Stanley mengaitkan kancing mantel bulu Moni agar putrinya tidak kedinginan sebelum membiarkan anak itu berjalan ke tengah-tengah atap.
Ketika ayahnya sedang mengeratkan kaitan mantelnya, Moni mendongak keatas dan melihat burung elang putih berputar diatasnya. Tampaknya burung tersebut juga kebingungan mencari Chleora.
Setelah ayahnya selesai mengancingkan jaketnya, Moni berjalan ke tengah-tengah tidak memperdulikan burung tersebut.
Moni memejamkan matanya sejenak lalu berbisik pada angin, "Kak Chleo, berteriaklah. Hanya satu suara, aku akan mendengarmu."
Kemudian matanya kembali terbuka menunjukkan bola mata kuning keemasan disusul dengan hembusan angin yang mengitarinya lalu bergerak menyebar ke empat penjuru.