Kamu Bukan Istriku.
Kamu Bukan Istriku.
'Aku harus memastikan berita ini. ' Batin Nathan.
Setelah itu Nathan menghubungi asistennya untuk mengatur kepergiannya ke London.
Beberapa Saat Kemudian.
"Sayang ... Kamu mau kemana?" Tanya Clara yang baru saja pulang dari butiknya.
Nathan berhenti lalu menatap kesal kearah Clara.
"Bukan urusanmu!" Ucap Nathan sambil berjalan lagi mengabaikan keberadaan Clara.
"Tunggu ... " Clara mulai kesal dengan sikap Nathan yang lebih sering mengabaikannya setelah mereka hidup bersama di rumah mewah yang di siapkan oleh keluarga Clara sebagai hadiah.
Nathan berhenti lagi saat ia sudah memegang ganggang pintu untuk bersiap keluar.
"Apa ini karena berita kematian Yumi?" Tanya Clara setelah Nathan berbalik kearahnya.
Nathan terdiam sejenak. Dari awal ia tidak memiliki rasa cinta buat Clara dan dia sudah menegaskan hal itu bahkan saat mereka sedang bercinta.
"Aku tahu kalau kamu mencintai dia. Tapi, dia sudah mati. Tidak bisakah kamu belajar mencintaiku? Aku ini istrimu Nathan! "Teriak Clara yang mulai hilang kesabaran nya.
"Sayangnya aku tidak pernah menganggap kamu istri." Setelah mengatakan itu Nathan segera pergi menutup pintu dengan keras.
Seketika itu Clara terkejut. Ia terjatuh di lantai sambil menangis. Bagaimana pun juga Clara adalah perempuan. Ia memiliki hati yang bisa di terluka kapan saja. Tapi, cintanya pada Nathan terlalu besar sehingga ia tidak bisa membencinya.
'Yumi ... Aku sangat membencimu. Kamu hidup atau mati sama saja. Aku berharap kamu membusuk di neraka!' Teriak Clara sambil mengacak rambutnya seperti orang gila.
Rumah Julian.
Setelah dari rumah Maxwell, Julian bergegas kembali ke rumahnya menggunakan taxi. Ia sangat cemas karena Qiara pasti bingung menunggunya pulang.
"Selamat pagi tuan!" Sapa Bibi Liu dengan hormat ketika membukakan pintu untuk Julian.
"Dimana istri dan anakku?" Tanya Julian sebelum ia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah.
"Tuan kecil sudah berangkat ke sekolah di antar oleh nyonya Qiara sekalian nyonya berangkat kerja." Jawab Bibi Liu.
Julian pun bernafas lega karena anak dan istrinya masih baik-baik saja.
"Tuan ... "
Julian berbalik lagi melihat kearah Bibi Liu yang memanggilnya seperti orang yang ingin menyampaikan sesuatu.
"Ada apa?" Tanya Julian dengan Ekspresi yang dingin.
Bibi Liu tampak ragu. Tapi, ia merasa perlu menyampaikan apa yang terjadi semalam.
"Katakan apa yang ingin bibi katakan!" Desak Julian.
"Semalam nyonya menangis sesegukkan setelah keluar dari ruang kerja Tuan. Tangis Nyonya semakin deras saat nomer tuan tidak bisa di hubungi. Saat melihat nyonya terus menatap sebuah kertas di tangannya. Tapi, saya tidak tahu apa yang tertulis di kertas itu." Jelas Bibi Liu.
Julian terkejut mendengar cerita bibi Liu.
'Apa mungkin ... '
Tanpa mengatakan apapun, Julian segera berlari menuju ruang kerjanya dengan perasaan yang campur aduk.
Ruang Kerja Julian.
Tidak lama setelah itu, Julian sampai di ruang kerjanya. Ia langsung menuju ruang rahasia yang memang lupa ia kunci.
Hatinya pun langsung hancur berantakan saat melihat kotak tempat ia menyimpan barang-barang Vania terbuka.
"Qiara sudah membaca surat asli milik Vania. Hatinya pasti sangat hancur. Tapi, dia tidak boleh menemui Maxwell. Aku haru menemuinya lalu menjelaskan semua yang terjadi." Air mata Julian tidak bisa ditahan lagi.
