Konseling
Konseling
"Aku cuma ngomong fakta!"
"Aku Wakil Ketua OSIS sekarang, aku punya hak buat laporin kamu ke komite kalau kelakuan kamu begini!"
"Berani ya kamu, Ben?" Angel berteriak lebih kencang dengan wajah pucat yang terlihat kesal sekali.
Namun Beni yang sudah berlalu, sama sekali tak menoleh atau berhenti. Sepertinya dia akan benar-benar melaporkan Angel atas sikapnya yang mempermalukanku di depan teman-teman sekelasnya.
"Mulut kamu bener-bener ga bisa dijaga ya?" ujar Astro dengan tatapan tajam yang sepertinya akan mampu merobek apapun.
"Demi kamu, Astro! Kamu tuh harus buka mata!" Angel berteriak histeris.
"Kamu yang harusnya buka mata! Faza perempuan baik-baik, kamu tau?" Astro terlihat marah sekali, lalu mengamit lenganku dan membawaku keluar.
Lenganku terasa berdenyut karena Astro memegangnya dengan kencang, tapi aku akan diam saja. Kurasa akan lebih baik jika aku mengikutinya dulu.
Astro membawaku ke kantin dan duduk di salah satu meja yang kosong. Dia baru melepas lenganku saat aku menyentuh pergelangan tangannya.
"Sorry, aku lupa." ujarnya dengan tatapan bersalah walau masih ada sisa kemarahan di matanya.
"It's okay. Mau makan apa? Aku pesenin."
"Nafsu makanku ilang." ujarnya. Dia terlihat gusar sekali. Dia bahkan memijat pelipisnya perlahan.
"Tunggu di sini." ujarku sambil berjalan meninggalkannya. Aku pergi membeli dua kaleng minuman isotonik dan satu bar coklat.
Astro masih memijat pelipisnya saat aku kembali. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.
"Minum dulu." ujarku sambil membuka satu kaleng dan menyodorkannya padanya. Dia langsung meminumnya setengah isinya dan masih saja terlihat gusar. "Aku ga pa-pa kok."
"Kabar ini bakal sampai ke ..." Astro menggantung kalimatnya.
Aku tahu. Hal ini akan sampai ke ibunya melalui staf yayasan dan hal itu jelas bukan kabar baik. Aku membuka coklat yang tadi kubeli dan menyodorkannya padanya. Astro mematahkan satu dan mengunyahnya. Aku melakukan hal yang sama, lalu kami sama-sama diam memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.
"Sikapnya emang selalu begini?" aku bertanya karena tiba-tiba saja mengingat cerita Mayang tentang Angel yang mencariku saat SD dulu, hanya karena Astro mengunggah fotoku di instagramnya.
"Dari cerita yang aku denger sih iya, tapi kalau ada perempuan yang deket sama aku aja. Selebihnya dia biasa aja kok. Aku ga ngerti kenapa dia begitu."
"Kayaknya aku tau." ujarku sambil mematahkan satu coklat dan memakannya. "Dia cemburu."
"Cemburu apanya? Pacarku juga bukan." Astro mendesis saat mengatakannya, tapi meminta satu potongan coklat lagi untuk dimakan.
"Beberapa perempuan emang suka delusi nganggep yang dia suka jadi miliknya."
"Kamu ga begitu."
"Aku bukan salah satunya."
Tiba-tiba saja Beni berlari ke arah kami, "Kalian ikut ke ruang konseling sekarang."
"Kamu beneran lapor?" Astro bertanya.
"Iya lah. Gila kali ada yang ngata-ngatain b*tch, tapi aku diem aja. Cepetan! Ditungguin pak Sugeng." ujar Beni sambil memberi isyarat pada kami untuk mengikutinya.
Kami menghabiskan minuman kami. Coklat di tanganku hanya tersisa dua potong, aku membaginya dengan Astro dan membuang kemasannya ke tempat sampah terdekat.
Beni sudah menghilang saat kami bangkit. Astro yang mengarahkan jalan kami ke ruang konseling, aku hanya mengikutinya saja.
