My Coldest CEO

82| Trying To Be Friends Again



82| Trying To Be Friends Again

0Hari berlalu begitu cepat, seluruh keluarga Wallson berhasil menggemparkan dunia dengan berita yang sangat hangat dan tentunya menarik. Mereka hanya tahu kalau Felia adalah kekasih baru dari Leonardo Luis, tanpa latar belakang yang jelas. Dan tiba-tiba tak lama kemudian tersebar lah berita mengenai Felia yang satu darah dengan Lethuce Fabrio Wallson.     

"Bagaimana rasanya menjadi terkenal, enak?"     

Felia menatap wanita di sebelahnya, mereka duduk di tepi kolam renang dengan kedua kaki yang dicelupkan ke dalam air. Ia menatapnya dengan sangat lekat, masih tidak percaya kalau takdir menyetujui mereka untuk kembali saling berbincang. "Tidak tahu, aku tidak merasakan apapun. Masih sama, seperti Felia yang dulu. Harusnya kamu tanya itu pada diri mu sendiri, kan jauh lebih terkenal kamu daripada aku." ucapnya dengan kekehan kecil.     

Mencoba untuk menghalau rasa awkward yang kian menebal di antara mereka, ya Felia bersikap tenang walaupun terasa sangat sulit. Ya masa ingin bertengkar dengan jangka waktu lama sih? kan tidak seperti itu.     

Dia Azrell, memangnya siapa lagi yang menjadi satu-satunya teman wanitanya? hanya dia. Ya walaupun sempat berselisih paham dan adu mulut satu sama lain, tetap saja menurut Felia wanita di sampingnya ini masih tetap orang yang sama seperti sebelumnya.     

Azrell menatap manik mata Felia, sedaritadi kata maaf seharusnya sudah terlontar dari dalam mulutnya namun hal itu tak kunjung terjadi. Ia masih ragu, ah bukan ragu lebih tepatnya ia tidak tahu bagaimana harus memulai. "Aku hanya pemain lama dan sudah pasti tidak trending lagi, ayolah nikmati hari-hari mu sebagai orang yang di kenal dunia." ucapnya sambil tersenyum, nada suara yang tulus namun di ucapkan dengan pelan.     

Iri? tidak, ia rasa perasaan yang hanya membuat dirinya menjadi pribadi yang buruk adalah hal yang patut untuk di hilangkan dan di singkirkan.     

Felia menganggukkan kepalanya, mungkin bagi sebagian wanita menjadi populer adalah hal yang dimimpi-mimpikan namun bagi dirinya itu bukanlah hal yang menarik. Dan memang apa serunya sih di kenal banyak orang? baginya, ketenangan masih menjadi hal yang paling menarik.     

"Iya, aku menikmatinya dengan cara ku. Lagipula aku tidak tahu akan berada di posisi ini dam tidak mengidam-idamkannya. Jadi... ya biasa saja."     

"Ah kamu selalu saja seperti itu, padahal kan seru di kenal banyak orang. Nanti kalau jalan kita di sapa, di lemparkan senyuman yang menawan, pokoknya manjadi perhatian orang-orang."     

"Benar juga, nanti aku akan membalas kebaikan mereka dengan kebaikan juga. Biarin saja untuk perawalan, aku masih terlihat kaku seperti ini."     

Felia menguncang-uncang kakinya di dalam air, membuat gelombang yang saling bertabrakan satu dengan yang lainnya. Ia sudah memutuskan pandangannya dari Azrell, masih belum sanggup mengeluarkan banyak topik pembicaraan yang menarik. Biasanya, dengan senang hati wanita di sampingnya itu akan bercerita banyak hal tentang hari-harinya namun sudah beberapa hari terakhir semua itu sirna sampai pada detik ini.     

"Kamu tau tidak, aku kesal sekali dengan kakak mu si Rio." Azrell mencoba untuk membuka suara, karena memang biasanya ia lah yang paling cerewet dan selalu membawa topik pembicaraan yang baru dan hangat.     

Dalam hati, Felia tersenyum dengan lebar. Ia menatap Azrell dengan penuh antusias, sama seperti apa yang dilakukannya dulu ketika wanita itu juga bercerita dengannya. "Iya? memangnya kenapa, Azrell? apa dia menyebalkan? kalau ia, cubit saja biar tahu rasa." ucapnya sambil mendengus kecil.     

