ExtraPart [57]
ExtraPart [57]
Aku mengajak Reagan bicara secara serius sebelum dia beranjak tidur malam harinya. Hanya kami berdua. Di kamarnya yang bernuansa biru dongker yang menjadi warna kesukaannya, yang juga memiliki interior khas bulan bintang di sekeliling kamar. Bahkan ada sebuah teleskop kecil di sisi yang menghadap ke luar jendela yang terbuka.
Aku menemaninya berbaring di sisinya sambil mengelus puncak kepalanya, "Kamu tau ga boleh ngomong sembarangan ngasih tau ke orang lain kalau Om Kyle itu Kakek, kan?"
Reagan menatapku dengan tatapan polos khas anak-anak, "Aku tau, tapi aku ga ngerti. Kenapa ga boleh?"
Aku terdiam lama sebelum bicara, "Itu privasi Om Kyle. Identitas Om itu hal yang privasi. Kamu ngerti privasi?"
Reagan menggeleng ragu, "Privasi itu apa, Bunda?"
"Privasi itu ... kayak kamar." ujarku sambil mengedarkan tatapan ke sekeliling. "Kamar ini milik kamu. Berarti apa aja yang ada di dalamnya adalah hak kamu untuk mengatur. Ga boleh ada yang ambil barang dari dalam kamar ini tanpa ijin dari kamu. Kalau ada yang ambil barang tanpa ijin dari kamu, kamu pasti ga suka, kan?"
Reagan mengangguk ragu, "Jadi identitas itu kayak barang ya, Bunda?"
"Bukan barang, tapi sederhananya kita anggap aja gitu. Barang yang ada di kamar ini harus dijaga baik-baik. Sama kayak identitas Om yang harus kamu jaga baik-baik."
"Kalau gitu aku mau ganti identitas jadi anaknya om aja, boleh?"
Aku tersenyum sambil mencubit hidungnya pelan, "Itu ga boleh. Itu ilegal dan Bunda ga akan pernah setuju."
Reagan tertunduk dengan wajah masam, "Kenapa om boleh?"
"Itu kita bahas lain kali kalau kamu udah lebih dewasa."
Reagan mendongak untuk menatapku, "Kapan aku dewasa?"
Aku menaikkan bahu, "Coba ajak Ayah ngobrol soal itu."
Reagan terlihat enggan dengan tatapan mengarah ke luar jendela, "Ga bisa Bunda aja yang ngasih tau? Aku ga suka ngobrol sama ayah."
"Kenapa ga suka?"
Hening di antara kami. Entah apa yang berada di dalam pikiran manusia kecil di hadapanku ini. Aku pun sebetulnya sangat ingin tahu alasannya lebih menempel pada Kyle dibanding Astro.
Padahal selama bertahun-tahun ini kecerdasan dan sikapnya sangat mirip Astro. Berbagai bentuk senyum, ekspresi, cara bicara, cara merayu, keisengannya, konsentrasinya, caranya belajar, hingga caranya mendapatkan hati orang lain. Aku bahkan sering berpikir Reagan adalah versi mini dari Astro yang belum matang.
Reagan sangat aktif bergerak dan bertanya. Dia mampu mengungkapkan apa yang dia rasakan dengan baik, juga menjelaskan segala hal di sekitarnya dengan teliti. Dia bahkan bisa menebak kebanyakan hal-hal dengan akurat walau belum mengerti sepenuhnya apa yang dia pikirkan.
"Aku mau pulang aja kalau gitu." ujarnya tiba-tiba yang membuatku terkejut.
"Pulang ke mana?"
"Ke rumah eyang putri (Oma)." ujarnya dengan senyum lebar.
Aku menatapnya tak percaya, "Kenapa tiba-tiba mau pulang?"
"Bunda sama ayah kan dulu waktu kecil di sana. Eyang putri sering cerita kalau di sana seru. Aku mau ngalamin sendiri gimana serunya."
Aah ....
Aku membenahi posisi berbaring hingga bisa menatapnya dengan lebih leluasa. Bertahun-tahun ini aku menghindari pulang demi manusia kecil ini aman dari segala gangguan. Aku bahkan merelakan jam kerja dan menyesuaikan diri dengan semua partner kerja yang berbeda jam setiap harinya.
Manusia kecil ini memang belum mengerti bahwa ada orang-orang yang berniat jahat. Namun aku tak mungkin menceritakan semuanya padanya. Saat ini bukanlah waktu yang tepat.
"Coba cari alasan yang lebih masuk akal dan ajak Ayah ngobrol soal alasan kamu pengen pulang. Mungkin Ayah akan setuju, tapi mungkin juga Ayah tolak." ujarku pada akhirnya.
