Last Boss

Chapter 57 - Markas Keamanan Pusat



Chapter 57 - Markas Keamanan Pusat

0Di sebuah rumah di distrik perumahan mewah, pasukan berjubah yang mengepung Edward dan Karma karena menerobos masuk rumah yang diduga sebagai tempat Fornelia, Ivaldi dan Retto berada, mereka bersujud dihadapan Edward yang melepaskan sihir penyamaran pada wajahnya, menunjukkan kepada mereka siapa yang sudah mereka lawan sebenarnya.     

Kaisar Void, kenapa beliau ada disini? Begitu pikir mereka yang gemetaran melihat penguasa tertinggi ras Iblis dihadapan mereka.     

Void menatap mereka penuh rasa jijik, amarah dalam dirinya masih meluap meski telah membunuh sebagian dari mereka dengan tangannya sendiri.     

Kenapa? Amarahnya tidak bisa dikendalikan, rasa takut yang juga harusnya ia rasakan ketika mengayunkan pedang pun lenyap. Seolah ia bukanlah dirinya lagi.     

Edward melangkah mendekati mereka, menarik kepala mereka dengan tangannya dan mengangkatnya hingga memaksanya menatap dirinya.     

"Dimana mereka?"     

"E--eh?"     

"Penjaga yang kalian bawa, dimana mereka?"     

"I--itu ... A--aaaaaaaaagh!"     

Ia mencengkram kepalanya sangat kuat, mengabaikan segala erangan rasa sakit yang pria berjubah keluarkan. Sedikit lagi, hanya menambah sedikit tenaga Edward dapat menghancurkan kepalanya. Namun Edward berhenti dan meregangkan cengkramannya.     

"Dimana mereka."     

"Ba--bawah! Ruang bawah tanah!"     

"Terima kasih."     

Dengan tangan lainnya Edward menarik pedang, memisahkan kepala lelaki itu dari tubuhnya. Mereka gemetar, tidak ada lagi yang berani menentang setelah melihat rekan mereka terbunuh ditangan Kaisar.     

Karma yang berada dibelakangnya tidak dapat melakukan apa-apa, ia hanya memejamkan matanya dan memalingkan wajahnya seakan tidak ingin tahu apa yang terjadi. Satu-satunya yang ia tahu, saat ini sang penguasa Kekaisaran benar-benar marah. Sosok Juniornya dan kaisar benar-benar menunjukkan dua sosok itu berbeda meski dalam satu tubuh yang sama.     

"Kalian, tunjukkan jalannya."     

Orang-orang berjubah itu langsung berdiri dan mendahului mereka, berjalan terburu-buru dengan gemetar menuju suatu tempat menunjukkan jalan menuju ruang bawah tanah.     

"Karma, ayo. Skill: disgrace cover."     

Ia kembali menggunakan samaran pada wajahnya, berubah menjadi anak laki-laki berambut perak cerah meski ekspresinya tampak membeku.     

Mereka dibawa ke suatu gudang yang ada di ujung lorong ruangan itu. Edward menarik pedangnya, mengarahkan kearah mereka sekali lagi kemudian berkata.     

"Jika ada yang merencanakan sesuatu dan menyerangku, aku tidak segan membuat kalian menderita."     

Mereka yang dipenuhi rasa ketakutan tidak berani melakukan hal seperti itu lagi, berbalik kearah Void dan berlutut berusaha meyakinkan sang Kaisar.     

"Ka--kami tidak merencanakan apapun, paduka! Percayalah pada kami! Jalan menuju ruang bawah tanah ada di gudang ini!" ucap salah satu dari mereka panik, takut akan pedang memotong leher mereka.     

Edward menghela nafas dingin, meminta mereka semua masuk lebih dulu dan segera menunjukkan jalan untuk kebawah. Pria berjubah itu mematuhinya, masuk kedalam gudang dan langsung mencari sebuah kunci untuk membuka jalan kebawah. Mereka memutar sebuah ornamen hiasan kristal cahaya, lantai kayu di tengah gudang itupun bergeser memunculkan tangga kebawah.     

"Jalan."     

