Saling Bertanya
Saling Bertanya
Tentu saja Chleo merasa sangat senang menerima panggilan pemuda itu yang sudah dianggap seperti keluarganya sendiri. Dia juga menceritakan kini dia bekerja di sebuah perusahaan fashion yang sedang berkembang di Seattle.
Alexis menyelamatinya dan mereka berdua berbincang-bincang layaknya seorang sahabat. Hanya saja kali ini Chleo agak menahan diri dan tidak bersikap intim seperti yang sudah-sudah. Dia tahu begitu Alexis kembali ke Amerika, dia akan menolak perasaan pemuda itu. Karena itulah dia mulai sedikit menjaga jarak.
Dia tidak ingin memberi pengharapan bagi pemuda itu disaat bersamaan dia tidak ingin hubungannya dengan Alexis menjadi rusak. Biar bagaimanapun Alexis masih memiliki tempat di hatinya. Baginya, Alexis adalah seorang kakak yang tidak pernah bisa dia miliki.
Apakah dia egois? Sepertinya iya. Tapi inilah Chleora Regnz yang sebenarnya. Dia sudah terbiasa mendapatkan apapun yang ia mau. Kedua orangtuanya serta kedua pamannya akan memastikan Chleo mendapatkan apapun yang ia inginkan.
Ralat. Yang sebenarnya kedua pamannya yang akan memastikan dirinya mendapatkan apapun yang ia mau. Sedangkan ayahnya… terkadang Vincent akan mengerem dan tidak memberikan semuanya pada Chleo. Hanya Vincent yang tega melihatnya menangis bila keinginannya tidak dituruti.
Yah, kini Chleo sudah mengerti. Ibunya memberinya pengertian dengan penuh kesabaran. Semua yang dilakukan ayah dan ibunya adalah demi kebaikannya. Mereka ingin memanjakan Chleo disaat bersamaan tidak ingin putri mereka tumbuh menjadi anak yang manja dan liar. Mereka tidak ingin Chleo memiliki karakter yang arogan, sombong, atau sifat jelek lainnya yang dimiliki anak orang kaya pada umumnya.
Dan ternyata mereka berhasil. Chleo memang tidak sombong, dia juga tidak liar. Meskipun sesekali dia akan bersikap manja, tapi kemanjaannya masih dalam batas wajar. Anehnya, Chleo malah lebih menikmati hidup sebagai orang biasa. Karena itulah dia ingin menikmati kehidupan 'normal'nya selama berkuliah di Seattle.
Hal ini membuat Vincent kaget setengah mati dan membutuhkan waktu cukup lama untuk rela melepaskan kepergiannya.
Chleo tertawa kecil mengingat ekspresi ayahnya ketika mengantarnya ke bandara dua tahun lalu untuk berkuliah di Seattle. Ayahnya sungguh aneh sekali. Beliau ingin putrinya mandiri, tapi malah tampak tidak rela melepasnya pergi ketika Chleo memutuskan berusaha mandiri.
Vincent bahkan tidak mengizinkannya kerja part time di Seattle selama kuliah. Sungguh luar biasa sekali sang ayah. Chleo sama sekali tidak mengerti jalan pikiran ayahnya. Yang bisa dia lakukan hanyalah menuruti kemauan ayahnya. Setidaknya, dia bisa hidup sebagai Chleo West selama tiga tahun ini. Setidaknya dia tidak perlu meladeni teman-teman yang hanya tertarik pada latar belakangnya saja. Dengan begini dia bisa fokus pada studinya dan lulus tanpa hambatan.
Chleo juga bersyukur karena selama seminggu dia bekerja di perusahaan fashion milik Dexter ini lumayan berjalan lancar. Yah, hingga detik ini Mrs. Montgomery masih menjadikannya sebagai pesuruh dan melarangnya ikut campur dalam urusan mendesign.
Namun Chleo cukup merasa terhibur akan lelucon yang kadang dilontarkan Jay. Mikey dan lainnya juga memberinya semangat membuatnya tidak terlalu bersedih. Tapi penghiburannya yang paling besar adalah ketika Axel mengunjunginya sesekali di jam istirahatnya.
Entah kenapa begitu melihat wajah pemuda itu, rasa kecewanya lenyap seketika. Begitu melihat senyuman pria itu, hatinya kembali menjadi ringan dan bahagia.
Hanya saja, ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Dia merasa penasaran apa pekerjaan Axel serta usia pemuda itu. Selama ini dia mencoba untuk bertanya tapi entah kenapa selalu saja ada kejadian yang membuatnya lupa bertanya.
Karena itu dia memutuskan untuk bertanya pada pemuda itu.
"Axel, kau keberatan aku bertanya sesuatu yang pribadi?"
