My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Hampir Tergoda



Hampir Tergoda

0Semalaman Kinsey tidak tidur karena sibuk membaca buku-buku yang 'dipinjam' oleh Stanley.     

Buku pertama yang dibacanya cukup menarik. Dia sama sekali tidak menyangka ada organisasi rahasia bernama 'Black Zero Operation' serta serigala merah jantan yang akan memimpin pasukan serigala untuk memburu raja merah disebut 'Supreme Alpha'.     

Zero...     

Alpha...     

Ternyata Savannah Paxton menggunakan nama ini untuk pengawal elit miliknya. Tidak heran topeng yang dipakai Alpha berbentuk wajah serigala bewarna merah, sementara topeng Zero bewarna hitam dengan bentuk wajah manusia.     

Sepertinya kedua orangtua Savannah tidak hanya memberitahukan mengenai asal usul leluhur mereka, tapi juga mitos yang ada di negeri asal mereka.     

Lalu serigala merah betina yang akan menjadi pasangan dari Alpha disebut Luna. Rupanya mereka sudah memiliki nama sejak sebelum dilahirkan, tapi karena tidak ada yang peduli sehingga Merah mengira dirinya tidak memiliki nama.     

'Aku, lebih suka nama Luna daripada Merah.' sahut Merah setuju membuat Kinsey tersenyum geli.     

Buku kedua yang dibacanya menceritakan tentang cara kerja kekuatan pengendalian cuaca raja merah. Jika dilatih dengan benar, meski dalam waktu emosi sekalipun, cuaca tidak akan berubah mengikuti emosinya. Bahkan raja merah bisa menimbulkan badai serta mengendalikan cuaca tanpa melibatkan emosi. Namun jika emosinya lepas kendali, cuaca akan berubah drastis mengikuti emosi raja merah. Marah, sedih dan juga kebencian.     

Namun disaat raja merah merasa senang, cuaca tidak akan berubah. Sebagai gantinya, lingkungan disekitarnya yang akan berubah. Tanaman akan berbunga dengan serempak, para binatang ikut menari dengan bersukacita. Bahkan kupu-kupu atau kunang-kunang disekitarnya akan datang mendekat.     

Membaca ini Kinsey mengulas senyum. Dia teringat beberapa kejadian dimana bunga-bunga bemekaran dengan misterius dan burung-burung terbang dengan riang disekitar Katie. Kini dia mengerti alasannya.     

Sekarang dia bisa dengan mudah membaca perasaan Katie. Dia tahu telah curang dan tidak adil bagi Katie. Tapi tetap saja, Kinsey sama sekali tidak bisa tidak merasa senang dan bahagia mengetahui rahasia kecil ini.     

'Merah, aku merindukan Kinsey. Apakah sebaiknya aku menghubunginya lebih dulu? Tapi.. hapenya ada padaku. Dan juga... bagaimana kalau dia menganggapku terlalu lengket dengannya? Apa yang harus kulakukan?'     

Senyuman Kinsey semakin lebar. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena diam-diam mendengarkan semua curahan hati Katie pada Merah.     

Kinsey meletakkan buku di atas tumpukan buku yang sudah dibacanya, lalu mengambil ponselnya yang lain dan segera menghubungi Katie.     

"Wah, Kinsey. Bagaimana kau bisa mendengar isi hatiku?" itulah kalimat pertama yang diucapkan Katie begitu mengangkat panggilannya.     

"Memangnya apa isi hatimu?" Kinsey menahan tawa kecilnya dan berpura-pura tidak tahu.     

"Itu.. aku.. aku merindukanmu." bisik Katie dengan sangat pelan karena terlalu malu.     

Di ujung sana, Katie merasa lega karena Kinsey tidak tahu seperti apa wajah yang dipasangnya saat ini. Katie sama sekali tidak tahu kalau Merah menatapnya dengan intens yang berarti Kinsey juga melihat wajah merona yang memesona dari Katie.     

"Katie." panggil Kinsey dengan suara berat.     

"Hm?"     

Aku mencintaimu. Itulah yang ingin disampaikan Kinsey pada Katie. Tapi disaat ingin mengucapkannya, dia merasa tenggorokannya tercekat.     

Apakah benar dia mencintai Katie? Kenapa sekarang dia meragukan perasaannya sendiri? Tidak. Dia yakin dia sangat mencintai Katie. Dia akan melakukan apapun untuk membahagiakan wanita itu dan berbahagia disisinya. Dia akan melakukan apapun untuk melindunginya dan membuatnya selalu tersenyum. Kalau bukan cinta.. lalu apa nama perasaannya ini?     

Benar. Ini pasti cinta.     

"Perasaan bersalah. Itulah perasaanmu yang sesungguhnya."     