Reagan terdiam lama sebelum bicara, "Gimana kalau ayah nolak?"
Aku tersenyum, "Berarti itu hal terbaik yang bisa kamu dapatkan. Pikir alasannya baik-baik dan ajak Ayah diskusi. Okay?"
Reagan mengangguk sambil memeluk lenganku, "Kenapa Bunda mau nikah sama ayah? Ayah kan nyebelin."
Aku tertawa. Manusia kecil ini tak tahu betapa dia sangat mirip dengan Ayah yang dia sebut menyebalkan itu.
Reagan mengecup pipiku dan tersenyum lebar, "Bunda cantik."
Aku mengelus wajahnya dan mengecup dahinya, "Udah waktunya tidur. Jangan lupa berdoa. Besok bangun pagi. Kita ada janji sama Om Kyle buat latihan nembak."
Reagan mengangguk, "Good night, Bunda. I love you."
"I love you too." ujarku sambil bangkit.
Reagan masih menatapku hingga aku menjauh dan mematikan lampu. Aku melambaikan tangan sebelum menutup pintu dan melangkah menuju kamar Oma yang berada tepat di sebelah kamar Reagan.
Aku mengetuk pintu perlahan sebelum membukanya. Oma sedang merajut di tempat tidur dengan kacamata bertengger di hidung. Sepertinya Oma tak mendengar ketukan di pintu. Pendengarannya memang berkurang beberapa waktu ini.
"Oma kenapa belum tidur?" aku bertanya sambil mendekatkan bibir ke telinga Oma dan duduk di tepi tempat tidur.
Oma menoleh padaku sambil tersenyum dengan tangan terus berkutat dengan jarum rajut. Gerakan tangannya masih sangat baik walau terkadang jarinya bergetar, "Sebentar lagi. Reagan udah tidur? Oma ga denger suaranya."
"Kayaknya belum, tapi sebentar lagi mungkin tidur. Oma mau teh?" aku bertanya sambil memijat bahu Oma.
Oma mengamit tanganku dari bahunya dan menggenggamnya, "Oma pengen punya cicit lagi."
Astaga.
"Astro yang minta Oma ngomong gini?"
Oma mengangguk sambil tersenyum, "Astro ga salah kok. Boleh kan?"
Aku hampir saja mendengkus jika bukan Oma yang berada di hadapanku saat ini, "Nanti Faza pikir dulu."
Oma menggumam, "Jangan lama-lama. Mungkin umur Oma ga lama lagi."
"Oma jangan ngomong gitu. Oma masih sehat gini kok."
"Astro bilang katanya Faza emang niat mau hamil lagi tahun ini. Oma tunggu ya." ujar Oma sambil menggenggam tanganku lebih erat. Entah kenapa aku merasakan kesedihan dalam tatapannya.
Aku menatap Oma tak percaya walau tak sanggup mengatakan apapun. Aku akan bicara serius dengan Astro setelah ini. Dia tak seharusnya melibatkan Oma dalam keputusanku untuk hamil lagi.
"Oma kangen sama Ana. Ana udah lama ga ke sini, kan? Besok Oma mau video call ya?"
"Besok Faza bilang Tante dulu. Biar Tante sediain waktu."
Oma mengangguk sambil menepuk punggung tanganku. Oma memang tak mengatakan apapun, tapi sesuatu menyayat hatiku karena hingga detik ini aku masih menyembunyikan identitas Bunda dari Oma.
=======
Temukan nou di Facebook & Instagram : @NOUVELIEZTE
Untuk baca novel nou yang lain silakan ke : linktr.ee/nouveliezte
Novel pertama nou yang berjudul "Penikmat Senjarat -Twilight Connoisseurs-" ini TIDAK DICETAK. Tersedia EKSKLUSIF di website & aplikasi WEBNOVEL. Pertama kali diunggah online tanggal 2 Juli 2019 dan TAMAT tanggal 29 September 2020.
Kalau kalian baca chapter 74 [PROYEK] & seterusnya selain WEBNOVEL secara gratis, maka kalian sedang membaca di aplikasi/website/cetakan BAJAKAN karena seharusnya chapter itu BERKOIN dan nou SANGAT TIDAK IKHLAS kalian baca di sana.
SILAKAN KEMBALI ke TAUTAN RESMI : http://wbnv.in/a/7cfkmzx
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi, dan bahagia bersama keluarga tersayang. Nou sangat menghargai kalian semua yang mendukung dengan nulis komentar & SHARE novel ini ke orang lain melalui sosmed yang kalian punya.
Banyak cinta untuk kalian, readers!
-nouveliezte-