My Only Love: Aku Hanya Bisa Mencintaimu

Sisi Gelap Kinsey



Sisi Gelap Kinsey

1Di suatu tempat yang gelap, seseorang dengan badan penuh luka memar karena habis dihajar sedang diikat dengan rantai. Baju yang dikenakannya sobek dan bersimbah dengan darah. Belum lagi wajahnya sudah tak terbentuk karena bengkak akibat dipukul terlalu sering. Orang ini tidak lain adalah orang yang diberi pelajaran oleh Katie di bar beberapa jam yang lalu.     

Awalnya Kinsey tidak menyuruh anak buahnya menghajarnya, tapi mengingat kejadian tadi siang dimana orang ini sempat mencari kesempatan untuk menyentuh Katie, Kinsey membiarkan anak buahnya menghajarnya sampai babak belur.     

Kinsey tersenyum licik saat mendengar rengekan pria menjijikkan ini memohon untuk dilepaskan.     

Kinsey mengambil kursi kayu untuk ditempatkan berhadapan dengan tawanannya sebelum dia duduk disana.     

"Kenapa? Kenapa kalian melakukan ini padaku? Aku tidak melakukan apapun pada kalian. Aku tidak mengenalmu. Lepaskan aku. Kumohon." pinta pria gemuk sambil bercucuran air mata.     

"Aku bisa saja membebaskanmu. Tapi sayangnya... kau telah berhubungan dengan orang yang salah." Kinsey membuka telapak tangannya meminta sesuatu pada anak buahnya. Begitu sebuah amplop coklat berada di tangannya, dia mengeluarkan semua isinya.     

"Hence Doverich, usia empat puluh dua. Sudah menikah dan memiliki dua anak." Kinsey membaca tulisan di kertas pertama sambil mendengus. "Apakah istrimu tahu kau masih suka bermain-main dengan wanita?" Kinsey melempar kertas pertama ke udara seolah kertas itu tidak penting baginya.     

"Begitu lulus kuliah bekerja di perusahaan minyak. Hm.. cukup mengagumkan." Kinsey membuang kertas kedua dengan cara yang sama. "Lima tahun kemudian dipenjara selama enam tahun dengan tuduhan menjual narkotik. Dan bla bla bla.." Secara cuek Kinsey membaca kertasnya asal sebelum membuang semuanya ke udara.     

Orang yang ditawannya semakin menatap horor terhadap Kinsey. Siapa pria ini? Kenapa dia menyelidiki latar belakangnya begitu detail? Ditambah aura serta pancaran mata pria muda ini sangat mengerikan membuatnya takut setengah mati.     

"Kau pilih yang mana? Kehilangan kaki atau tanganmu? Atau apakah mungkin..." Kinsey memajukan tubuhnya dengan mengintimidasi "Sepuluh jarimu? Dengan begitu kau tidak bisa lagi meraba wanita huh?"     

"Tidak..." tangisan tawanannya semakin menjadi. "Kumohon, apapun. Aku akan melakukan apapun yang kau inginkan. Jangan.. jangan potong tubuhku." jeritnya merasa ngeri akan ancaman Kinsey.     

Kinsey tersenyum puas mendengarnya. "Aku ingin tahu dimana aku bisa menemukan Strockvinch." lanjut Kinsey dengan nada menuntut.     

Hence terkejut mendengar nama yang disebutkan Kinsey. Dia bertanya-tanya siapa pemuda ini? Bagaimana dia bisa mengetahui nama bosnya?     

Dia merapatkan mulutnya merasa ragu untuk membuka suara.     

"Tidak mau bicara eh?"     

"Lebih baik kau bunuh aku sekarang!" tiba-tiba saja muncul keberanian pada pria gemuk ini.     

"Baiklah."     

Kinsey berdiri keluar menyerahkan pria ini pada anak buahnya. Begitu menutup pintunya, Kinsey bersandar didinding bersebelahan dengan pintu. Suara jeritan mengerikan mulai terdengar dari dalam gudang. Dia sama sekali tidak terpengaruh dengan jeritan kesakitan itu dan malah asyik memainkan ponselnya.     

"OBERPFALZ!! DIA ADA DI OBERPFALZ!!"     

Kinsey memasukkan kembali ponselnya. Dia memukul pintu gudang satu kali sebelum pergi kembali ke tempat Oostven. Sementara di dalam gudang sudah ada tiga jari yang terlepas dari tangan. Jari itu tidak lain milik Hence dan yang memotongnya seperti merajang sayuran adalah anak buah Kinsey.     