Deg! Kinsey menurunkan ponselnya mencari sumber suara tadi.     

Siapa? Siapa yang bicara? Kinsey berjalan mengitari seisi suitenya dengan waspada. Apakah ada penyusup?     

Namun dia tidak merasakan kehadiran manusia didalam suite hotelnya. Aneh sekali, jelas-jelas telinganya mendengar suara itu. Dan apa katanya tadi? Perasaan bersalah? Apakah dia merasa bersalah pada Katie?     

Jika seandainya dia tidak mengingkari janjinya dan tinggal di Jerman; jika seandainya dia nekat menghampiri Katie di depan gedung agensinya meskipun gadis itu tampak memiliki kekasih; maka mungkin... mungkin Katie tidak akan diculik dan mengalami kejadian mengerikan enam tahun yang lalu.     

Apakah benar.. perasaan yang dirasakannya adalah rasa bersalah?     

"Kinsey? Kinsey?! Kau disana?"     

Lamunan Kinsey langsung buyar saat mendengar suara Katie dari speaker hapenya.     

"Hm. Aku masih disini. Sudah malam, sebaiknya kau tidur."     

Melalui penglihatan Merah, Kinsey bisa melihat ekspresi kecewa pada Katie membuat perasaan bersalahnya semakin besar.     

"Baiklah. Selamat malam."     

"Selamat malam."     

Kinsey memutuskan untuk berbaring sambil memejamkan matanya. Dia bahkan tidak merespon disaat Merah memarahinya karena telah membuat Katie sedih.     

Merah terus mengomel berjam-jam karena tampaknya Merah tidak mendengar suara yang didengar Kinsey.     

Kinsey ingat dia pernah mengalami hal ini sebelumnya. Waktu itu suara itu bertanya apakah dia menginginkan kekuatan raja merah.     

Apakah Kinsey menginginkannya? Mungkin iya. Jika dirinya dulu yang belum menemukan adik perempuannya, atau dulu yang belum membereskan politik internal diantara Paxton, mungkin dia akan menginginkannya.     

Tapi sekarang tidak. Saat pertama kali adiknya tahu dia pernah masuk ke dunia bawah, adiknya menangis hampir seminggu dan terus membujuknya untuk tidak lagi berhubungan dengan orang rendahan.     

Karena itu dia berjanji pada adiknya untuk melepaskan anak buahnya, termasuk Honda. Dan semenjak James serta Martin ditangkap, Kinsey memusatkan perhatiannya pada bisnis ayahnya. Semenjak itu, dia murni menjadi pebisnis dan tidak lagi terlibat dalam pertarungan yang bisa membahayakan nyawanya.     

Meski begitu hanya Honda selalu siap untuknya sehingga begitu Kinsey memanggilnya untuk ikut ke Jerman, pemuda itu sama sekali tidak menolak.     

Sekarang... demi melindungi Katie yang ternyata bukan manusia biasa, dia harus menggunakan semua aset yang dimiliki kembali.. termasuk Honda, pembunuh bayarannya.     

Jika adiknya mengetahuinya, dia tahu dia pasti akan kena omelan besar. Tapi dia tidak peduli. Yang dia pikirkan adalah keselamatan Katie.     

"Kau yakin?"     

Kinsey menutup kedua telinganya dengan headset sambil menyalakan musik keras. Dia tidak tahu darimana suara itu berasal. Jika dia bisa mendengar suara namun tidak melihat manusia hanya ada satu kemungkinan.     

Suara itu bukan berasal dari manusia. Karena itu dia memilih untuk tidak menggubrisnya.     

Sementara itu Ode yang sedang termenung di dalam bungalo miliknya mendesah berat.     

"Kinsey, jangan pernah tergoda dengan tawarannya. Begitu kau menerimanya, Katalina akan mati saat itu juga." gumam Ode dengan sedih.     

Tentunya Kinsey tidak bisa mendengar apa yang diucapkan Ode. Malahan dengan suara musik keras di headsetnya, Kinsey masih mendengar suara misterius itu cukup jelas.     

"Begitu kau mendapatkannya, kau akan bisa menguasai dunia. Tidak hanya melindungi keluargamu, tapi kau juga bisa menghabisi semua musuhmu dengan mudah. Kau yakin kau tidak ingin memiliki kekuatannya? Semua orang menginginkan kekuatan sang raja merah."     

Kinsey bangkit berdiri bersamaan dengan melempar headsetnya ke samping. Lalu dia beranjak keluar dari kamar sambil melihat kesekelilingnya.     

"Siapapun itu, bukankah tidak sopan kau tidak menunjukkan dirimu. Jika kau memiliki nyali, keluar dan tunjukkan dirimu!" tantang Kinsey ke arah kosong dimana tidak ada siapapun disana.     

