Istri Kecil Tuan Ju

Kenapa Kamu melakukannya?



Kenapa Kamu melakukannya?

0Yumi terkejut ketika ketua pelayan itu memanggil nama barunya. Walaupun belum terbiasa, tapi dia senang dipanggil Agatha karena dia merasa menjadi orang baru.     

'Aku tidak menyangka kalau Kevin sangat total ketika ia mengubah namaku. Sampai ketua pelayan pun sudah mulai memanggilku Agatha.'Batin Yumi  sambil tersenyum.     

"Nama Tante sekarang adalah Agatha. Jadi, aku harus panggil Tante Agatha. Itu kata Papa. Apa Tante senang karena memiliki nama baru? "Ucap Gavin sambil mendongak kearah Yumi dengan ekspresi yang menggemaskan.      

"Tentu saja Tante senang karena yang membuat nama itu adalah papa mu langsung. Sekarang sampai seterusnya panggil Tante dengan nama Agatha. Oke?" Jawab Yumi sambil mencubit pipi chabi Gavin.     

"Oke Tante Agatha!" Jawab Gavin sambio tersenyum.     

"Baguslah, Kalau begitu, ayo kita ke ruang makan!" Sahut Yumi  sambil tersenyum lebar.     

Gavin pun langsung mengangguk lalu meraih tangan Yumi  dan  berjalan bersama menuju ruang makan.     

Yumi merasa sangat bahagia setiap kali bicara dengan Gavin. Hatinya pun selalu tenang dan hangat saat ia menyentuh Gavin.      

'Aku tidak pernah tahu bagaimana Tuhan mengemas kisah hidupku sehingga aku berakhir disini. Sesuatu yang tidak pernah aku impikan sebelumnya. Namun, yang aku yakini adalah, kalau Tuhan tidak pernah salah. Sekarang, aku harus bahagia demi menebus kebaikan Pak Kevin.'Batin Yumi.     

Tidak lam setelah itu, mereka sampai di ruang makan. Gavin dan Yumi pun langsung menikmati makanan yang sudah tersaji di atas meja dengan gembira.      

Di waktu yang sama,  Jasmin baru saja sampai di depan pintu rumah Maxwell. Ia berharap kalau Maxwell akan menghentikan dia untuk pergi.     

"Selamat datang nona Jasmin!" Sapa Rafael yang baru saja keluar dari rumah Maxwell sambil membawa beberapa berkas.     

"Apakah bos mu ada di dalam?" Tanya Jasmin sambil tersenyum.     

"Tentu. Makanya saya ada disini untuk meminta tanda tangan bos. Nona masuk saja! Maaf karena saya tidak bisa mengantar anda masuk!" Jawab Rafael dengan penuh hormat.     

"Tidak apa-apa! Aku bisa masuk sendiri!"  Ujar Jasmin.     

"Baiklah, saya pergi sekarang!" Setelah itu Rafael segera pergi meninggalkan Jasmin.     

Setelah Rafael pergi, Jasmin langsung masuk. Ia menemukan Maxwell sedang berdiri sambil memandang kolam renang dari balik jendela kaca nya yang transparan. Ia menikmati jus apel kesukaannya.      

Jasmin pun tersenyum dan berjalan pelan menuju Maxwell. Selah dekat, Jasmin langsung memeluk Maxwell dari belakang.      

"Aku rindu kamu." Ucap Jasmin sambil menyandarkan wajahnya di punggung Maxeell.     

Seketika itu Maxwell langsung berbalik dan menatap Jasmin dengan heran.     

"Apa kamu mau mendengar berita buruk atau berita baik dulu?" Tanya Jasmin sambil tersenyum tanpa melepaskan pelukannya dari Maxwell yang sudah berbalik menghadapnya.     

"Ya, aku ingin mendengarkan dua-dua nya. Jadi, bicaralah." Jawab Maxeell tanpa ekspresi.     

Jasmin pun tersenyum sambil menarik Maxwell agar duduk di sofa. Setelah itu ia bersandar di bahu Maxwell dengan manja.     

"Aku sudah bercerai dengan Daniel. Dan besok aku akan kembali ke Amerika. Tapi, jika kamu menahan ku maka aku akan tetap disini. Itu berita buruk dan baiknya." Kata Jasmin.     

"Pergilah!" Ujar Maxwell dengan spontan.     

Jasmin langsung diam, ia lalu duduk dengan tenang dan sedikit menjauh dari Maxwell.      

Sementara itu Maxwell masih bersikap dingin pada Jasmin.     

