My Coldest CEO

60| Weekend Plans



60| Weekend Plans

009:00 PM     

Kabar mengenai Leo yang dekat dengan seorang wanita sederhana bernama Felia, wanita yang tidak disebutkan latar belakangnya atau bahkan memang sengaja di sembunyikan (?) sudah menyebar luas bahkan sampai telinga sang putra.     

Kini, ia sedang video call dengan Vrans yang hanya menampilkan wajah datar pada layar laptopnya. Di sebelahnya sudah ada Felia yang tubuhnya menegang karena tidak tahu ingin berbicara apa pada putra dari kekasihnya. Sungguh, ia takut tidak di terima kehadirannya atau apapun itu.     

"Jadi, Daddy mau bilang apa?" tanya Vrans di seberang sana dengan hembusan napas pelan.     

Melihat itu, bukannya membuat Felia menjadi tenang namun membuatnya semakin gugup karena melihat wajah yang sangat teramat datar itu. Ya memang siapa yang tidak tahu dengan Vrans yang terkenal dengan sifat yang sangat dingin itu? tentu saja semua orang tau akan hal ini.     

Leo terkekeh melihat putranya yang masih saja dingin padahal sudah menikah walaupun baru beberapa minggu saja. "Setidaknya tersenyum kalau berbicara dengan Daddy," ucapnya sambil memberikan sedikit teguran.     

Senyum adalah hal yang membuat banyak orang bahagiain jika mengutarakan ekspresinya seperti itu tapi terkadang juga menjadi tameng pertahanan diri supaya orang lain tidak bisa melihat kesedihannya. Namun Vrans tanpa senyuman... rasanya orang-orang sekaligus Leo pun tidak tahu apa yang sedang dirasakan oleh laki-laki itu.     

"Hm,"     

Hanya itu saja respon dari seberang sana. Tidak ada kalimat mengiyakan yang terdengar lebih sopan dan lebih panjang lagi, ya setidaknya seperti; 'iya, Dad' atau 'baik, Dad' dan lain sebagainya.     

"Sudah kenal dengan Felia? bagaimana menurutmu, Vrans? Daddy butuh pendapat, bukan raut wajah datar yang terlihat menyebalkan milikmu."     

"Biasa saja, memangnya kenapa?"     

"Bagaimana pendapatmu, kenapa kau terlalu dingin untuk mengutarakan pendapat?"     

"Bagi ku tidak ada yang bisa menandingi kecantikan Xena, jadi aku tidak bisa menilai wanita lain untuk mu Dad."     

Leo memijat pangkal hidungnya, seperti ini lah percakapan antara sang Daddy dengan putranya yang benar-benar dingin. "Lihat, ini putra saya yang seperti ini jadi wajari saja sifatnya yang tidak bisa mendeskripsikan apapun." ucapnya sambil menolehkan kepalanya ke arah Felia, mengambil tangan dengan jemari lentik lalu mengusap punggung tangannya.     

"Tidak apa, Tuan. Lagipula itu sudah menjadi sifatnya, tidak ada yang bisa mengubah kecuali ada seseorang yang bisa membuatnya jatuh cinta."     

Mendengar apa yang dikatakan oleh Felia, tentu saja Vrans sedikit tersentak karena hal itu adalah sebuah kebenaran. Namun raut wajahnya kembali menjadi datar, seperti es yang sama sekali tidak akan bisa tersentuh. "Lebih baik kalian berpacaran saja dulu, jangan bermesraan di depan ku." ucapnya dengan nada malas, pasalnya untuk apa sang Daddy menelpon hanya untuk pamer kemesraan?     

Tentu saja Leo langsung terkekeh, dan menaikkan sebelah alisnya. "Memangnya kenapa? Daddy hanya meminta pendapat kan kamu belum menjawabnya," ucapnya dengan raut wajah yang seolah-olah mengatakan pada Vrans kalau ia benar-benar membutuhkan pendapat. Jangan sampai hatinya setuju, tapi putranya menolak.     

Sebenarnya Felia cukup deg-degan mengingat pernikahan dengan seorang duda yang sudah mempunyai anak, pasti harus mendapatkan... seperti restu untuk hubungan mereka? dan ya, ia hanya takut hal itu tidak akan terwujud.     

Felia menatap ke arah Leo dengan bola mata yang semakin melekat, lalu kembali menolehkan kepala ke arah layar laptop sambil menyunggingkan sebuah senyuman yang sangat manis. "Hai, Vrans." sapanya, padahal hanya sapaan klasik sekedar berbasa-basi saja.     