Julian tidak pernah menyangka kalau semua rahasia besar itu terungkap secara bersamaan sebelum ia memberikan penjelasan pada Qiara.
Tentu saja Qiara akan marah menurutnya. Karena ia sudah merenggut masa muda Qiara dengan memberikan surat wasiat palsu.
"Tuan mau kemana?" Tanya Bibi Liu dengan beteriak karena Julian keluar dari rumah sambil berlari tanpa mengganti pakaiannya.
Bibi Liu juga batu menyadari kalau di kemeja Julian ada noda darah yang cukup banyak. Dan gelagat Julian seperti orang yang menahan sakit.
Karena cemas, Bibi Liu pun menghubungi nomer Qiara. Tapi, tidak diangkat sama sekali.
Suara mobil Julian yang satunya berbunyi dari arah garasi.
Bibi Liu pun langsung memeriksanya dan mencoba kembali memanggil Julian, sayangnya Julian tidak menghiraukan panggilan nya.
"Ya Tuhan, semoga tuan dan nyonya baik-baik saja!" Ucap Bibi Liu dengan penuh harap.
Setelah itu, ia segera masuk ke dalam rumah untuk melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.
YM Entertainment.
"Ayo berangkat!" Kata Aurel ketika melihat Qiara keluar dari ruang make up setelah puas menangisi kematian Yumi.
Aurel ragu saat melihat Qiara yang tampak lemah dan tidak bersemangat.
"Liana ... Kamu tidak boleh mencampur adukan urusan pribadi dengan pekerjaan. Kita bisa bahasa kematian Yumi nanti setelah kamu menyelesaikan shooting iklan ini." Aurel mencoba mengingatkan Qiara karena ia tidak ingin mengecewakan klien yang sudah memberikannya kepercayaan itu.
Qiara mendongak menatap wajah Aurel dengan Ekspresi yang sendu.
"Apakah pemotretan nya tidak bisa di undur hingga besok? Aku sedang tidak enak badan." Tanya Qiara dengan suara lemah.
Aurel tampak putus asa. Ia ingin memaksa Qiara tapi kondisi Qiara sangat buruk sehingga ia tidak mungkin melakukan shooting itu. Tapi, pihak Luan Grup tidak mungkin menerimanya.
"Aku akan bicara dengan Kevin sebentar!" Setelah mengatakan itu, Aurel pun segera menghubungi Kevin karena dia tahu kalau Kevin lah yang berhasil mendapatkan iklan dari Luan Grup.
Sementara itu, Qiara duduk menunggu Aurel yang sedang bicara dengan Kevin. Tepat saat itu ponselnya berbunyi dan itu dari Julian.
Mata Qiara mulai berkaca-kaca saat melihat id pemanggil itu.
'Kenapa hatiku sangat berat menerima panggilan Julian? Apakah karena aku sangat kecewa karena di bohongi? Tapi, bukanlah aku harus mencari tahu kebenaran dari surat kak Vania? Sepertinya aku harus bertemu bos Maxwell.' Batin Qiara sambil menatap ponselnya tanpa menjawab panggilan Julian.
Qiara tidak sanggup bicara dengan Julian karena hatinya terlanjur sakit. Ia merasa di tipu oleh orang yang sangat ia cintai itu. Namun di satu sisi ia harus mempertimbangkan apa yang sudah Julian lalukan untuknya dan yang ia lewati selama ini bersama Zio.
"Liana ... "
"Ya?" Qiara langsung mendongak melihat Aurel yang tampaknya sudah selesai bicara dengan Kevin.
"Kevin mengatakan kalau jadwal pemotretan bisa di undur. Dan Kevin secara khusus memberikan kamu libur hari ini. Tapi, cuma dua hari karena acara penghargaan Noble tinggal satu Minggu lagi, oleh karena itu kamu harus bersiap untuk itu." Jelas Aurel sambil tersenyum.
"Benarkah? Apa itu tidak akan membuat pihak Luan Grup membatalkan kerja sama kita? " Tanya Qiara dengan tatapan yang berbinar.
"Tentu saja tidak. Kalau itu Kevin, maka semua masalah pasti bisa teratasi." Jawab Aurel sambil tersenyum lebar.