BUKU SIHIR SANG RAJA ELF

Warisan Barwest



Warisan Barwest

1Jika wilayah TImur adalah wilayah dengan hutan paling luas di negeri Persei, maka wilayah Barat adalah wilayah dengan perairan paling luas.     

Berbatasan langsung Laut Luar, wilayah yang tidak dilewati oleh pasukan Wedden saat menuju Selatan. Tida begitu banyak disebut oleh penduduk negeri Persei, wilayah laut Luar juga merupakan sumber kehidupan dari penduduk terutama yang tinggal di pesisir yang berprofesi sebagai nelayan.     

Sebelumnya, Raddone pernah ke pemukiman warga nelayan, hanya saja dia tidak menyukai bau ikan sehingga dia memutuskan untuk lagi kembali ke tempat itu. Putri Leidy pernah beberapa kali saat ia bersama dengan putri dari kerajaan lain yang hendak memilih ikan langsung dari nelayan.     

Raddone dengan didampingi oleh Jana mengenali seluruh wilayah yang ia pimpin sekaligus bersapa langsung dengan semua penduduknya.     

Seluruh penduduk menyambut kedatangan Raja mereka dengan sangat antusias. Banyak diantaranya yang hendak bersalaman secara langsung, ada juga yang hanya ingin melihat karena mereka mendengar rumor mengenai Raja muda yang sangat rupawan.     

Raddone menebar senyumnya kepada semua orang yang ia temui mulai dari jalan hingga dia tiba di sebuah dermaga kecil.     

Tidak sedikit pula wanita muda yang histeris setelah bertatap langsung dengan Raja Raddone. Dengan senyumnya yang menawan, Raja Raddone berhasil meluluhkan hati banyak orang.     

Tidak hanya wanita muda ataupun wanita paruh baya, namun juga anak-anak, mereka juga banyak yang hendak menghampir sang raja dan mengajaknya untuk berinteraksi.     

Saat telah tiba di dermaga, Raddone melihat seorang anak perempuan kecil menangis terisak sambil terduduk memandangi kerumuman orang di sekitarnya. Raddone bertanya-tanya dimana orangtua bocah itu, namun telah cukup lama dia menunggu dan membiarkan bocah itu menangis, masih belum kunjung dihampiri oleh seseorang untuk mengurusnya.     

Raddone segera menghampiri bocah itu dan menyapanya lirih.     

"Hai, ada apa? Kenapa kau menangis?" sapa Raddone.     

Bocah itu hanya menoleh namun tak kunjung berhenti menangis, suaranya cukup nyarng. Seharusnya orangtua bocah ini dapat mendengarnya dari jarak yang cukup jauh.     

Raddone meminta sebuah roti dari Jana. Dia lalu memberikannya pada bocah itu. "Aku ingin makan ini bersamamu, kau suka bagian yang besar atau kecil?" ujar Raddone lagi seraya memperlihatkan roti yang hendak ia potong dua.     

Bocah itu belum merespon. Raddone memutuskan untuk mematah roti itu dan memberikan potongan besar pada bocah perempuan itu.     

"Ambillah. Aku tidak suka makan sendirian. Aku ingin ditemani." Raddone menyodorkan potongan roti.     

Bocah itu menerimanya, ekspresinya masih sangat sedih namun tida lagi terisak.     

Raddone tersenyum. "Siapa namamu?"     

Diam.     

"Namaku Raddone, kau bisa memanggilku Raja jika kau mau."     

Masih diam. Bocah itu mulai menggigit roti namun wajahnya merah menahan tangisnya.     

"Kau menyukai apel? Aku punya beberapa jika kau mau."     

Bocah itu menggeleng. Raddone segera mengangkat kedua alisnya. "Kau menyukai anggur?" tanyanya.     

Bocah itu kembali menggeleng. "Ibu," ucapnya lirih.     

Seketika Raddone paham. Rupanya bocah itu terpisah dari sang ibu dan dirinya sedih karena tidak kunjung dijemput.     

Raddone memberitahu Jana, prajuritnya segera menyebar dan membantu untuk menemukan orangtua dari bocah menggemaskan itu.     

Raja memiliki kegiatan lain, namun melihat bocah yang seorang diri itu membuat harinya tidak nyaman. Dia ingin mengajaknya berkegiatan hingga menangkap ikan, namun itu cukup aneh jika dilakukan pada bocah yang bahkan baru dikenal beberapa detik saja.     

