Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Teriak



Teriak

2  Aku dan Siska baru saja akan menuruni saat aku mendengar Astro berteriak memanggilku dari depan kelasnya. Dia membuatku terkejut karena aku tak pernah mendengarnya berteriak di sekolah sebelumnya.    

  Astro berlari ke arah kami dengan senyum yang lebar sekali saat sampai di sisiku, "Pulang bareng."    

  "Ngagetin deh." aku melontarkan protes padanya sambil melanjutkan perjalanan kami menuruni tangga.    

  "Hai, Astro." Siska menyapa.    

  "Hai, Sis."    

  "Kalian kenal?" aku bertanya.    

  "Kelas sepuluh kita sekelas. Dulu aku ga ngerti kenapa dia selalu ngejauhin cewek-cewek, padahal banyak yang nembak. Ternyata punya kamu." ujar Siska yang tiba-tiba menjelaskan hal yang sama sekali tak ada hubungannya.    

  "Ga usah dibahas, Sis." ujar Astro.    

  Sebetulnya tanpa Astro menegurnya pun aku tak akan ambil pusing. Sepertinya aku sudah mulai terbiasa mendengar teman-temanku melontarkan kalimat semacam itu.    

  Menurutku andai Astro memang menyukaiku, dia akan mengatakannya sejak dulu. Mengingat Astro adalah orang dengan sifat yang terbuka. Terlebih kami sudah bermain bersama selama lima tahun ini, yang berarti dia memiliki banyak sekali kesempatan untuk mengutarakan perasaannya padaku jika memang dia memiliki perasaan itu.    

  "Kamu ga ada jadwal pertemuan robotik hari ini?" aku bertanya.    

  "Pembimbingku tiba-tiba ngabarin ada urusan mendadak. Jadi pertemuannya diganti sabtu. Makanya aku mau ngajak kamu ke rumah sekarang. Proyekku udah selesai."    

  Kurasa aku mengerti apa yang dia maksudkan tentang proyeknya. Itu adalah website Lavender's Craft milikku.    

  "Aku pikir kamu bakal pending ngerjainnya karena ada persiapan lomba. Lagian aku ga minta kamu buru-buru kok ngerjain itu."ujarku, tapi kalimatku tak mendapat tanggapan dari Astro karena kami berpisah di depan toilet untuk mengganti pakaian kami.    

  "Serius deh, Za, sebenernya aku seneng kamu sekolah di sini. Jadi ngurangin frekuensi cewek-cewek yang bikin pernyataan cinta ke Astro, tapi berasa agak gimana gitu pas tau kalian ternyata ga jadian." aku bisa mendengar Siska bersuara di kubikal sebelahku saat kami mengganti pakaian.    

  "Emang kalau deket harus jadian?" aku bertanya untuk mencoba menanggapi, padahal aku malas sekali membahas hal ini.    

  "Ga sih, tapi kamu tau lah. Antara laki-laki sama perempuan tuh ga ada sebutan temen atau sahabat."    

  Tepat saat itu aku baru saja keluar dari kubikal. Aku mendapati teman Angel yang sama saat aku dan Astro di toko kaindi Anjungan, sedang mematut dirinya di cermin. Dia sedang mengoleskan lip tint di bibirnya sambil melirik ke arahku sesaat sebelum memasukkan liptintnya ke dalam tas dan pergi.     

  Aku hanya berpura-pura tidak mengenalnya. Lagi pula kami memang tak pernah saling berkenalan.    

  "Di drama korea sih katanya gitu." ujar Siska saat dia keluar dari kubikal, sepertinya dia masih ingin membahas tentang hubungan antar laki-laki dan perempuan.    

  Aku tak akan menanggapi hal itu hanya karena drama korea yang sedang digandrungi semua orang sedang gencar membahasnya. Kurasa persahabatanku dengan Astro baik-baik saja.    

  Kami keluar dari toilet dan menemukan Astro sudah menunggu sambil menyandarkan punggungnya di dinding. Dia memakai celana panjang berwarna hitam, dengan kaos berwarna kuning dan topi maroon di kepalanya.    

  "Kamu jadi mau ikut ke rumah Astro?" Siska bertanya sesaat setelah kami sampai di samping Astro.    

  Aku menganggukkan kepalaku. Kurasa aku memiliki waktu ke rumahnya karena sore ini aku tak memiliki jadwal apapun.    