Di layar laptop, Vrans terlihat menampilkan senyuman simpul. "Hai Felia, semoga betah dengan Daddy yang sedikit mesum." ucapnya, nada bicaranya terdengar ringan dan pelan namun tiba-tiba senyumannya menjadi miring seiring dengan kepalanya yang terarah ke Leo.     

"Hei!" seru Leo, merasa tidak setuju dengan apa yang dikatakan oleh putranya kepada Felia. Padahal mah itu adalah sebuah kenyataan.     

Bahkan, saat ini Felia tengah terkekeh kecil dengan ujung jemari yang di taruh di depan bibir. "Vrans benar," ucapnya sambil mengulum sebuah senyuman mengejek kepada laki-laki di sebelahnya.     

Ini kali pertama dari sekian banyak wanita yang dekat dengan Leo di perkenalkan ke Vrans, bahkan secara blak-blakan meminta pendapat tentang hubungan yang sedang mereka jalani.     

"Jangan terpengaruh dengan Vrans, ucapannya memang terkadang sedikit konyol."     

"Tapi dia benar, Tuan."     

Tiba-tiba saja.. "BOSAYANG, SIAPA YANG SEDANG BERTELEPON DENGAN MU? KENAPA TERDENGAR SUARA WANITA?!" pekikan yang terdengar sangat jelas itu terdengar dari seberapa sana. Membuat Leo, Felia, dan juga Vrans sama-sama menoleh ke arah gadis yang memakai baju bewarna pink dengan boxer milik suaminya itu.     

"Itu aku berbicara dengan Daddy dan kekasihnya," ucap Vrans sambil menarik pinggang Xena. Memangku gadis yang over protective, sambil menciumi seluruh wajahnya.     

Kini, Leo menatap ke arah Felia. "Lihat, dia sebenarnya bucin melebihi saya. Sifatnya saja yang menyebalkan," ucapnya seperti mengadu pada seorang wanita yang kini sudah terkekeh dengan perbedaan drastis yang dimiliki mereka.     

Menurut Felia, Leo dan Vrans nyaris mirip dari segi fisik bahkan hampir 90% wajah Leo tercetak jelas di wajah Vrans. Namun jangan salah, sifat mereka benar-benar sangat jauh berbeda.     

"Biarkan saja, toh kalian memiliki perbedaan dan gak mungkin itu semua sama sayang."     

"Kalau kamu ke aku, bagaimana? perasaan kita gak ada bedanya kan ya? one direction."     

"Ih gombalan laki-laki tua sudah tidak laku lagi, Daddy." ucapan Vrans langsung saja mengalihkan perhatian Leo dan Felia yang sedaritadi saling bertatapan satu sama lain.     

Dengan Felia yang terkekeh dengan apa yang diucapkan oleh Vrans mengenai kalimat 'laki-laki tua' yang terlontar dari dalam mulutnya. "Putra mu jujur, sayang."     

Leo memutar kedua bola matanya, rasanya ia dan Vrans masuk ke dalam kategori Tom & Jerry yang ada di dunia nyata dan itu benar adanya.     

"Lebih baik Daddy daripada kamu yang tidak pernah menggombal untuk Xena, iya kan sayang ku?" balas Leo sambil menatap ke arah Xena dengan kedua alis yang naik turun, seolah-olah minta dukungan dari gadis yang sangat berisik dan tentu saja menggemaskan.     

Terlihat jelas Xena yang berada di pangkuan Vrans menganggukkan kepalanya, tentu saja ia selalu mendukung Leo untuk menyudutkan suaminya. "Iya Dad benar, Vrans tuh gak pernah gombal untuk aku. Biasanya mah laki-laki ngelakuin itu ya kalau sayang, tapi mah dia gak pernah, huh!"     

Satu yang ada di kepala Felia saat melihat Xena dan segala sifatnya yang tentu saja bertolak belakang dengan Vrans, menggemaskan. Baginya, gadis cantik seperti itu sangat patut untuk di manja-manjakan.     

Leo tersenyum puas dengan apa yang terjadi, ia selalu bisa satu hati dengan Xena untuk menjahili Vrans. "Tuh kan, memang laki-laki muda saja tapi tidak tahu cara memperlakukan wanita dengan benar." ucapnya yang berlagak selayak laki-laki dewasa pada umumnya.     

"Kalian sangat lucu," komentar Felia sambil terkekeh.     