Kami berdua menghela napas saat sampai di depan sebuah ruangan dengan tulisan "Ruang Bimbingan Konseling". Astro mengetuk pintunya. Tak lama, bu Gres membukanya untuk kami. Ada kekhawatiran di tatapan mata bu Gres saat melihatku.
"Duduk di sana." bu Gres menunjuk sebuah sofa.
Di ruangan itu sudah ada pak Sugeng, pak Niko yang adalah guru Matematika sekaligus wali kelas Astro, ada Angel, Riri dan Beni duduk mengitari meja. Aku, Astro dan bu Gres duduk di tempat yang tersisa.
"Bapak mendapatkan laporan dari Beni kalau ada tindakan bullying di kelas XI Sains I. Bapak mau minta keterangan dari kalian dengan wali kelas kalian sebagai saksi." pak Sugeng memulai pembicaraan.
Namun hening sekali, tak ada yang bersuara.
"Menurut keterangan Beni, Angel mengatakan hal yang tak pantas dikatakan oleh seorang siswi yang berpendidikan. Angel bisa klarifikasi apa yang terjadi?" pak Sugeng bertanya.
Di mata Angel jelas terlihat sorot benci saat menatapku, tapi wajahnya juga pucat. Mungkin dia sama sekali tak menyangka Beni akan benar-benar melaporkan dirinya hari ini.
"Saya cuma berniat ngasih informasi sama Astro kalau Faza bukan perempuan baik-baik, Pak." Angel membuka suara.
Aku melihat bu Gres mengatupkan kedua tangan ke mulutnya seperti tak mempercayai kalimat yang baru saja dilontarkan oleh Angel, "Bagaimana mungkin siswi kelas Ibu yang nilai akademiknya di atas rata-rata dengan perilaku sangat baik kamu sebut sebagai 'bukan perempuan baik-baik'?"
"Saya dapet informasi dari temen saya kalau dua minggu lalu temen saya itu liat Faza ada di resort." ujar Angel dengan lancar, seperti sudah menghafalnya di luar kepala. Dia menatapku jijik saat kata "resort" keluar dari bibirnya.
"Apa itu betul, Faza? Kamu di resort dua minggu lalu?" bu Gres bertanya padaku, yang membuat semua mata menatap ke arahku saat pertanyaan itu keluar.
"Betul, Bu Gres. Saya ke sana karena permintaan seseorang." ujarku yang membuat semuanya terkejut. Namun Angel dan Riri terlihat senang sekali saat aku mengakuinya.
"Bisa kamu jelasin lebih detail?" pak Sugeng bertanya.
"Dia minta saya milih referensi desain buat ganti suasana resort. Saya emang sempet istirahat di resort itu beberapa jam, tapi ada kebijakan buat pasangan yang mau check in harus bawa surat nikah kok di sana. Jadi saya ga mungkin macem-macem sama siapapun. Bapak bisa telpon resortnya buat konfirmasi kalau saya masuk resort itu sendiri dua minggu lalu." ujarku.
Ada kelegaan di mata bu Gres dan pak Sugeng saat aku selesai menjelaskan. Angel terlihat marah sekali, sepertinya tak tahu tentang informasi penting yang kujelaskan tadi. Terlebih, sepertinya siapapun yang bercerita padanya tak menyebut bahwa ada Astro bersamaku karena Angel berasumsi bahwa aku sedang melakukan tindakan asusila dengan orang asing.
"Kamu sudah mendengar sendiri keterangan dari Faza. Lalu apa hak kamu menyebut siswi ibu dengan kata 'b*tch'? Kata-kata itu kasar sekali." bu Gres bertanya pada Angel dengan tatapan tajam.
Angel menutup mulutnya dengan rapat. Sepertinya dia menyadari kesalahan yang baru saja dia perbuat.
"Atau terlepas dari apakah siswi ibu memang melakukan tindakan asusila, apa hak kamu untuk mempermalukannya di depan umum dengan mengatainya seperti itu?" bu Gres bertanya lagi, sepertinya kesal sekali karena Angel hampir mencoreng nama baik kelasnya.
=======
Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-, readers..
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow aku di sana yaa..
Btw, kalian bisa panggil aku -nou-