Chapter 45 - Pertemuan 3 penguasa (bagian 3)
Chapter 45 - Pertemuan 3 penguasa (bagian 3)
Tuan Riedle menghela nafas, tetapi itu bukan untuk menenangkan dirinya namun bersiap untuk kembali berbicara membalas ucapan Ratu Sylvia "Ratu … Anda mengatakan sesuatu yang berlebihan, saya sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Ah, apa mungkin sebenarnya anda tidak senang jika kami bekerja sama menjalin bisnis dengan para manusia,"
"Apa!? Saya tida–."
"Luka yang membekas itu tidak pernah hilang, ya? Kami pun begitu, tetua Dwarf sampai sekarang pun masih menyimpan luka itu. Namun itu bukan berarti Anda bisa melarang kami menjalin hubungan dengan manusia."
"Tuan Riedle!"
Ratu Sylvia memukul meja dengan sangat kuat, menimbulkan suara yang keras pula. Teko berisikan teh beserta cangkir milik Ratu Sylvia tumpah di meja, sedangkan cangkir milik Tuan Riedle pecah karena terjatuh dari atas meja itu, hal itu seakan menjadi pertanda buruk untuk Void.
Di dalam game ketika perang berlangsung, Negeri Elf tidak membantu Kekaisaran dalam peperangan melawan pahlawan dan aliansi manusia, Sedangkan wilayah persatuan Dwarf dianggap telah diambil alih oleh Kekaisaran Iblis. Semua itu akan menjadi masuk akal jika hari ini keretakan aliansi mereka mulai terlihat.
'Ini buruk, aku harus menghentikan mereka. Jika tidak, aliansi ini akan hancur, tapi bagaimana? Aku belum pernah melerai perkelahian orang lain. Ah terserahlah!'
"Ahem!" Void mengeluarkan suara batuk yang di paksakan, perhatian kedua pemimpin itu pun seketika langsung teralih kepada sang Kaisar "Ratu Sylvia, tenangkan kepala anda. Bukankah anda mengundang Tuan Riedle dan Saya untuk mempererat hubungan Aliansi? Jika seperti ini nanti akan berakibat sebaliknya."
"Tapi–."
Void mengangkat sebelah tangannya, menghentikan Ratu Sylvia yang ingin berbicara "Saya mengerti, anda sudah berusaha untuk tidak mengungkit dan membuka luka lama lagi. Bukan hanya Anda, tetapi kami pun merasakan hal yang sama. Karena itu Tuan Riedle, Anda pun kehilangan orang terdekat akibat perang itu, bukan? Kita tidak bisa lupa … Kita tidak bisa melupakan mereka, tetapi bukan berarti kita harus terus melihat kebelakang."
Disaat yang sama Void juga merasakan pedih di dalam dirinya hingga ia menguatkan ucapannya di akhir. Bukan sekali, tetapi Void terkadang merasa ia tahu semua hal tentang dunia ini begitu juga masa lalunya tetapi ia tidak bisa mengingat semua hal itu. Kenapa? Ia tidak tinggal di dunia ini, ia seharusnya tidak tahu masa lalu dunia ini.
"Ratu Sylvia, saya mengerti jika anda masih belum bisa menerima manusia. Karena memang sejak dulu pun manusia dan Elf selalu berselisih, meski begitu anda juga ingin Elf tidak mengulangi kesalahan yang sama, kan? Karena anda pun masih memajang lukisan itu."
Wajah Ratu Sylvia menegang sesaat kemudian melemas, memalingkan wajah yang tampak tengah merasakan sakit yang sangat mendalam. Air mata pun tampak terlihat di ujung matanya namun sesaat kemudian ia menyekanya dengan sapu tangan.
"Lalu Tuan Riedle, saya mengerti anda sebenarnya tidak bermaksud berkata seperti itu kepada Ratu Sylvia dan anda juga tidak bermaksud mengatakan hal yang seakan anda ingin menjual tambang yang Dwarf berikan kepada kami, benar?"