Mereka bergegas masuk kedalam diikuti terus oleh Karma dan Edward, lorong dihiasi oleh cahaya kristal berwarna kuning, sama seperti ruang bawah tanah pada pos penjaga mereka. Di ujung tangga, sebuah cahaya sangat terang dari sebuah ruangan.     

Mereka disini, kedua teman barunya juga seniornya berada di tempat ini, tengah terkapar tak sadarkan diri. Mata Edward membulat melihat kondisi mereka, Retto babak belur terkapar dilantai, Ivaldi ia tidak bisa melihat jelas apa yang terjadi dengannya namun tampak baik-baik saja, lalu Fornelia. Edward tidak bisa melihat dirinya, ia tidak memakai seragamnya lagi, bahkan tidak ada sehelaipun dari tubuhnya.     

"Karma, urus Fornelia lalu periksa juga kondisi Ivaldi. Aku akan mengurus Retto."     

Karma pun terkejut melihat kondisi Fornelia, sebagai ketua ia seharusnya tidak bisa membiarkan salah satu anggotanya sampai terluka parah, ia memiliki tanggung jawab, tetapi ia membiarkannya. Ia mengepalkan tangan dengan kuat, berusaha mengendalikan amarahnya di depan sang Kaisar.     

Namun Edward berkata "Jika kau marah, kau bisa lakukan sesuatu dengan mereka," seraya ia melirik kearah pria-pria berjubah, mereka seketika berjongkok dan memegangi kepalanya ada pula yang bersujud sambil memohon ampun.     

Rasa sakit dalam dadanya tak tertahankan, anak buahnya yang selalu melukiskan senyuman di wajahnya diperlakukan seperti budak, Karma tidak bisa menahan diri lagi. Ia menarik salah satu dari mereka, memaksanya berdiri "Tidaak! tidaak!"     

"Diam!"     

Karma memotong kedua tangan pria itu hingga terpisah dari tubuhnya.     

"Aaaaaaaakh! tangan! tangan!"     

Darahnya keluar dari lengannya, dengan cepat membanjiri lantai. Tidak ada yang bisa menolongnya, rekan-rekannya hanya memandang ngeri melihat teman mereka menggeliat di lantai. Karma melepaskan tali yang mengikat tangan Ivaldi dan Fornelia lalu melempar tali itu kepada para penculik dan berkata "Gunakan itu. Tutupi lukanya dengan kain dan ikat lengan bagian atas dengan kuat, darahnya akan berhenti."     

Meski ia sangat marah, tetapi Karma masih menunjukkan belas kasih kepada oeang jtu "Begitu. Kalian beruntung, ya," ucap Edward merasa kagum dengan Karma.     

"Kalau begitu lakukan perintah ku. Lalu kalian jangan ada yang bergerak atau berpikir untuk melarikan diri. Seandainya pun kalian melarikan diri, aku akan mencari kalian dan tidak memberikan kalian kesempatan kedua," lanjutnya memberikan ancaman serius kepada mereka, bukan gertakan semata.     

Pada peta layar sistemnya, selain ada titik biru sebagai tanda ally/teman dan hijau sebagai menandakan posisi Edward berdiri. Namun kini juga muncul titik warna lain berwarna merah, merah yang sama seperti warna kedipan yang muncul saat Ally terluka. Titik merah itu tanda sebagai musuhnya, atau biasa disebut juga Enemy. Mungkin itu terjadi ketika Edward merasakan amarah dan kebencian kepada mereka, dan berlaku juga sebaliknya untuk memunculkan titik biru pada peta.     

Edward mendekati Retto yang sedang terkapar di dekat pintu di ruangan lain, dirinya seperti sedang merangkak keluar namun kesadarannya menghilang sebelum berhasil keluar. Tubuhnya memar, bagian wajah juga begitu. Saat itu ia hanya memangku Retto dan menatapnya miris, mengeratkan gigi jengkel karena melihat temannya berakhir seperti itu.     

"Andaikan aku memiliki sihir penyembuh, aku pasti akan menyembuhkanmu saat ini juga," ucap Edward, ia pun merangkul Retto dan mengangkatnya, lalu membawanya "Ivaldi, Retto, ayo kembali."     

