Putri Meisya
Putri Meisya
Keisha sedang menikmati jamuan teh di pelataran belakang kastil. Keisha menikmati tehnya sambil memandang ke arah langit yang cerah. Dia bertanya-tanya seperti apa pemandangan dunia di luar dinding kastil ini? Apakah banyak berubah semenjak dia melahirkan ataukah tidak berubah sama sekali?
Tiga puluh dua tahun. Sudah tiga puluh dua tahun dia ditahan disini tanpa diizinkan keluar sama sekali.
"Selamat sore Nyonya Delcrov." seorang wanita berambut merah dengan warna mata unik menyapanya.
Melihat wanita itu, Keisha tersenyum lembut serta ada kehangatan dalam ekspresinya.
"Selamat sore Tuan Putri Meisya. Mau bergabung denganku?"
"Dengan senang hati." jawab Putri Meisya dengan sama lembutnya.
Keduanya menikmati jamuan teh itu sambil berbincang-bincang dengan ringan.
Putri Meisya memiliki kecantikan yang unik. Tubuhnya langsing serta wajahnya bersinar tiap kali dia bahagia. Rambutnya merah seperti buah apel yang ranum serta kulitnya seputih salju. Matanya bewarna coklat terang dan terkadang terlihat keemasan di pupilnya saat wanita itu merasa antusisas atau disaat sedang emosi besar.
Tidak ada yang tidak menyukai sang Putri. Namun banyak juga penjahat di luar sana yang ingin menculik putri tersebut. Karena itu raja sebelumnya memberikan pengamanan ketat dan tidak melepaskan pengawasan demi melindungi sang putri.
Namun kini saudara tiri Meisya yang menjadi raja. Ayahnya sudah tiada semenjak lima tahun silam dan perlindungan pada sang putri semakin menipis. Belum lagi janda permaisuri yang ingin sekali segera menyingkirkannya dari istana utama membuat ancaman bahaya selalu membayanginya di tiap sudut.
Raja yang sekarang merupakan anak sulung dari sang janda permaisuri dan merupakan anak ke tiga dari raja sebelumnya. Sementara Putri Meisya adalah anak ke tiga belas dari raja sebelumnya sekaligus putri ketujuh dari antara saudara-saudara tirinya.
Akibat raja sebelumnya yang memiliki banyak istri, banyak pangeran yang mengincar tahta kerajaan. Namun janda permaisuri berhasil mempertahankan posisi anaknya dan berhasil dimahkotai sebagai raja yang sah di Prussia.
Banyak darah serta kematian demi mewujudkan ambisi ibu suri dan banyak pangeran yang meninggal dengan kematian yang misterius.
Sementara putri-putri yang terlahir dari selir biasa tidak dianggap dan hanya dinikahkan ke bangsawan dari negeri jauh. Ibu suri berusaha mengusir semua anak-anak raja yang bukan terlahir darinya. Tidak terkecuali dengan putri Meisya.
Hanya saja, ada hukum khusus yang melindungi Putri Meisya. Entah kenapa raja sebelumnya membuat perlindungan khusus untuk putri ke tujuh ini yang bahkan ibu suri juga tidak bisa berkutik. Meski begitu, Putri Meisya juga tidak memiliki hak untuk menguasai ataupun kedudukan yang lebih tinggi dalam rapat politik.
Semasa masih kecil, ayahnya, almarhum raja sebelumnya tidak pernah menemuinya ataupun menemaninya bermain. Apalagi sang ibu suri yang memandangnya hanya sebagai pengganggu. Sementara ibu kandungnya... beliau tiada setelah melahirkannya.
Satu-satunya tempat dan orang yang tulus menyayanginya seperti anak sendiri hanyalah Keisha. Putri Meisya sangat merasa terhibur dan menganggap Keisha seperti ibunya sendiri. Begitu juga sebaliknya.
Keisha merasa senang di tempat yang membuatnya kesepian ini, masih ada Meisya yang sering datang berkunjung untuk menemaninya.
Yang satu tidak memiliki orang tua yang menyayanginya, sementara yang satu tidak bisa mencurahkan kasih seorang ibu pada putrinya yang pernah dilepasnya pergi.