  "Yuk." ujar Astro sambil melepas topi dari kepalanya dan memasangnya ke kepalaku. Sepertinya dia tahu aku lupa membawa topiku hari ini.    

  "Kalau gitu kita pisah di depan gerbang ya, arah kita beda kan." ujar Siska.    

  Aku mengangguk, lalu kami berjalan menghampiri sepeda kami dan mengayuh sepeda bersisian menuju gerbang.    

  "Hati-hati ya, Sis." ujarku pada Siska sesaat sebelum kami berpisah, dia hanya mengangguk dan berlalu.    

  Astro memimpin perjalanan kami ke rumahnya dalam diam. Kami memarkir sepeda di depan garasi yang terbuka saat sampai. Tepat di depan aku sepedaku yang terparkir, ada sebuah motor trek yang terlihat baru.    

  "Ada tamu ya?" aku bertanya.    

  "Setauku ga ada orang selain mbok Lela. Ayah sama ibu lagi ada meeting. Kenapa?"    

  Aku hanya menunjuk motor di depanku tanpa mengatakan apapun.    

  "Itu punyaku, baru dateng kemarin."    

  "Kamu beli motor lagi?"    

  "Iya."    

  Dalam beberapa detik waktu yang terlewat, aku mendapatkan pemahamanku kembali. Apalah artinya berganti sebuah motor dengan mudah jika dia memiliki seisi resort dan restoran yang menjadi miliknya?    

  "Itu aku beli karena kamu bilang motor yang kemarin joknya ketinggian." ujarnya sambil membuka pintu untuk kami.    

  Entah kenapa aku merasa terharu. Aku bisa membayangkan siapapun perempuan yang disukainya akan mendapat perlakuan yang lebih baik dari ini.    

  "Kamu naik aja. Aku ke dapur dulu."    

  Aku menuruti kata-katanya. Aku menaiki tangga ke lantai dua, lalu melepas topi di kepalaku. Aku menaruh barang-barangku di meja dan menghempaskan diriku di sofa yang lembut di tengah ruangan.    

  Aku memeluk salah satu bantal yang ada dan menyandarkan kepalaku pada lengan sofa. Kenapa tiba-tiba aku merasa mengantuk?    

  "Kamu tidur?" terdengar suara Astro di hadapanku.    

  Aku membuka mataku yang terasa berat dan menemukan Astro sedang duduk di lantai yang beralaskan karpet, menghadap ke arahku. Wajahnya terasa dekat sekali, dengan rambut yang sedikit berantakan. Tatapan matanya yang lembut namun mengintimidasi, dengan pupil mata berwarna coklat gelap.    

  "Aku ngantuk. Aku mau tidur sebentar ya. Dua puluh menit?" ujarku sambil berusaha mengabaikannya dan kembali menutup mataku.    

  "Kamu bisa tidur di kamar, Nona. Jangan tidur di sini."    

  "Aku ga mau masuk kamar laki-laki." aku menjawabnya tanpa membuka mataku kembali.    

  "Mikir apa kamu? Mana mungkin aku nawarin kamu tidur di kamarku? Ada satu kamar yang ga dipakai di sebelah kamarku. Kamu bisa tidur di sana kalau kamu mau."    

  Tiba-tiba rasa kantukku pergi karena menyadari aku baru saja membuat kesalahan. Aku memaksa tubuhku bangkit dan bertanya tanpa menatap matanya, "Kamar mandi ada di mana?"    

  "Di lantai ini semua kamar mandi ada di dalam kamar. Kamu mau pakai di kamar yang mana? Kamarku?" Astro bertanya sambil memberiku senyum menggodanya yang terlihat sangat menyebalkan.    

  Aku tak berlama-lama terpaku setelah mendengar kalimatnya. Aku segera berlari turun dan menghampiei wastafel yang berada di dapur,lalu membasuh wajahku dengan air berkali-kali dan menutup wajahku sambil memikirkan yang apa baru saja terjadi.    

  Uugh ini memalukan sekali, dia pasti sedang berpikir macam-macam tentangku....    

  =======    

  Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..    

  Kalian bisa add akun FB ku : iamno    

  Atau follow akun IG @nouveliezte    

  Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..    

  Btw, kalian bisa panggil aku -nou-


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.