\*\*     

Edward bersama karma membawa Retto dan Fornelia keluar, juga penjahat yang tersisa dipaksa membantu mereka untuk membawa Ivaldi keluar bersama mereka. Selain karena tunduk akan rasa takut, mereka juga dijanjikan untuk tetap hidup jika mereka terus patuh seperti sekarang oleh sang Kaisar. Namun ketika keluar, tepat di depan pintu rumah itu, sekelompok prajurit Kekaisaran mengepung mereka dan di dekat gerbang ada banyak penduduk yang menonton mereka.     

Edward memperhatikan semua prajurit yang mengepung mereka, salah satu dari prajurit hanya ada satu orang yang tidak mengenakan helm besi. Rambutnya pirang, memiliki tatapan serius nan keji saat menatap mereka. Bagian lengannya terdapat sebuah ban lengan berwarna belang merah dan hitam, hanya pria itu yang memakai ban lengan sedangkan sisanya, tidak.     

"Apa maksudnya ini!"     

Orang itu mendekat lalu menunjukkan ban lengannya kepada mereka.     

"Saya mendapat laporan jika ada penjaga yang tidak memiliki surat perintah memaksa masuk ke dalam rumah di distrik perumahan. Segala tindakan khusus yang dilakukan penjaga harus memiliki, anda tahu itu bukan?" ucap orang itu sangat tegas sampai Karma tidak dapat membalasnya "Lalu saya juga mendapat laporan jika anda dan rekan anda memukuli penjaga gerbang dan memaksa masuk kedalam distrik, penjaga itu sendiri yang melaporkan kalian."     

Penjaga gerbang distrik, penjaga yang berkhianat itu mereka lepaskan karena terburu-buru menyelamatkan Fornelia dan yang lain. Kesalahan besar mereka meninggalkan pengkhianat itu, dia memberikan keterangan palsu kepada penjaga lainnya.     

"Penjaga itu berbohong–. Ugh."     

Perut Edward langsung dipukul sebelum ia menyelesaikan ucapannya. Meski dalam data ketahanan tubuhnya sangat kuat, tapi pukulan lelaki itu bisa membuat Edward merasakan sedikit rasa sakit di bagian perutnya. Edward memegang perutnya lalu meringkuk seolah benar-benar merasakan sakit yang parah, Retto yang dirangkulnya pun ikut terjatuh bersamanya.     

"Kalian semua ikut kami, kalian menjadi terduga pelaku penculikan selama sepekan ini," ucap pria itu lalu berjalan membelakangi mereka.     

"Tunggu! Kalian tidak memiliki bukti!" bantah Karma.     

"Bukankah prajurit dan perempuan yang kalian bawa itu adalah buktinya?"     

Kesalahpahaman semakin besar, Fornelia memang ditangkap dan disekap oleh sekelompok orang, tetapi mereka salah menyangka jika Edward dan Karma adalah tersangka.     

Mereka semua pun ditahan, Retto, Ivaldi dan Fornelia direbut dari mereka dan dibawa oleh prajurit lainnya sedangkan Karma dan Edward juga keempat tersangka sebenarnya diseret dengan rantai yang mengikat tangan mereka dengan kuat, selain itu tidak hanya kuat tetapi dilapisi suatu sihir yang mengokohkan rantai itu yang membuat semakin sulit untuk dilepas. Saat diseret, Edward hanya tersenyum. Meninggalkan rasa merinding pada keempat pria berjubah hitam.     

Mereka dibawa ke kereta kuda yang besar dan dimasukan dalam satu kereta kuda yang sama, sedangkan Retto, Fornelia dan Ivaldi berada di kereta yang terpisah. Mereka pun dibawa ke suatu tempat, mereka tidak bisa melihat keluar, hanya ada sebuah jendela sangat kecil yang menjadi udara masuk, tetapi dari situ pun mereka tidak bisa melihat sekitar mereka dengan jelas.     

"Astaga aku tidak menyangka aku akan ditahan prajurit ku sendiri," keluh Edward, ucapannya terdengar seperti lelucon yang membuat mereka enggan untuk tertawa.     