"Putri Meisya, apakah masih belum ada orang yang cocok? Kau sudah hampir berusia tiga puluh dua sekarang. Sudah saatnya kau menikah dan memiliki beberapa anak."
Meisya tersenyum mendengarnya. "Kakakku berencana akan menjodohkanku dengan seorang Duke dari Inggris. Aku berusaha menolaknya."
"Inggris? Sepertinya, mereka berusaha menyingkirkan kalian satu per satu."
"Aku tidak akan pergi. Selama ada nyonya disini, aku tidak akan pergi."
"Aku? Ada apa denganku?"
"Apakah akan terdengar aneh jika aku bilang aku tidak ingin meninggalkanmu sendiri?"
Keisha tersenyum lembut mendengarnya, lalu mengenggam tangan Meisya dengan lembut.
"Terima kasih. Tapi aku ingin kau bahagia. Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika aku menghambat kebahagiaanmu." Keisha mengangkat sebelah tangan untuk mengelus pipi Meisya dengan lembut. "Kau tidak perlu memikirkanku, pikirkanlah kebahagiaanmu. Aku tahu kau sangat tertekan tinggal di istana utama bersama ibu tirimu."
Meisya memegang tangan yang menempel di pipinya sambil menikmati curahan kasih yang tiada habis dalam pancaran mata wanita tua dihadapannya.
"Jika aku menemukan orang yang kucintai, aku janji aku akan meraih kebahagiaanku. Tapi saat ini, aku belum menemukannya. Karena itu aku tidak keberatan tinggal di istana suram itu asalkan aku bisa bertemu dengan anda."
"Sungguh manis sekali." sebuah suara sarkas merusak suasana hangat diantara mereka.
Putri Meisya memandang pemilik suara itu dengan pandangan jijik sementara Keisha memandangnya dengan jengkel.
"Putri Meisya, bukankah sudah saatnya anda kembali? Aku ingin menikmati waktu bersama istriku."
Meisya ingin memberontak dan pancaran matanya berkilat keemasan karena amarahnya. Sebelum Meisya bertindak, Keisha menggenggam tangannya memperingatkannya untuk tidak melawan. Keisha menyuruhnya untuk pergi melalui tatapan matanya.
Hubungan keduanya sudah seperti ibu anak yang memiliki ikatan batin sehingga tidak perlu mengucapkan kata-kata dan bisa saling mengerti hanya melalui tatapan mata saja.
Meisya hanya mendesah sedih dan beranjak pergi. Dia tahu, Keisha menikah dengan Lemar Delcrov bukan karena cinta. Dan dia tahu, Lemar tidak pernah memperlakukan Keisha sebagai seorang istri yang dicintai.
Meisya tidak bisa mengerti. Kenapa Keisha tidak pergi meninggalkan tempat ini? Kenapa wanita itu tetap bertahan disini meski Oostven sudah berulang kali menawarkan bantuan mereka untuk membawanya pergi?
Putri Meisya berjalan dengan diiringi beberapa pengawal menuju ke mobil limusin yang sudah menunggunya di depan lobi utama.
Langkah Meisya terhenti saat melihat seorang yang sudah dikenalnya berdiri di depan pintu mobil miliknya. Senyumannya melebar dan suasana hatinya menjadi membaik.
"Kapan kau kembali?" tanya sang putri.
"Baru saja. Saat aku dengar kau ada disini, aku langsung meluncur kesini untuk menjemputmu."
Orang itu membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Meisya masuk kedalamnya. Begitu Meisya duduk dengan nyaman, orang itu menutup pintu, lalu berjalan memutar untuk duduk disebelahnya.
"Bagaimana perjalananmu di Amerika? Apa kau berhasil mendapatkan fotonya?"
"Sayangnya.. Tidak. Tapi aku berhasil menemukan sahabat dekat Katleen Morse. Hanya saja.. aku sama sekali tidak menyangka teman baiknya menikah dengan anggota Zero."
"Zero? Apakah kita membicarakan Black Zero operation?"