Raddone memutuskan untuk menunda penangkapan ikan, dia menemani bocah itu makan roti di pinggir jalan.     

Hal itu tentu saja menjadi pertunjukan tersendir untuk para orang yang lewat terlebih mereka mengenali sosok Raja baru. Banyak sekali suara-suara yang terdengar samar oleh Raddone, semuanya membicarakan mengenai sikapnya.     

Ada yang menyebutkan kalau Raja yang mencintai anak-anak adalah Raja yang akan mensejahterakan rakyat. Ada pula yang menyebutkan kalau Raddone hanya sedang mencari perhatian agar dikenal sebagai Raja yang penyayang.     

Raddone tersenyum samar setelah ia mendengar kalimat-kalimat itu, namun dia tidak mempedulikannya.     

"Hailey! Hailey! Ya ampun putriku! Kemana saja dirimu ini." Seorang wanita yang masih nampak muda berlari menuju bocah yang masih mengunyah roti bersama raja.     

Raddone berdiri dan membenarkan pakaiannya. Semula ia tidak ingin lagi ikut campur, namun wanita itu rupanya berterimakasih pada sang Raja dan meminta maaf krena telah merepotkan dalam waktu yang lama.     

Raddone hanya mengangguk, dia lalu mengusap pelan kepala bocah itu dan meninggalkannya pergi.     

Rasa simpati Raddone seketika hilang setelah melihat penampilan sang ibu yang terlihat sombong di mata Raddone. Hanya saja, Raddone tidak dapat mengatakan hal yang sejujurnya itu pada siapapun karena akan aneh dan tuan Raja disebut sangat ikut campur dengan urusan orang lain.     

.     

.     

Setelah selesai di wilayah nelayan. Raddone memiliki jadwal untuk kembali mengunjungi pemukiman warga, namun kali ini adalah warga petani anggur yang menjadi buah kesukaan Raja Raddone.     

Di setiap perjalanannya, Raddone berdecak dan mengagumi kalau dirnya sebagai Raja Barat ternyata memiliki wilayah yang sangat luas dan penduduk yang sangat banyak untuk dia pimpin.     

Raddone juga telah menjadwalkan kunjungan ke seluruh kerajaan kecil di wilayah Barat. Dia benar-benar ingin dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat, hal itu akan memudahkan dirinya saat hendak memberikan suatu kebijakan baru atau apapun.     

"Kita akan mengakhir ini hingga senja ataukah lanjut hingga semua tempat kita kunjungi?" tanya Jana yang berjalan mendampingi sang Raja.     

"Hingga semua tempat kita kunjungi," jawab Raja tanpa seketika.     

"Baiklah. Kalau begitu kita akan istirhat di perkebunan anggur."     

Raja Raddone mengangguk kecil. Dia menyetujui ide dari Jana itu.     

Walau masih merasa segar dan sehat, namun ternyata kedua mata Raddone tidak dapat berbohong sama sekali. Tubuhnya membutuhkan istrahat namun dirinya masih belum ingin menyudahi perjalanannya.     

Perjalanan menuju perkebunan anggur diirngi dengan angin semilir dari arah TImur. Raja Raddone tida lagi dapat membohongi dirinya sendiri, tubuh lelahnya membuatnya tertidur hingga tidak dapat menikmati perjalanan yseperti yang ia rencanakan sebelumnya.     

Jana tidak mengganggu Raddone sedikitpun. Dia membiarkan sang Raja untuk beristirahat dan hanya membangunkan setelah tiba di lokasi yang dituju.     

Puluhan bahkan sudah mencapai seratus lebih hektar kebun anggun warisan Kerajaan Barwest terbentang luas dan dirawat dengan baik oleh penduduk.     

Banyak pula lahan yang memang milik dan dikelola sendiri oleh penduduk setempat sebagai mata pencaharian mereka. Aroma segar buah anggur tercium dari kejauhan, sangat menenangkan. Jana melirik sedikit pada sang Raja yang masih enggan untuk membuka kedua matanya.     

Mereka tiba, namun Jana tidak mengijinkan siapapun untuk mengganggu istirahat Raja sehingga mereka belum memulai acara walau seluruh tokoh yang hendak ditemui telah berada di lokasi.     

"Raja masih belum sepenuhnya bisa menerima kepergian Raja Audore. Beliau terjaga tidak memakan apapun sejak har itu. Jadi, biarkan beliau beristirahat sejenak," ujar Jana memberikan pengertian.     

***     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.