Mungkin lucu bagi Edward, tapi tidak untuk bawahannya. Bahkan kriminal pun yang tidak mengabdi untuk sang Kaisar menjadi gentar setelah tahu identitas Edward sebenarnya hingga tak berani mengangkat senjata lagi, bagaimana dengan prajurit Kaisar sendiri?     

"Padu–. Edward, maafkan saya. Dia adalah orang dari keamanan pusat, mungkin dia punya jabatan tinggi. Saya tidak bisa melawan," ucap Karma menyesal karena tak bisa berbuat apa-apa.     

"Tidak apa, aku mengerti soal itu. Lagipula dengan begini kita bisa dibawa ketempat yang aman dan Nona Fornelia, Ivaldi juga Retto pun bisa langsung dirawat," ucap Edward sambil tersenyum kepadanya "Walau itu berbahaya untuk mereka, sih."     

Edward melirik kearah pria-pria berjubah disampingnya seraya tersenyum jahil. Tentu saja apabila mereka akan diperiksa itu artinya keempat orang itu yang benar-benar berada dalam masalah, tidak dengan Edward dan Karma.     

Keempat orang itu langsung memelas, mereka pasrah dengan keadaan mereka. Lebih baik ditahan daripada mati, itu yang mereka pikirkan saat ini.     

"Tenang saja, aku tidak sekejam yang kalian pikirkan. Selama kalian menuruti perintah ku dan kalian bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan kebohongan dalam ucapan kalian, aku akan meringankan hukuman kalian. Tapi jika berbohong, aku tidak akan segan merenggut nyawa kalian, mengerti?"     

Mereka seketika menunduk kearah Edward "Mengerti, paduka," ucap mereka.     

Kereta kuda terus berjalan, sepanjang jalan itu Edward hanya memejamkan mata, ia tidak membuka layar sistemnya, ia hanya terdiam dan berpikir apa yang telah ia lakukan hari ini. Tangannya kotor, tangannya telah berlumuran darah seseorang yang nyawanya ia ambil.     

'Aku adalah pembunuh, apapun alasannya aku sudah membunuh meski itu adalah iblis. Mereka yang ku bunuh mungkin punya keluarga atau anak yang menunggu mereka dirumah, tapi aku membunuh mereka ... Tapi kenapa? Aku tidak merasa menyesal, aku tidak merasa takut, yang kurasakan hanya kebingungan ... Apa aku berubah? Atau tubuh ini merubah ku ...'     

Beberapa jam kemudian, kereta kuda berhenti. Pintu pintu besi kereta kuda pun dibuka, rantai yang mengikat tangan mereka semua pun ditarik dan dipaksa keluar. Tetapi hanya kereta mereka yang ada di sana, kereta yang membawa Retto dan yang lain tidak ada.     

"Kemana kereta satunya pergi?" tanya Edward kepada prajurit yang menariknya.     

"Hah? Kenapa kau ingin tahu? Bukan urusanmu kan? Yang pasti mereka berada di tempat yang aman jauh dari kalian," ucap prajurit itu, terdengar menjengkelkan dan sangat merendahkan Edward. Meski begitu bukannya marah, tapi Edward justru merasa lega jika Retto dan yang lain dibawa ke tempat yang lebih aman.     

"Tuan Belial, anda sudah ingin kembali?" ucap seorang pria mengantar Belial sampai ke pintu ruangan itu, ruang kerja kepala kemanan pusat.     

Keamanan pusat memiliki tugas untuk menjamin keamanan di seluruh penjuru kota Kekaisaran, dan di Ibukota adalah markas besar mereka yang berada di barat laut Ibukota dekat dengan Istana Kekaisaran.     

Jenderal Iblis Belial menjadi penanggung jawab atas lembaga Keamanan Pusat Kekaisaran, tapi untuk memudahkannya ia memberikan tugasnya kepada Kepala Keamanan Pusat dan sebagian tanggung jawab lembaga diberikan kepadanya.     