"Misalnya?"
"Misalnya seperti usiamu, atau pekerjaanmu dan juga… apa kau memiliki kekasih?" wajah Chleo langsung terasa panas begitu pertanyaan terakhir keluar dari mulutnya.
Chleo sama sekali tidak menyangka lidahnya akan bergerak mengeluarkan kalimat ini. Dia menyalahkan lidahnya yang tidak bisa dikekang disaat bersamaan merasa berterima kasih.
Sepertinya pertanyaan terdalam yang membuatnya penasaran setengah mati memang adalah pertanyaan terakhir ini.
"Aku tidak keberatan. Kau boleh bertanya padaku asalkan aku juga boleh bertanya padamu."
"Tentu saja." Balas Chleo dengan sangat antusias. "Siapa yang memulai duluan?"
"Kau bisa mulai dulu."
"Baiklah. Uhm… apa nama keluargamu?"
"Aku tidak punya nama keluarga." Jawab Axel dengan datar membuat Chleo terkejut. "Jangan salah paham. Aku bukannya tidak ingin memberitahumu nama keluargaku, tapi aku memang tidak memilikinya. Namaku hanya Axelard. Semenjak aku lahir, ibuku hanya memberiku satu nama saja."
"Ah… ternyata begitu."
Entah apakah ini adalah kabar bagus atau tidak mengetahui Axel tidak memiliki nama keluarga. Kabar bagusnya ayahnya tidak akan bisa menyelidik latar belakang Axel dengan mudah. Kabar buruknya ayahnya mungkin akan menentang hubungan mereka karena latar belakang pemuda tersebut yang tidak diketahui.
Ayahnya tidak suka akan ketidakpastian. Dan beliau lebih memilih bersikap waspada dan berhati-hati jika menghadapi sesuatu yang belum ditemukan kepastiannya.
"Sekarang giliranku. Apakah rambutmu selalu hitam seperti ini?"
Chleo agak bingung mendengar pertanyaan ini. Memangnya anehkah warna rambutnya hitam? Bukankah rambut pemuda itu juga hitam seperti dirinya?
"Iya. Semenjak lahir rambutku memang hitam seperti ini."
Axel hanya tersenyum mendengarnya. Chleo sama sekali tidak mengerti arti tatapan sedih yang terpancar pada mata pemuda dihadapannya.
Mengapa Axel merasa sedih kalau semenjak lahir rambutnya bewarna hitam?
"Berapa usiamu?" Chleo tidak membiarkan Axel dilanda kesedihan lebih dalam lagi dan langsung melancarkan pertanyaan selanjutnya.
"Bagaimana menurutmu? Berapa usiaku sekarang?"
"Ah? Uhm.." Aduh, Chleo sama sekali tidak menyangka dia akan disuruh menebak usia pemuda tersebut. "25? 26? Keputusan terakhirku 26."
Sekali lagi Axel tersenyum dengan sangat menawan membuat jantung Chleo kembali berdebar liar.
"Aku salah?"
"Di kartu identitasku tercatat aku lahir di tahun 2010."
Mendengar ini sepasang mata coklat Chleo melebar. 2010?! Itu berarti orang ini 11 tahun diatasnya!
Astaga! Dia telah jatuh cinta pada orang 11 tahun lebih tua darinya.
[author : Ehem.. Chleo, jarak kalian jauh lebih dari 11 tahun ya :face_with_hand_over_mouth::face_with_hand_over_mouth:]
"Hahaha…" Chleo tertawa gugup. "Aku sama sekali tidak mengira kau jauh diatasku. Tadinya kupikir kau hanya dua tahun diatasku."
Axel tertawa kecil mendengar kalimat terakhirnya. "Jika kau mengira aku hanya 2 tahun diatasmu, kenapa kau menebak usiaku adalah 26?"
"Itu karena… tampaknya Dexter bersikap hormat padamu. Jadi kupikir kau pasti diatas usia Dexter. Karena itulah aku hanya menebak-nebak sekitar 25 atau 26. Tapi aku sama sekali tidak menyangka ternyata kau sudah berusia 31 tahun."
'Sebenarnya aku akan berusia 1 abad dalam beberapa tahun lagi.' Sambung Axel dalam hatinya.
"Apakah mungkin kau merasa aku terlalu tua untukmu?"
"Ha? Tidak! Tentu saja tidak! Aku sama sekali tidak menganggap seperti itu. Aku sama sekali tidak keberatan bersamamu. Ah, maksudku bukan itu. Maksudku.. uhm maksudku…"
Axel tersenyum geli melihat kebingungan gadis cantik didepannya. Ah, ekspresi gadis itu ketika kebingungan sungguh menggemaskan sekali.