Tadi, setelah beberapa lama akhirnya akrab dengan Rio. Seperti pertemuan awal mereka, laki-laki itu tetap menyebalkan dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Sebagian besar keluarga Wallson mengatakan kalau dirinya cantik, jauh berbeda dengan Rio. Dan tebak apa jawaban laki-laki itu?     

'Jelas saja Felia lebih cantik, orang dia wanita. Yang tampan itu aku, pokoknya yang paling tampan di keluarga Wallson itu Rio seorang.'     

Dengan PD-nya ia mengatakan hal itu di depan seluruh keluarga, yang ada mereka semua hanya bisa geleng-geleng kepala saja karena sudah mengetahui sifat Rio yang memang lebih ceria jika di bandingkan dengan dirinya.     

"Gimana mau aku cubit? hukuman dia itu justru sangat berbahaya, euhm sekaligus nikmat."     

"Memangnya hukuman apa?"     

Felia tentu saja kebingungan. Padahal, kalau Azrell berbicara to the point tentu saja dirinya langsung paham dan mungkin semburat merah jambu langsung tercetak jelas di pipinya.     

Azrell yang mendengar pertanyaan lugu itu pun langsung saja memutar kedua bola matanya, merasa gemas dengan Felia. "Itu loh aku di gempur oleh Rio, rasanya nikmat banget." ucapnya sambil sedikit membayangkan memori cuplikan saat mereka melakukan hubungan badan, kini tubuhnya terasa merinding sampai menjalar ke daun telinga.     

Felia yang mendengar itu pun langsung paham tanpa harus berbasa-basi lagi, dan ya seperti apa yang di duga sebelumnya kini kedua pipinya menyerupai kepiting rebus. "A-ah itu? sebaiknya jangan membahas hal yang vulgar." ucapnya dengan gugup, bahkan kini pandangan kian beralih supaya Azrell tidak melihat dirinya yang memang menjadi salah tingkah.     

"Kenapa kamu? kok jadi kamu yang malu seperti itu? kan aku hanya mengatakan hal yang aku rasakan saja."     

"Ah bukan seperti itu, Azrell. Sebaiknya lupakan saja, sangat tidak penting membahas hal itu."     

Mendengar deretan kalimat yang keluar dari mulut Felia, tentu saja membuat Azrell langsung menyipitkan kedua bola matanya seolah-olah merasakan ada sesuatu yang janggal. Ia awalnya tidak mengerti kenapa wanita di sampingnya merasa salah tingkah, namun setelah beberapa detik ia pun akhirnya tertawa sambil menjentikkan jemarinya. "Ah aku tahu!" pekiknya, nada bicaranya kini terdengar riang sekali.     

Tentu saja hal itu membuat Felia kembali memusatkan pandangannya pada Azrell, ia menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa? jangan sok tahu ya kamu, aku tidak--"     

"Kamu sudah berhubungan badan kan dengan Leo..." Azrell memotong pembicaraan Felia, kini jarinya menunjuk wajah wanita tersebut dengan senyuman yang mengembang.     

Kalau dulu ia tahu semua ini, pasti amarah kembali menguasai dirinya bahkan bisa saja seorang Azrell mendorong Felia supaya tercebur ke kolam renang karena berhasil mencicipi Leo sebelum dirinya. Namun kini, baginya Leo bukan apa-apa lagi. Namanya juga masa lalu, tidak pantas saja kalau diingat-ingat terus menerus.     

Fekua semakin tersipu malu, mengalahkan warna merah ranumnya buah tomat yang siap panen. Ia menatap lekat Azrell, rasanya ia ingin menenggelamkan diri di kolam renang untuk menetralisir panas yang menjalar di tubuhnya. "Sudah ku bilang jangan membahas hal itu, Azrell. Kamu sama menyebalkan dengan Rio, huh." ucapnya sambil mendengus kecil.     

Azrell terkekeh kecil, lalu saat mendengar nama Rio dengan refleks pun ia memutar kedua bola matanya. "Jangan menyebutkan nama laki-laki menyebalkan itu, Fe. Dia tidak pantas untuk di samakan dengan ku,"     

Enth kenapa, mungkin rasa gengsi Azrell tinggi untuk mengakui kalau dirinya sudah nyaman berada di dekat Rio. Bahkan mereka memutuskan untuk menjalin hubungan yang langsung di bawa ke jenjang lebih serius bulan depan. Padahal ia menolak, namun lagi-lagi laki-laki itu selalu memaksanya seolah-olah tanpa penolakan.     

"Masa iya? tapi kalian pantas kok untung di samakan, seperti apa tuh namanya...? couple goals, asik."     