Setelah itu, Jasmin kembali memperhatikan Maxwell sebaik mungkin agar tidak melewatkan apapun, karena jika dia lewatkan mungkin dia akan sangat menyesal.     

"Kenapa? Apakah aku tidak memiliki kesempatan sedikitpun untuk memiliki hatimu? Haruskah aku terus bersaing dengan orang yang sudah mati?" Tanya Jasmin dengan Ekspresi serius.      

"Jawabanku masih sama!" Kata Maxwell sambil menyalakan TV yang ada di depannya.      

Tepat saat itu, siaran langsung yang menayangkan acara Qiara di putar. Semua  perhatian Maxwell langsung berfokus pada Qiara sehingga ia tidak perduli lagi pada Jasmin.     

Melihat sikap Maxwell, Jasmin geram dan tidak bisa menahan dirinya lagi.     

"Jika jawabanmu masih sama, lalu kenapa kemarin kamu datang ke acara ku? Lalu mengajak ku jalan-jalan? Bukankah itu artinya kamu sudah membuka hati untuk ku?" Tanya Jasmin sambil menarik Maxwell agar memandangi nya.      

Maxwell mengedipkan matanya, untuk sesaat ia menatap Jasmin dengan seksama. Setelah itu ia berkata, "Karena kamu temanku makanya aku harus menghibur mu. Selain itu, hatiku  sudah di tempati lagi oleh perempuan lain."     

Setelah mengatakan itu, Maxwell kembali menoleh kearah TV. Ia tersenyum melihat Qiara berbicara dengan sangat tenang.      

Seketika itu Jasmin mulai curiga melihat gelagat Maxwell ketika menonton acara Qiara.     

'Tidak, jangan katakan kalau wanita yang di sukai oleh Maxwell adalah Qiara!' Batin Jasmin sambil menutup mulutnya karena terkejut.     

Setelah membatin, Jasmin menatap Maxwell lagi dengan penuh arti.      

"Jangan bilang kalau perempuan itu adalah Qiara?" Tanya Jasmin sambil menunjuk kearah TV.     

Maxwell tidak mau menutupi apapun lagi karena dia ingin Jasmin berhenti mengharapkan nya sehingga ia mengangguk tanpa melihat kearah Jasmin.     

Jasmin langsung terkejut dan berdiri dengan gelisah.      

"Ada apa denganmu? Kenapa kamu berdiri di depan ku?" Tanya Maxwell dengan bingung saat melihat Jasmin menghalangi pandangannya.      

"Apa kamu sudah gila? Dia itu istri adikku dan mereka sudah memiliki satu orang anak. Apakah kamu mau mengulang sejarah? " Teriak Jasmin sambil meneteskan air mata.      

Jasmin benar-benar tidak bisa mengontrol emosinya Karena ia cemas dan takut kalau cerita lama akan terulang kembali.      

"Aku tahu dia istri adik mu. Tapi, aku mencintainya dan aku akan memastikan agar dia bercerai dari Julian lalu hidup bersamaku karena saingan dengan Julian tidak sulit bagiku. Soal anaknya, aku juga akan  mencintai nya. Jadi, kamu tidak perlu khawatir!" Jawab Maxwell dengan serius.      

Jasmin mengepal tangannya karena ketakutan nya terjadi juga. Maxwell malah lebih gila dari  dulu saat mereka memperebutkan Vania.      

"Baiklah, anggap saja akal sehatmu tidak berfungsi. Tapi, apakah kamu tahu siapa Qiara sebenarnya? " Tanya Jasmin setelah menyeka air matanya dengan suara yang rendah.     

Maxwell terdiam. Ia memang belum mencari secara keseluruhan tentang identitas Qiara. Tapi, ia sudah cukup tahu kalau Qiara adalah perempuan dari kota B yang tinggal hanya dengan ibunya.      

"Aku tahu." Jawab Maxwell dengan pelan tanpa ekspresi apapun.     

"Tahu apa? Tahu kalau dia adalah adik kandung Vania? Apa kamu tahu juga kenapa dia menikah dengan Julian? Itu semua karena Vania. Dan apakah kamu pikir anak Qiara akan menerimamu dengan mudah?  " Teriak Jasmin sekali lagi sambil berdecak pinggang karena sangat marah.      

Jasmin sangat  marah sehingga ia tidak bisa berhenti berteriak pada Maxwell agar dia sadar kalau apa yang dia katakan itu salah.      

Haruskah takdir membawa Maxwell dan Julian pada posisi yang sama lagi? Mencintai satu wanita yang masih memiliki hubungan darah? Pikir Jasmin.      


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.