Walau begitu Belial tidak lepas tanggung jawab begitu saja, beberapa hari sekali atau dikala ia senggang, ia akan memeriksa markas pusat Keamanan Pusat.     

"Ah ya, aku tidak bisa meninggalkan benteng Drachen begitu saja, sih," ucap Belial kepada seorang Iblis berambut hitam, selalu pakaian hitam berlengan panjang hingga celanan panjangnya pun hitam, ia pun memakai topi militer yang juga berwarna hitam.     

"Begitu, apa tahun ini ada yang menarik perhatian anda?" tanya orang itu.     

"Tidak, mungkin belum. Lagipula baru hampir satu pekan jadi belum ada yang begitu menonjol di penglihatan ku, tapi merek cepat belajar, sepertinya mereka dapat cepat masuk kriteria prajurit Kekaisaran."     

Seorang tiba-tiba berjalan dengan cepat, rambutnya pirang dengan ban lengan berwarna belang merah dan hitam pada lengannya. Dia mencondongkan tubuhnya dengan telapak tangan kanan di dada kirinya, memberi hormat kepada kedua orang fi depannya.     

"Oh Albert, kau sudah kembali. Apa itu artinya ..."     

"Benar, Tuan Hollow, saya sudah menangkap mereka," ucap pria itu bernama Albert kepada pria dengan pakaian serba hitam.     

"Ada penangkapan?" tanya Belial yang tidak tahu.     

"Ya, kami mendapat laporan dari penjaga yang patroli di sekitar distrik perumahan mewah jika ada yang memukuli penjaga gerbang distrik dan juga ada laporan jika orang-orang itu masuk kedalam salah satu rumah dengan paksa. Tuan Albert yang juga ada di sekitar sana langsung memeriksa tempat kejadian dan melaporkannya padaku menggunakan Message," jelas Hollow kepada Belial sesingkat mungkin, kemudian ia kembali melihat kearah Albert "Bagaimana kamu membawa mereka?"     

"E--eh? Itu yang anda tanyakan? Ya ... Saya membawa mereka dengan kereta kuda milik pos terdekat, pos penjaga 100 memilikinya jadi saya meminjamnya," jelas Albert menjawab pertanyaan tidak penting Hollow.     

"Kalau begitu bukankah sebaiknya kita melihat mereka?" usul Belial, menengahi pembicaraan mereka yang mengarah ke pembahasan yang tidak penting.     

"Anda benar, kalau begitu ayo," sahut Hollow, kemudian diantar oleh Hollow ke aula utama.     

Sesampai di aula, Belial dan Hollow melihat dari atas sementara Albert mendekati kriminal yang akan memasuki markas pusat. Mereka dapat mendengar suara Albert yang membentak kriminal yang ia bawa, ia menariknya dengan kasar.     

"Aw!"     

Belial langsung mengangkat alisnya, suara pekik itu sangat tidak asing ditelinganya. Di suatu tempat ia pernah mendengarnya, Tidak, bahkan ia sering mendengarnya. Ia tahu siapa pemilik suara itu.     

'Jangan bilang ...'     

"Apa kau tidak bisa pelan-pelan?"     

"Berisik! Kriminal! Bisa-bisanya kau meminta itu."     

Hollow tertawa mendengar obrolan singkat albert dengan seorang pria berambut perak yang memakai seragam prajurt.     

"Tuan Belial, bagaimana–. Hmm? Tuan Belial."     

Sementara itu Belial mematung, dirisnya shock meninggalkan mulut yang ternganga dengan lebar. Keringat dingin seketika membanjiri dirinya, dugaan dan ketakutan ia ternyata benar jika itu adalah orang yang ia kenal.     

"Gaaaaaaaaaaaaaaaa!"     

Teriak belial sangat panik, sangat keras hingga menarik perhatian semua orang disana. Begitu juga para kriminal yang langsung menoleh kearahnya.     

"Oh? Belial, sedang apa kau disini?" tanya Edward yang juga melihat kearahnya.     

"Hey! Beraninya kau bicara tanpa hormat seperti itu–."     

\*Brug!     