"Jangan berbicara seperti itu, Rio mana ada goals-nya. Dia tuh lebih ke tipe laki-laki yang berisik, menyebalkan, pengganggu--"     

"Tadi kamu bilang kalau di gempur dengan ku itu nikmat, jadi yang mena yang benar?"     

Felia maupun Azrell tersentak secara bersamaan ketika mendengar suara bariton yang tiba-tiba memotong pembicaraan salah satu dari mereka. Di sana terlihat Rio dan Leo yang dikit lagi sampai ke arah mereka. Tampan sekali... apalagi terlihat mengenakan outfit casual yang sederhana.     

Felia terkekeh geli kala kini gantian lah wajah Azrell yang benar-benar memerah padam, ia hanya menatap wanita yang berada di sebelahnya itu dengan sorot kata seakan-akan memberikan semangat karena pasti setelah ini akan di jahili oleh Rio.     

Kedua bola matanya beralih ke arah Leo yang masih stay cool, lalu laki-laki itu berhenti tepat di dekatnya lalu memutuskan untuk berjongkok. "Gimana?" tanya Leo tanpa kalimat penjelas tentang pertanyannya yang hanya menghadirkan satu kata saja.     

Tentu jangan di tanya lagi bagaimana ekspresi Felia saat ini, dia dengan wajah kebingungan langsung menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Apanya yang gimana sih, Tuan."     

"Ekhem, kok Tuan lagi? kita udah lama loh sayang, masa iya belum terbiasa dengan panggilan sayang."     

Lagi-lagi kena teguran, dalam hati Felia juga merutuki ucapannya yang selalu menganggap dan menaruh minded kalau Leo sangat pantas untuk di panggil dengan embel-embel Tuan.     

Meringis kecil, ia mencuri-curi perhatian ke arah Azrell dan Rio yang juga lagi mengobrol lalu tatapannya kembali bertabrakan dengan milik Leo. "Ah iya sayang, ada apa? apa yang kamu maksud dengan gimana?" tanyanya yang meralat kalimat sebelumnya supaya sesuai dengan teguran sang kekasihnya.     

Leo tersenyum lebar, ia sangat suka dengan raut wajah Felia yang terlihat seperti tertangkap basah, sangat terlihat menggemaskan. "Gimana mengobrolnya? aman kan? saya cuma takut kamu kenapa-kenapa makanya menyusul ke sini." ucapnya sambil menjulurkan tangan untuk mengacak-acak gemas puncak kepala wanitanya.     

Felia melebarkan senyumnya, ini yang ia suka dari Leo dari hari ke hari tingkat pedulinya semakin tinggi. Dulu ia sangat berekspresi kalau seorang laki-laki hanya manis di awal saja, namun pernyataan di benaknya itu salah bahkan Leo lebih dari sekedar sempurna.     

"Aku baik-baik saja, jangan terlalu khawatir ya sayang." ucapnya sambil meraih rahang Leo, lalu dielusnya dengan perlahan sampai sang empunya menggeram kecil akibat ulahnya. Lucu sekali, seperti anak kucing.     

"Yasudah kalau begitu yuk kita pulang,"     

"Eh Felia mau di bawa kemana? dia hari ini menginap di rumah ku."     

Suara Rio yang mendengar Leo mengajak Felia pulang pun akhirnya terdengar membuat kekasih dari wanita yang di maksud langsung mengangkat bahunya cuek. "Saya tidak peduli, dia wanita saya, kekasih, dan masa depan saya. Jadi, dia harus tidur bersama saja, masa sama kamu."     

"Ih bukan gitu maksud ku, ya kita gak akan tidur satu ruangan lah aneh banget rasanya lebih baik tidur satu ranjang dengan Azrell."     

Puk     

"Dasar laki-laki mesum!" sambar Azrell sambil menampar kecil mulut Rio yang memang asal bicara.     

Felia yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya saja, lalu menatap ke arah Rio. "Aku ikut dengan Leo, dadah kakak menyebalkan." ucapnya sambil menjulurkan lidah. Bersama dengan Leo adalah hal yang paling aman sedunia, tidak akan di ganggu dengan kejahilan Rio yang memang benar-benar menyebalkan.     

Tentu saja Leo merasa memang, dan langsung menggendong wanitanya ala bridal style. "Duluan ya, sampai jumpa. Jangan pacaran di pinggir kolam renang, nanti di dorong sama hantu."     

...     

Next chapter     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.