Pria yang malang... jika seandainya dia memberi tahu keberadaan Strockvinch lebih awal, mungkin dia tidak akan kehilangan tiga jarinya. Yah, dia memang bernasib sial karena bertemu dengan Kinsey. Manusia berhati dingin yang tidak memberi ampun pada musuhnya yang mengancam keluarganya.     

-     

Keesokan paginya, Katie bangun tepat waktu dan segera membersihkan diri dan bersiap-siap menuju bungalo utama untuk sarapan bersama. Dia sudah melupakan kesedihan serta kejengkelan yang dirasakan kemarin malam. Kini suasana hatinya semakin baik dan dia bisa tersenyum seperti biasanya.     

Hanya saja begitu dia masuk ke ruang makan, dia melihat seorang pria berdiri disana dengan senyuman yang bisa membuat jantungnya berpacu kencang.     

"Selamat pagi." sapa Kinsey.     

Karena Katie lumayan masih berada dalam suasana hati bagus, dia hanya menanggapi sapaannya dengan senyuman kecil. Lalu dia pergi melewatinya tanpa meliriknya dua kali. Dia memilih menganggap pria itu tidak ada daripada merusak hari cerahnya.     

Katie segera berbaur bersama sekelompok wanita yang sedang menyiapkan mangkuk serta piring untuk sarapan. Kinsey tidak kecewa ataupun sedih meski tidak dihiraukan oleh Katie. Dia hanya berdiri disana sambil memandang Katie dengan penasaran. Ini adalah karakter Katie yang lain dan dia tidak bisa tidak menyukai karakter gadis itu.     

Entah kenapa semakin banyak sisi lain Katie yang dilihatnya, dia semakin tertarik padanya. Seolah ada sebuah daya kuat yang membuatnya tidak bisa tidak memuja gadis mungil berambut merah itu.     

"Hei, Kinsey! Berapa lama kau tinggal disini?" seru Walther, salah seorang yang pernah menjadi rekannya saat menjalani misi dari kepala suku.     

"Entahlah. Tergantung..." jawab Kinsey dengan ambigu masih memandangi Katie. "Tapi, aku penasaran. Kenapa cara berpakaian kalian berubah?"     

Walther tertawa mendengar pertanyaannya. "Itu karena tuan putri kita selalu merasa malu jika melihat pria tanpa pakaian."     

"..." Kinsey tidak bisa berkata apa-apa lagi mendengar jawaban Walther.     

Tuan putri yang dimaksud sudah pasti adalah Katie. Dan mereka berpakaian dengan mengikuti gaya modern hanya karena gadis itu merasa malu melihat pria tanpa baju.     

Hoo? Dia akan mengingat informasi ini. Kinsey menyeringai dalam hati.     

"Katalina! Hari ini aku sudah berusia tujuh belas tahun." seru seorang anak muda dengan rambut merah maroon serta mata hijau pucat.     

"Oh, selamat. Tapi maaf, aku tidak begitu semangat merayakan ulang tahunmu." jawab Katie yang terdengar malas.     

"Kenapa? Aku sangat bersemangat akhirnya aku bisa melakukan tes untuk menjadi wadahmu."     

"Yeah, kami yakin kali ini pasti berhasil. Nenek Ode bilang bulan ini wadah untuk Katalina akan muncul. Pasti Jarvas yang dimaksud." sambung yang lain.     

Katie hanya mendesah mendengarnya. Dia hanya tidak ingin melihat tangan berdarah lagi. Sudah cukup dia melihat tangan berdarah selama dia menjalani tes kecocokan untuk menjadi wadah kekuatannya.     

"Apa yang sedang mereka bicarakan?" tidak jauh dari gerombolan Katie serta Jarvas, Kinsey bertanya pada Walthar.     

"Ah, hanya ritual tradisi yang kami lakukan. Tiap anak muda berusia tujuh belas tahun ke atas akan mengikuti ujian ini."     

"Pria muda?" Kinsey sama sekali tidak menyukai tradisi jika ada pria lain selain dirinya berhubungan dengan Katie. Dan lagi kenapa dia tidak ingat kalau Oostven punya tradisi seperti ini?     