Lantai berguncang sangat kuat hingga beberapa pria berjubah terjatuh akibat guncangan itu. Belial melompat dari lantai dua hingga membuat lantai yang ia pijak untuk mendarat hancur seketika.     

"Tu--tuan Belial ada apa?" tanya Albert.     

"Lepaskan dia! Cepat lepaskan dia sekarang! Dia adalah–."     

"Saya sudah tahu tuan Belial, sebelum menangkapnya saya tahu jika lelaki rambut perak ini adalah kadet yang berlatih di benteng anda, tapi kriminal tetaplah kriminal, saya tidak bisa–."     

"Bodoh! Dia bukan kadet biasa! Cepat lepaskan dia sebelum kau menyesal."     

"Tuan Belial," Albert menghela nafas lelah, jiwa pengabdiannya sangat kuat untuk Kekaisaran jadi ia akan tetap melakukan tugasnya meski itu orang terdekat Belial "Saya tetap tidak bis–."     

Sebelum ucapan Albert berakhri, Belial dengan tangan kosong langsung memotong rantai yang ditarik Albert.     

"A--anda tidak apa-apa?"     

"Tuan Belial! Apa yang anda lakukan!"     

"Seharusnya aku yang bertanya itu padamu!"     

Edward yang sedari tadi menahan tawa langsung tertawa lepas karena pemandangan yang terlalu menarik.     

"Kau! Kenapa kau tertawa! Dasar tidak sop–."     

Pukulan Albert langsung ditahan oleh Belial. Semakin menimbulkan kebingungan diantara prajurit yang menyaksikan mereka.     

"Tuan Belial ..."     

"Jangan menyentuhnya!"     

Seseorang bertepuk tangan, tepuk tangannya cukup keras hingga menggema di aula.     

"Yah, tenanglah Belial. Tidak apa-apa, tenang ya," ucap Edward, seraya menepuk-nepuk punggung Belial.     

Ikatan besinya terlepas, berkat itu juga Edward bisa bertepuk tangan dengan keras. Seharusnya ikatan besi yang mengikat pergelangan tangannya harus dibuka dengan bantuan orang lain, tapi Edward sendiri pun mampu. Ia tidak melepaskannya tapi menghancurkan rantai yang mengikatnya itu, serpihan dan pecahan rantai dibawah kaki ya menjadi bukti tindakannya itu.     

Albert terkejut mendengarnya, matanya membulat tidak percaya melihat rantai yang ia lapisi dengan sihir bisa hancur.     

"Bagaimana bisa?"     

"Dasar bodoh, tentu saja dia bisa," sahut Belial, disaat yang sama Edward melepaskan semua sihir penyamarannya, memgembalikan wujud yang sebenarnya yang juga memakai jubah kebesaran Kaisar Agung, Kaisar Iblis yang agung Void muncul dihadapan mereka semua "Karena beliau adalah Kaisar."     

Tidak ada yang tidak terkejut dengan kemunculan Kaisar, terlebih sebelumnya Kaisar adalah salah satu kriminal yang ditangkap oleh Albert.     

"Eh?"     

"Kaisar!? I--itu Kaisar sungguhan?"     

"Eh? Itu berarti?"     

"Jika itu Kaisar berarti ..."     

Seluruh tubuh Albert gemetar hebat, ia adalah orang yang paling terkejut saat tahu jika kriminal yang ia bawa adalah penguasanya sendiri. Raut wajahnya tampak ingin menangis, ia ketakutan setengah mati setelah mengingat apa yang sudah ia lakukan kepada sang Kaisar.     

"A--A--A--..."     

"Dengar! Kaisar tiba di tempat ini, tunjukkan rasa hormat kalian!" teriak Belial kepada semua prajurit di ruangan itu.     

Mereka mematuhi ucapannya, mereka berlutut memberikan rasa hormat mereka kepada Kaisar agung. Void cukup takjub melihat pemandangan seperti ini "Luar biasa," gumamnya, senyuman bahagia karena tawa lepas sebelumnya tidak bisa hilang dari wajahnya.     

Benar-benar pemandangan menarik, mungkin itu alasan lain dirinya menyamar menjadi Iblis biasa.     