"Bukan. Zero yang ini adalah nama julukan untuk seorang pengawal bayangan bagi keluarga Paxton."
"Keluarga Paxton? Keluarga pengkhianat yang dibicarakan janda permaisuri?"
"Itu benar."
"Kenapa mereka menggunakan nama Zero? Kebetulan ataukah..?"
"Mereka juga menggunakan nama Alpha."
Meisya mendengus sarkas mendengarnya. "Sungguh konyol sekali. Mereka meniru kedua nama itu. Padahal kedua nama itu berkaitan dengan raja merah."
Orang itu tertawa terbahak-bahak. "Aku paling suka melihat adikku menjadi sinis seperti ini."
Meisya memilih tidak menggubris kakaknya dan hanya memandang pepohonan yang terlewati dengan cepat melalui kaca jendela mobilnya.
Pangeran Leonard Heinest adalah pangeran keempat serta anak ke tujuh dari raja sebelumnya. Dari tampak luar, Leonard suka bersenang-senang dan tidak peduli dengan kekuasaan ataupun politik. Bahkan nilai-nilai pelajarannya di sekolah sangat buruk sehingga dia dianggap sebagai orang bodoh oleh saudara-saudaranya.
Hanya Meisya yang tahu seberapa pintar kakaknya yang satu ini. Leonard sengaja membuat kesan yang buruk dan lemah agar tidak dianggap saingan raja yang sekarang oleh ibu suri. Dengan begitu dia tidak perlu dibunuh ataupun disingkirkan.
Diantara saudara-saudara lainnya, hanya Leonard dan Meisya yang terbilang sangat erat hubungan persaudaraannya.
Disaat mobil mereka memasuki gerbang istana utama kediaman kerajaan Heinest, Meisya melihat serigala merah yang tidur-tiduran di bawah pohon dekat gerbang istana.
Seperti biasa, mobil limusin berhenti di pinggir dan Meisya turun menghampiri serigala merah itu.
Diantara penghuni istana, hanya putri ke tujuh yang berani mendekati serigala merah raksasa itu. Anehnya, serigala itu juga membiarkannya. Padahal jika orang lain yang mendekatinya atau mengusik ketenangannya, serigala itu akan mengerang dengan penuh ancaman. Hanya Meisya yang dibiarkan serigala itu mendekatinya. Tampaknya serigala itu memiliki sisi lunak terhadap Putri Meisya.
"Psst.. kau masih tidur?" tanya Meisya. Dan saat dia mendengar dengkuran yang semakin keras, Meisya memutar matanya dengan malas.
"Meisya, sebaiknya kita kembali." Leonard tidak pernah berhenti gelisah dan khawatir tiap kali adik favoritnya mendekati serigala merah itu. Apalagi dulu Meisya pernah terluka akibat serangan amukan serigala itu.
Serigala merah memang tidak pernah menyerang manusia, tapi kalau dia merasa terganggu atau terancam, maka serigala merah juga bisa menjadi ganas dihadapan manusia biasa.
Semenjak serigala merah itu dibawa ke istana enam belas tahun yang lalu, serigala itu hanya bermalas-malasan di sana. Dia akan tidur saat matahari terbit dan bangun untuk berburu makanan didalam hutan saat matahari terbenam.
Bahkan saat masih kecilpun, serigala itu sudah berukuran besar. Dan versi dewasa yang ini jauh lebih besar daripada serigala biasa. Jika seandainya serigala merah adalah pemakan manusia, bisa dipastikan.. semua warga Prussia akan punah karena menjadi santapan serigala merah raksasa ini.
"Meisya. Aku lapar. Aku belum makan sama sekali semenjak turun dari pesawat."
Meisya hanya mendesah mendengarnya. "Aku akan datang lagi nanti malam. Jangan pergi berburu dulu kalau kau masih menganggapku teman." bisik Meisya sebelum beranjak kembali ke tempat kakaknya yang menunggunya dengan was-was.
Serigala merah yang berpura-pura tidur semenjak kedatangan Meisya hanya membuka sebelah matanya untuk melihat punggung Meisya sebelum kembali melanjutkan tidurnya yang terganggu.