Suara itu malah tertawa meledek dan sangat terdengar jelas ditelinganya. Kinsey menangkap suara itu dari berbagai sudut ruangan sehingga dia tidak bisa menemukan dimana letak persisnya.     

"Aku tidak berbentuk, tuanku. Tapi kalau kau menerimaku, mungkin kau akan bisa melihatku."     

"Menerimamu? Apa maksudmu?"     

"Coba pikirkan kembali kekuatan yang akan kau miliki. Coba bayangkan bagaimana rasanya memiliki kekuatan yang dimiliki raja merah."     

Kinsey terpaku pada tempatnya berdiri disaat dia merasakan ada hembusan angin disekitarnya. Jendela tertutup rapat, tidak ada angin yang masuk dari luar. Lalu darimana angin ini berasal? Dan lagi kenapa dia merasakan angin berputar mengelilingi tubuhnya? Tidak hanya itu, kenapa dia merasa dia mulai tergoda dengan tawaran suara itu?     

Bukan. Dia merasa pikiran dan tubuhnya telah dikendalikan. Ini bukan dirinya. Kinsey tahu kalau ini salah, tapi dia tidak bisa melawan suara itu. Semakin lama suara misterius itu berbicara, semakin lama suara itu mengikatnya dan menggodanya untuk menerima tawarannya. Untuk pertama kalinya Kinsey merasa tak berdaya dan putus asa.     

"Apa yang kau lakukan?"     

Tiba-tiba sebuah suara lain membuyarkan lamunannya bersamaan dengan menghilangnya hembusan angin yang menari di sekelilingnya. Kinsey juga tidak mendengar suara misterius itu lagi. Tiba-tiba saja suara itu menghilang dan kini pikiran serta tubuhnya dalam kendalinya lagi.     

Kinsey menghembuskan nafas lega dan terlebih lega lagi saat melihat Stanley berdiri diujung pintu kamar dengan ekspresi bingung.     

"Kupikir kau ada didalam kamarmu sendiri? Bagaimana kau bisa masuk kemari?"     

Stanley mengangkat sebelah alisnya, masih dengan senyuman khasnya. "Kau lupa aku ini siapa?"     

Kinsey tidak menjawab. Dia hanya berjalan untuk duduk di sofa. Entah kenapa tubuhnya terasa berat dan dia merasa letih luar biasa.     

Stanley ikut duduk di sofa yang berhadapan dengan Kinsey sambil merenungkan sesuatu. Saat ini mata Kinsey terpejam karena itu dia tidak akan melihat ekspresi serius yang ada pada wajah Stanley.     

"Tuan.. akan lebih baik anda memberitahunya." sebuah suara yang sama beberapa saat lalu terdengar melalui headset bluetooth Stanley.     

Pada akhirnya, Stanley memutuskan untuk memberitahunya sebelum kejadian buruk terjadi dan akan membuat Kinsey menyesal seumur hidup.     

"Kinsey, kau sudah membaca semuanya?" Stanley mengajuk ke arah buku-buku yang 'dipinjamnya'.     

"Sebagian." jawab Kinsey singkat tanpa membuka kelopak matanya.     

"Kita tidak punya waktu lagi." Stanley bangkit berdiri dan berjalan ke arah tumpukan buku. Dia memilah dan mengambil dua buku yang harus segera dibaca oleh Kinsey. "Paling tidak baca dua buku ini, setelah itu kita harus bicara."     

"Aku akan membacanya besok. Bukankah kau baru mengembalikannya besok lusa? Kita masih memiliki waktu."     

"Bukan itu maksudku. Bukankah kau mendengar suara aneh yang mendesakmu untuk menerima kekuatannya?"     

Kinsey sama sekali tidak mengantisipasi pertanyaan itu. "Darimana kau tahu?"     

"Semakin lama kau tinggal disini, semakin keras dan jelas pula suara itu. Satu-satunya jalan adalah kau harus kembali ke Amerika dan jangan kembali ke Jerman dalam kurun waktu sepuluh tahun. Tapi aku tahu kau tidak akan pulang ke Amerika tanpa wanita itu. Jadi mustahil memaksamu pulang ke Amerika."     

"Apa yang kau sembunyikan?" Sepasang mata Kinsey menyipit memandang Stanley dengan curiga.     

"Tidak ada yang kusembunyikan. Aku hanya bisa memberitahumu satu hal. Begitu kau menerima tawarannya, kekuatan raja merah pada Katalina akan berpindah ke dalam tubuhmu."     

Kinsey lebih terkejut mendengar yang satu ini.     

"Dan saat itu juga, Katalina akan mati."     

Sepasang mata coklat Kinsey menggelap serta rahangnya menjadi keras.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.