"Tidak. Semua orang, baik pria dan wanita. Selama dia bisa bertarung dan berusia di atas tujuh belas." jelas Walther membuat rasa cemburunya sedikit berkurang.     

Cemburu? Apakah yang dirasakannya saat ini adalah cemburu?     

Kemudian terdengar sorakan di kerumunan Katie. Kinsey sama sekali tidak memperhatikan sebelumnya karena tadi masih bertanya-tanya apakah dia cemburu atau tidak.     

Matanya tertuju ke arah gadis berambut merah yang kini dikuncir menjadi satu kepang ke samping. Gadis itu tertawa lebar dan tampak bersenang-senang. Belum lagi, dia tertawa pada para pria?!     

Bukannya Katie merasa tidak nyaman jika bersama seorang pria? Bukannya gadis itu merasa trauma enam tahun lalu? Lalu kenapa gadis ini bisa bercanda ria bersama para anak muda?     

"Hei! Apa yang sedang kau pikirkan?"     

Panggilan Walther membuyarkan lamunannya.     

"Tidak ada." jawab Kinsey datar sembari mengambil roti sebelum memasukkannya ke dalam mulutnya.     

"Kau ikut main? Setelah ini kita akan berburu Ziel. Kau ingat kan?"     

"Aku tidak mau mengikuti sesuatu yang bisa kumenangkan dengan mudah."     

"Cih.. masih sombong rupanya."     

"Apakah sudah ada yang memecahkan rekorku?"     

Walther tidak bisa menjawab. Dia berpura-pura tidak mendengar pertanyaannya dan turut mengambil sandwich untuk sarapannya.     

Pemburuan 'Ziel' adalah acara tradisi suku Oostven untuk merayakan ulang tahun seseorang yang genap berusia tujuh belas tahun. Orang yang berulang tahun akan menyembunyikan sebuah benda yang paling berarti baginya di suatu tempat. Benda inilah disebut 'Ziel'.     

Kemudian yang lain akan membentuk kelompok yang berjumlah dua orang dan bekerja sama untuk menemukan benda tersebut.     

Kegunaan permainan ini tidak hanya untuk melatih mereka dalam mencari informasi dan menajamkan indera mereka terhadap sekitar, tapi juga berguna untuk menemukan rekan yang cocok disaat menjalankan misi. Biasanya satu grup hanya boleh diisi maksimal dua orang. Tidak boleh sendiri ataupun lebih dari dua orang.     

Dan Kinsey selalu menang tidak peduli berpasangan dengan siapapun disaat melakukan pemburuan ini. Dia pernah menang sepuluh kali berturut-turut dan rupanya hingga detik ini masih belum ada yang memecahkan rekornya.     

"Kali ini kau akan kalah. Lagipula tempat ini sudah banyak berubah semenjak sepuluh tahun terakhir ini. Bersiaplah Kinsey, kami akan menyiapkan hadiah kekalahan yang pas untukmu." seringai Walther tidak sabar ingin mengerjai Kinsey.     

Yang sebenarnya Kinsey tidak peduli apakah dia kalah atau menang. Dia memutuskan untuk tidak bergabung dalam permainan ini karena masih ada yang harus dikerjakannya.     

Dia harus menemukan Strockvinch sebelum orang itu berhasil mengetahui identitasnya sebagai penerus keluarga Alvianc grup.     

Hanya saja, saat dia hendak mengatakan bahwa dia tidak ingin ikut, Walther telah mengambil batang undian untuknya. Dan entah kebetulan atau takdir, batang yang diambilkan untuknya memiliki warna yang sama dengan batang Katie.     

Kinsey akan berpasangan dengan Katie dalam berburu 'Ziel'.     

Tadinya Kinsey tetap tidak ingin ikut, tapi melihat gadis itu berusaha untuk meminta ganti pasangan.. Kinsey mengurungkan niatnya.     

Sesuatu yang kuat membuatnya tertarik untuk membuat gadis itu jengkel. Gadis itu memasang ekspresi lucu kalau sedang kesal. Dia tahu Katie sedang berusaha menghindarinya. Dia juga tahu gadis itu sedang berpura-pura tidak melihatnya.     

Namun apa daya.. dia adalah Kinsey. Dia selalu melakukan sesuatu yang tidak disukai 'target'nya baik itu kawan ataupun lawan. Semakin Katie berusaha menghindarinya, maka semakin kuat keinginan Kinsey untuk mendekatinya.     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.