Pandangannya beralih, ia memandangi Albert yang masih gemetar ketakutan dan penuh penyesalan.     

'Setelah semua yang dia lakukan pasti kejadian itu akan membekas, ya,' pikir Void, 'Aku jahili saja, ah,' lanjut pikirnya ke arah yang salah.     

"Ya, tadi itu luar biasa ya. Saat aku selesai menyelamatkan teman-teman kadet ku, tiba-tiba prajurit Kekaisara mengepung. Haaah, padahal aku ingin berkata jujur kalau mereka dibohongi penjaga distrik, rupanya perut ku malah dipukul, yah benar-benar gawat."     

Semua prajurit disana tidak percaya apa yang dilakukan Albert. Dia adalah salah satu orang yang memiliki kedudukan cukup tinggi di markas Keamanan Pusat, bisa dibilang dia adalah salah satu prajurit paling senior di tempat itu. Jadi melakukan kesalahan fatal seperti memukul Kaisar benar-benar kejadian yang tidak mereka sangka.     

"Tuan Albert melakukan itu kepada Kaisar?"     

"Tidak disangka."     

Seperti itu gumam prajurit lain yang melihat disana.     

Edward berusaha menahan tawanya mendengar semua ucapan itu, menjaga wibawa sang Kaisar meski ia terlalu puas mendengarnya. Wajah Albert sudah tidak karuan, ia malu, takut dan ingin menangis disaat yang bersamaan. Merasa kasihan ia pun mengakhiri kejahilannya.     

"Pa--paduka! Tolong ampuni saya! ampuni ketidaktahuan saya. Saya menyesali apa yang telah saya lakukan! Tolong ampuni saya!"     

Rasa bersalah dan penyesalan yang mendalam, Albert langsung bersujud tepat dibawah kaki sang Kaisar.     

Void merendah, menyamakan tingginya dengan Albert yang sudah berlutut karena tidak sanggup lagi berdiri.     

"Angkat kepala mu," pinta Edward seraya memegang pundaknya "Kau melakukan itu karena tidak tahu siapa diriku, benar?" ucap Void seraya memegang pundaknya "Siapa nama mu?" tanya Void.     

"A--a--albert, paduka," jawab Albert, hingga tergagap.     

"Albert, ya. Kerja bagus," ucap Void sambil berdiri kembali "Albert, caramu menangkap para kriminal dan kesigapan mu benar-benar luar biasa. Aku tahu jika penduduk sekitar akan melaporkan perbuatan ku, tapi siapa sangka kerjamu benar-benar cepat. Cara kalian menangkap kami dan membawa kami ke tempat ini sangatlah baik," ucap Void memujinya, ia memulihkan nama baik Albert didepan prajurit lain setelah ia jahili "Lalu aku pun tidak marah karena kau menghentikan ku bicara saat kebenarannya, karena memang seharusnya kalian tidak mendengar apa yang dikatakan orang yang Kau tangkap, karena nantinya juga Kau akan mengintrogasinya, benar?"     

"Be--benar paduka," Albert merubah posisinya berlututnya, memberi rasa hormat kepadanya "Mu--mungkin ini terdengar pembelaan, ta--tapi saya sungguh jujur. Setelah ini saya berniat mendengar apa yang para kri–. Maksud saya anda dan pengikut anda katakan," ucap Albert masih dipenuhi rasa takut dan malu.     

"Begitu, itu bagus. Tapi lain kali jangan memukul di tempat perkara kecuali orang itu menolak ikut dengan mu, hanya karena berbicara Kau tidak perlu memukulnya, mengerti. Kau bisa mengabaikan ucapan mereka dan langsung membawanya pergi," ucap Void berusaha sebaik mungkin untuk memperbaiki nama Albert "Ini juga berlaku untuk Kalian semua! Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahpahaman. Bayangkan jika kalian sudah memukuli seseorang yang kalian duga di tempat perkara dan rupanya dia benar-benar tidak bersalah, bagaimana? Aku tidak ingin prajurit ku memiliki nama buruk di mata penduduk Kekaisaran, mengerti!" lanjut Void kepada semua prajurit disana.     