Tuan Riedle hanya mengangguk dengan diam kemudian Void kembali berkata "Tapi kata-kata anda sebelumnya itu jelas menimbulkan kesalahpahaman, tapi pasti ada sesuatu dibalik itu. Apa terjadi sesuatu, Tuan Riedle?"
Tuan Riedle adalah orang yang berterus terang jika tidak berkaitan dengan dirinya, tapi jika sebaliknya maka ia akan bertele-tele ketika berbicara seakan tidak berniat memberitahu Void meski Void ikut terlibat dalam masalah itu. Mata Tuan Riedle langsung terbuka mendengar itu, ia tampak terkejut setelah mendengar pertanyaan itu. Kemudian ia kembali menghela nafas tanpa merusak wajahnya yang selalu kelihatan marah itu.
"Sepertinya mustahil saya menyembunyikannya dari paduka," kemudian ia terdiam untuk sesaat dan menunduk tengah memikirkan sesuatu, kemudian ia kembali melihat kearah Void "Seperti yang saya bilang sebelumnya, Kerajaan Uridonia berniat membeli tambang milik Kekaisaran yang ada di wilayah kami. Mereka berani memberikan kami uang yang …," Tuan Riedle menahan ucapannya sesaat seraya melirik Ratu Sylvia dengan sangat berhati-hati. Ia belajar dari kejadian sebelumnya, ucapan selanjutnya Tuan Riedle sangat berhati-hati dengan meminta maaf lebih dulu kepada Void "Maaf paduka jika ucapan saya lancang."
Void tersenyum lega, ia mengangguk seraya mengatakannya "Katakanlah, Tuan Riedle."
"Uang yang mereka tawarkan dapat membuat kami untuk tidak bergantung kepada Kekaisaran."
Wajah Ratu Sylvia tampak sangat terkejut mendengar itu. Ia tampak ingin menentang ucapan Tuan Riedle, tetapi ia tidak bisa melakukannya lagi. Ia mengendalikan diri, raut wajahnya berubah secara alami menjadi tampak kebingungan.
"Itu tidak mungkin … Maksud saya, kenapa mereka begitu ingin tambang milik Kekaisaran? Kalian masih memiliki tambang yang lain kan?"
"Tentu saja kami memilikinya. Kami pun sudah menawari mereka tambang yang lain, tapi tetap saja mereka menginginkan tambang itu. Ya tambang milik Kekaisaran itu sangat besar, mungkin masih perlu ratusan tahun untuk menghabisi isi tambangnya, walau begitu saya juga yakin masih ada material lain yang belum terlihat."
Tambang yang mereka bicarakan terdengar seolah itu menjadi salah satu harta yang paling berharga entah itu untuk Kekaisaran, Dwarf ataupun Kerajaan Uridonia yang menginginkan tambang itu.
Meski begitu, sang Kaisar sendiri tidak tahu tambang mana yang mereka maksud. Ia belum mecari tahu sumber daya apa saja yang dimiliki oleh Kekaisaran, padahal itu adalah salah satu hal penting yang perlu diketahui dalam mengelola sebuah wilayah.
"Lalu … Bukan hanya itu saja kan?" Tanya Void seolah tahu sesuatu, meski itu sebenarnya hanya untuk memaksa Tuan Riedle.
Tanpa keraguan, Tuan Riedle mengangguk seraya menjawab "Benar, paduka. Mereka berkata, jika mereka tidak dapat mendapatkan tambang itu mereka akan memaksakan tanah sengketa di wilayah timur. Tanah itu terdapat sungai, gunung dan ladang kami yang berharga. Saya rasa anda yang sudah hidup lama sudah tahu."
Tidak, pikir Void yang hanya menunduk dengan tatapan lemah seakan tengah mengingat kejadian di masa lalu, meski sebenarnya Void tengah kebingungan akan ketidaktahuannya.
"Sebenarnya ini bukan cerita yang menarik dan mungkin akan membosankan, tapi akan tetap saya ceritakan karena tampaknya Ratu Sylvia tidak tahu. Cerita ini dimulai pada saat sebelum perang besar 500 tahun yang lalu dimulai, ketika wilayah Dwarf belum di persatukan oleh Kekaisaran."
To be continue.