Last Boss

Chapter 82 - Gadis Ajin dan Kaisar Agung



Chapter 82 - Gadis Ajin dan Kaisar Agung

1Diriku adalah orang yang menjadi musuh Kekaisaran, cakar ku pernah kugunakan untuk melawan Kaisar beserta para pengawalnya, tapi kenapa hal ini terjadi?     

Aku kini memakai pakaian yang indah, bukan lagi kain lusuh yang selalu kupakai sejak hancurnya desa ku. Kenapa? Lelaki itu tersenyum kepadaku, mengusap kepalaku dan berkata jika ini adalah rumah ku. Tapi kenapa? Aku bahkan hampir melukainya, aku hampir membunuh semua penduduk Kota.     

Tangannya yang hangat, kenyamanan yang kurasakan hari ini seharusnya ... Aku tidak boleh menerimanya.     

\*\*     

Hari itu adalah satu hari setelah pembebasan Iblis, Elf dan Ajin yang akan dijadikan budaj dan dijual kepada orang-orang di Kerajaan Manusia.     

Seluruh penduduk Ibukota bersuka cita mendengar jika anak mereka, Istri mereka, anggota keluarga mereka telah kembali lagi. Lalu dalam keadaan darurat juga Void segera meminta Ink Owl mengirimi surat melalui Message dengan tujuan penerima adalah sang Ratu Elf, hal ini disebabkan karena terdapat 2 Elf yang juga diculik dan dijadikan budak.     

"Bagaimana, Owl? Apa kau sudah memberitahu Ratu Sylvia tentang hal ini?"     

"Tentu paduka, seperti yang anda pinta. Setelah mendapatkan balasan, saya sendiri yang akan pergi mengantarkan mereka. Paduka beristirahatlah, akhir-akhir ini paduka selalu bekerja keras sendirian."     

Dirinya tak bisa menolak permintaan itu, sebab tubuhnya sendiri meminta hal yang sama. Dirinya belum tertidur sejak malam penyelamatan itu, meski tubuhnya tapak baik-baik saja tetapi Void merasakan hawa dingin menyelimuti tubuhnya, rasa tak nyaman itu membuat sang Kaisar memilih untuk beristirahat sebelum jatuh sakit.     

Begitu ia membuka kamarnya, ia melihat pelayan juga gadis ajin yang masih mengenakan kain lusuh sebagai pakaiannya. Void terdiam sejenak menatap gadis ajin yang tengah murung seraya menundukkan kepalanya, lalu ia perlahan mendekatinya.     

Melihat sepatu kulit berwarna hitam yang Void kenakan, gadis ajin itu langsung mengangkat kepalanya dengan tiba-tiba seolah baru kembali dari alam bawah sadarnya. Ia mundur ketakutan, seperti pertama kali mereka bertemu. Walau memang mereka belum bertemu cukup lama.     

"Roxine?" Panggil Void kepada gadis ajin berbulu perak menyebut namanya.     

Roxine tak merespon, ia hanya menunduk cemas tanpa berkata apa-apa. Dirinya meragukan sesuatu namun tidak bisa berkata apa-apa dihadapan sang Kaisar. Melirik berharap mendapat jawaban dari Scintia, namun pelayan pribadinya hanya menggelengkan kepala pertanda jika ia juga tidak tahu kenapa Roxine seperti itu.     

"Oh benar, aku belum makan sejak malam penyerangan. Scintia, bisa siapkan makanan?" Dirinya mendekat sedikit pada Scintia, kemudian membisikkan sesuatu kepadanya yang tak bisa Roxine dengar.     

Begitu langkah sang pelayan menjauh hingga suara pintu tertutup mereka dengar, di kamar Void meninggalkan mereka berdua saja. Void melepaskan sepatu kulitnya, lalu ia duduk di samping Roxine. Walau disaat yang sana Roxine juga menjauh darinya. Void hanya tersenyum tipis kearah gadis itu lalu ia dengan sengaja berbaring dan mengabaikan gadis itu.     

Menatap langit-langit ranjang, lalu tak lama ia menutup matanya cukup lama. Meski ia menutup mata tapi Void tak benar-benar tidur, ia membuka layar sistem untuk melihat apakah ada sesuatu yang baru di sana.     

'Meski punya status atribut tinggi dan ketahanan tubuh yang luar biasa, tapi sepertinya kebiasaan diriku yang tidak biasa banyak bergerak masih terbawa sampai akh kelelahan seperti ini ... Bug? Ya terserahlah,' pikirnya akan kondisi tubuhnya yang aneh.     

Void membuka matanya lagi, tepat sekali disamping Void, iris mata perak tengah menatapi wajahnya. Begitu dekat seolah menatap dengan penasaran wajah Void. Roxine terperanjat hingga langsung menjauh dan hampir terjatuh dari ranjang. Wajahnya merona sesat, merah bagaikan kristal merah yang bercahaya. Tawa pelan Void tak bisa ia tahan meski menutup mulut dengan tangannya.     