Tiba-tiba saja, titik fokus Xena berubah menjadi ke arah Felia sambil mengubah kedua bola matanya yang menjadi sangat mirip dengan ekspresi terkejut. "Woah?! Nyonya Luis, iya kan?" tanyanya dengan heboh, bahkan tidak malu untuk mengungkapkan first impression saat melihat Felia yang duduk manis tepat di samping Leo.     

Menggaruk lengannya yang tidak gatal, ia merasa jauh berbeda dengan Xena yang sungguh banyak bicara namun dirinya diam-diam saja. "Hai sayang, bukan nama ku Azrella Farisha dan panggilan Felia saja sudah cukup kok." ucapnya sambil menampilkan sebuah senyuman yang terlihat sangat mempesona. Bahkan aura wanita dewasa dari tubuhnya menyeruak keluar, seolah-olah memang dirinya sudah matang masuk ke dalam status pernikahan.     

"Halo Nyonya, aku Xena Carleta Anderson panggil saja Xena senang berkenalan dengan mu."     

"Jangan panggil Xena, panggil saja gadis pluto."     

Tiba-tiba saja terlihat Xena yang mencubit ganas pinggang Vrans tanpa memberikan kepada laki-laki itu untuk melawannya.     

"Sebaiknya tutup saja panggilannya, mereka sedang bersenang-senang satu sama lain."     

"Memangnya kenapa? seperti Xena ingin berbicara dengan mu, sayang. Xena..."     

Suara bariton Leo langsung saja terdengar jelas sehingga sang empunya nama langsung saja menolehkan kepala dan memusatkan seluruh perhatiannya kepada dirinya.     

"Iya, Daddy?"     

"Tidak ingin berbicara dengan Felia?"     

"Oh mau, Daddy! Vrans nya aja nih yang menyebalkan dan terus menerus membuat ku kesal."     

Terlihat Vrans yang mengerucutkan bibirnya, lihat bahkan laki-laki dingin kalau sudah jatuh cinta pun berubah menjadi perasa dan tentunya memiliki rasa sayang yang tiada tara.     

"Nyonya Fe--"     

"Jangan panggil aku Nyonya panggil saja Felia seperti nama biasa," koreksi Felia sambil menampilkan sebuah senyuman.     

Xena meringis kecil lalu menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal. "Aku tidak enak dengan Daddy, oh apa aku panggil Mommy saja, gimana?"     

Seperti tersedak salivanya sendiri, Felia terbatuk kecil saat mendengarnya. "E-eh? jangan memanggilku seperti itu juga sama sekali tidak--"     

"Tidak masalah."     

Suara bariton milik Leo menyela apa yang ingin di ucapkan oleh Felia selanjutnya, membuat wanita itu langsung membelalakkan kedua bola matanya karena benar-benar terkejut.     

"Hei!" protesnya sambil menaikkan sebelah alis, bersikap seolah-olah protes dengan apa yang diucapkan oleh Leo dan itu memang sebuah kebenaran!     

Leo hanya terkekeh geli, lalu mempersilahkan supaya Felia kembali berbicara dengan Xena. Kalau putranya bebal tidak ingin mendekatkan diri dengan wanitanya, ya maka ia akan menyuruh untuk sang menantu yang terbiasa akan menerima Felia dengan lapang dada. Lagipula, Vrans tidak pernah berkomentar jauh apalagi sampai tidak suka dengan wanita yang sedang bersamanya.     

"Kapan-kapan aku akan minta Vrans untuk ke London sekalian bertemu dengan Damian dan Klarisa, nanti kita bertemu."     

"Tidak bisa sayang, lupa kalau kita memiliki seorang anak?" ralat Vrans yang sedikit menegur Xena. Bukan masalah mereka tidak bisa, tapi berlibur dengan anak yang masih kecil tentu tidak terdengar terlalu menyenangkan, iya kan?     

Tiba-tiba saja, Felia langsung menolehkan kepalanya ke arah Leo dengan sorot mata yang memohon. "Apa kapan-kapan kita bisa ke New York mengunjungi mereka?" cicitnya, terlihat sangat menggemaskan.     

Bagi Leo, tidak ada yang tidak bisa. Jadi, mungkin saja rencana akhir pekan mereka yang sebelumnya ingin terbang ke Italia akan berbelok menjadi menuju ke New York. Baginya, tidak ada yang mustahil karena tidak bisa mewujudkan keinginan wanitanya.     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.