"Baik, paduka!" Jawab mereka serentak.     

"Lalu satu lagi. Aku dan prajurit ini memang bekerja sama, tapi tidak dengan keempat orang berjubah dibelakangnya," Void menoleh kebelakang, memberikan lirikan tajam kearah mereka.     

"La--lalu mereka siapa, pa--paduka?" tanya Albert.     

"Mereka adalah orang-orang yang memang harus kalian tangkap. Karena mereka adalah orang-orang yang melukai dan menyekap 3 prajurit yang aku dan prajurit ini bawa sebelumnya."     

Mereka terkejut mendengar ucapan Kaisar, semua prajurit yang ada disana–yang bekerja di markas Kemanan Pusat mengetahui berita tentang kasus itu.     

"Albert, kau tau dimana mereka sekarang? ketiga prajurit itu?"     

"Sa--saya tahu, paduka. Mereka akan dirawat di rumah sakit yang ada di dekat alun-alun kota."     

Baru kali ini Void mendengarnya jika ada rumah sakit di dunia seperti ini dimana luka luar yang masih bisa disembuhkan bisa pulih dengan cepat hanya dengan menggunakan sihir juga ramuan penambah Health Poin.     

'He, Aku ingin melihatnya,' batin Void setelah terpancing rasa keingintahuannya "Ya, tiga orang itu adalah korban, ketika patroli mereka diculik dan disekap di rumah yang kami masuki secara paksa."     

"Paduka," seorang pria dengan suara yang terdengar tenang memanggil dirinya, pakaiannya serba hitam. Ia berjalan menuruni tangga, kemudian mencondongkan tubuhnya memberi hormat "Untuk itu bisakah anda membicarakannya dengan saya."     

"Siapa?" tanya Void kepadanya.     

"Maaf karena terlambat mengenalkan diri, nama saya Hollow, Kepala Lembaga Keamanan Pusat Kekaisaran. Karena berkaitan dengan keamanan kota, jika diizinkan saya ingin paduka memberitahu apa yang paduka ketahui sebenarnya," ucapnya penuh hormat dan santun, kemudian menegakkan tubuhnya kembali dan tersenyum "Tentu bersama dengan mereka berempat dan juga Tuan Karma," lanjutnya.     

Karma terkejut mendengar namanya di panggil, ia belum pernah bertemu dengan Kepala Lembaga, bagaimana dia tahu namanya? begitu pikir Karma sesaat, kemudian bertanya "Anda tahu nama saya?"     

"Tentu saja, Saya memiliki data para Kapten penjaga di semua pos Ibukota dan jika boleh sombong, saya dapat mengingat semuanya," ucap Hollow seraya menyunggingkan senyum ramah.     

Jika apa yang diakatakan benar, maka kemampuan mengingatnya sangat mengerikan. Bahkan Void pun kalah 'Gile, aku saja sudah lupa kembali nama kerajaan yang mengirimi ku surat, bisa-bisanya dia ingat semua nama 500 Iblis tanpa bertemu langsung,' batin Void merasa iri sekaligus kagum tak percaya dengannya.     

"Bagaimana, paduka? apakah anda mengizinkannya?" tanya Hollow kembali.     

Void langsung menjawab "Ya, tentu saja. Kalau begitu sebaiknya siapkan ruangan untuk mulai bicara, aku merasa ini menjadi panjang," semakin banyak tangan yang membantu semakin cepat selesai masalah yang dihadapinya, selain itu Void juga merasa penasaran karena di ruang bawah tanah tidak ada siapa-siapa selain teman-temannya, seharusnya ada beberapa orang lagi yang menjaga mereka.     

Hollow menganggukkan kepala dan berkata ia mengerti permintaan paduka. Dengan bergegas ia minta beberapa orang untuk menyiapkan ruangan seperti yang Void pinta, sedangkan Belial menyuruh semuanya untuk kembali bekerja. Albert yang masih merasa tidak enak pun diajak Void untuk bergabung bersama mereka, tidak bisa menolak permintaan Kaisar ia langsung menyetujuinya.     

Sesi introgasi pun mereka mulai.     

To be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.