Kedua pipi gadis itu mengembung sempurna, lalu memalingkan wajah dengan raut kesalnya. Void membuang nafas pelan dan mengakhiri tawanya mendekati gadis ajin itu lalu berkata kepadanya.     

"Roxine, Scintia mungkin sudah selesai menyiapkan makanan. Tapi Scintia terkadang masak banyak sekali sampai aku sendiri tidak bisa menghabiskannya, apalagi aku sedang kelelahan begini, jadi maukah kamu ikut makan bersama ku?" Ajaknya dengan suara lembut serta uluran tangan dan senyuman ramah Void lukiskan di wajahnya.     

Roxine tidak mau, ia tetap memalingkan wajah dengan tangan yang tetap berada diatas kedua pahanya. Namun sayangnya itu tak berguna, Void memaksa, ia menggenggam tangan Roxine lalu membawanya turun dari ranjang.     

"E--eh ..."     

"Sudah, sudah. Ayo kita keruang makan."     

Void terus menariknya, hingga di lantai kedua mereka berpapasan dengan Scintia.     

"Ah ... Scintia, apa sudah selesai?" tanya Void kepadanya.     

Scintia mengangkat renda pakaian pelayannya lalu berkata "Ya paduka, saya pun tadinua ingin langsung menemui anda."     

"Bagus, kalau begitu ayo kita ke ruang makan, Roxine."     

"E--eh ... A--aku ..."     

Belum selesai menjawab, Void langsung menariknya sambil berlari kecil. Sang pelayan pribadi hanya menghela nafas melihat hal itu, meminta untuk memasak yang banyak, itulah yang dibisikan oleh sang Kaisar sebelumnya. Namun masakan itu bukan untuk Void seorang, ia tahu jika Void tidak pernah makan terlalu banyak, permintaan itu sudah jelas untuk gadis ajin itu.     

"Paduka benar-benar baik hati," gumamnya seraya melangkah turun perlahan menyusul Void dan Roxine.     

Mereka telah sampai diruang makan, tanpa mengetuk Void langsung membuka pintu itu. Pemandangan yang mulai terbiasa ia lihat, hampir di penjuru ruangan itu selalu ada pelayan yang siap melayaninya, laku makanan tepat menghadap pintu masuk dengan porsi yang luarbiasa.     

'Wah, aku kagum mereka bisa memasak ini dalam waktu singkat,' batin Void tak percaya melihat makanan yang ada di meja. Dari masakan laut hingga darat, masakan basah hingga kering pun mereka sediakan. Tak pernah terpikir oleh Void bagaimana mereka memasak sebanyak itu dalam waktu singkat.     

"Nah, ayo," meski Void berkata seperti itu, nyatanya gadis ajin itu masih ia paksa tarik menuju meja makan.     

Dua orang pelayan menarik dua kursi, saat mereka berdiri di depan kursi itu, dua kursi itu pun di dorong kembali hingga mereka bisa duduk dengan pas menghadap hidangan mereka tanpa membetulkan kembali posisi kursi mereka kembali.     

Kursi milik Roxine juga khusus mendapat tambahan bantal agar tingginya bisa langsung menyantap makanan mereka.     

"Silahkan dimakan, Roxine," ucap Void.     

"A--anu! Aku tidak–."     

"Eits, dimeja makan dilarang banyak bicara. Jadi habiskan makanan mu terlebih dahulu, mengerti?"     

Terjebak, dirinya diseret tanpa bisa berbicara, ingin menolak tapi dirinya yang sudah terlanjur duduk di meja makan juga semakin kesulitan untuk menolak. Mau tak mau Roxine harus menuruti perintah Void, ajin yang berpakaian lusuh bagaikan budak harus makan bersama dengan Kaisar agung yang menjadi pemimpin tertinggi Kekaisaran Iblis.     

Seakan lupa segalanya, mata Roxine bersinar ketika daging yang begitu lembut masuk kedalam mulutnya. Dirinya benar-benar tidak melihat disaat sang Kaisar terus tersenyum melihatnya yang sudah terhipnotis dengan makanan di atas meja, memakan semuanya dengan sangat lahap hingga tak tersisa.     

Hampir semua makanan di atas meja habis tak tersisa, Scintia dan pelayan lain tahu jika bukan tuan mereka yang menghabiskan banyak makanan di atas meja, melainkan seekor ajin disamping sang Kaisar. Gadis itu tak meminta atau tak mengambil seenaknya, tetapi dengan senyuman jahil sang Kaisar terus menaruh makanan diatas piring Roxine sementara itu dirinya tak begitu makan banyak.     

"Sudah selesai? Bagaimana? enak?" tanya sang Kaisar hingga mengembalikan kesadaran Roxine.     

Kesadarannya kembali dengan rasa malu yang langsung menyelimutinya, wajahnya merona dan tak berani menatap wajah sang Kaisar, hanya sebuah anggukan kecil yang ia berikan sebagai jawaban dari pertanyaan Void . Terkekeh Void melihat responnya, dengan tangan yang sudah ia bersihkan, Void mengusap kepala gadis ajin itu.     

to be continue     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.