Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Awal



Awal

1"Berarti mereka udah ga buntutin kita lagi kan karena udah ada Kyle sama Rilley yang jagain kita? Astro ga mau kita dibuntutin diem-diem lagi mulai sekarang. Kasus kita sama Zenatta udah selesai di pengadilan dan kita janji ga akan kabur dari bodyguard kita lagi kedepannya." ujar Astro dengan mantap sambil memeluk pinggangku lebih dekat padanya.     

Opa hanya mengangguk dan entah kenapa aku merasa lega. Aku memang sudah mencurigai adanya orang yang membuntutiku sejak aku menemukan diary Bunda, tapi sejauh ini aku tak menemukan seorang pun yang terlihat seperti pengawal yang beredar di sekitarku.     

Sebetulnya aku ingin sekali bertanya tentang Pak Bruce, juga apakah laptop dan handphoneku sudah disadap oleh orang suruhan Opa. Namun aku membatalkannya. Opa mungkin saja akan jauh lebih waspada pada kami kedepannya walau Opa sudah menyerahkan segala keputusan di tangan kami berdua.     

"Mereka buntutin kita waktu kita ke Lombok?" aku bertanya karena baru mengingat saat kami ke Lombok terakhir kali dan bertemu dengan Bu Lia. Saat itu Kyle sedang tak ada di sekitar kami. Kami hanya ditemani oleh Jian, Lyra, dan Eboth.     

Opa mengangguk, tapi aku tak mampu menebak apa yang sedang Opa pikirkan. Jika mereka mengikuti kami dan menemukan fakta tentang kami yang bertemu dengan Bu Lia, akankah itu menjadi masalah?     

Kami memang berbincang dengan Bu Lia mengenai keberadaan Bunda di dalam kamar cottage milik Jian. Mencurigai Opa akan berakibat buruk, juga sebaliknya. Aku sama sekali tak tahu apakah Opa akan menemukan benang merah dengan kenyataan kami sedang mencari jejak Bunda atau tidak.     

"Mulai sekarang mereka ga akan buntutin kita lagi, Honey." ujar Astro.     

Aku menoleh untuk menatapnya. Dia sedang tersenyum lembut padaku seolah sedang berkata aku tak perlu memikirkan yang sedang kupikirkan. Kurasa aku akan percaya saja padanya, maka aku mengangguk dan mengalihkan tatapanku kembali ke Opa dan Oma.     

"Kenapa Opa bahas ini?" aku bertanya dengan sangat hati-hati.      

Selama ini Opa tak pernah menjelaskan apapun tentang hal semacam ini, tapi percakapan kami dengan Opa dan Oma kali ini diawali dengan sebuah pertanyaan apakah ada hal yang ingin kami tahu tentang Opa dan Oma. Biasanya Opa hanya akan bertanya apakah aku memiliki pertanyaan, tapi aku tak pernah bertanya tentang hal semacam ini sebelumnya karena selalu memikirkan kesehatan Opa dibanding yang lainnya.      

"Opa sudah tua. Jika bukan sekarang, Opa ga tahu kapan lagi Opa akan bisa menjawab pertanyaan kalian. Kalian ga mungkin bertanya pada hantu, bukan?" ujar Opa dengan tatapan tenang khas orang tua.     

Lagi-lagi Opa mengandaikan tentang kematian. Opa memang tak mengatakan apapun mengenai jika Opa meninggal, tapi ada banyak kalimat yang bisa mengganti kata meninggal di dunia ini. Kalimat Opa yang terlontar sesaat lalu adalah salah satunya.     

Aku tahu usia seseorang adalah misteri. Yang lebih muda bisa saja meninggal lebih dulu, seperti kedua adik dan ayahku. Mereka jauh lebih muda dibanding Opa, bukan? Namun aku memang tak pernah menyukai topik mengenai jika seseorang meninggal. Memangnya dia tahu pasti kapan dia akan meninggal?     

Aku hampir saja mendengus kesal saat Astro mengecup puncak kepalaku. Aku menoleh untuk menatapnya. Dia sedang menatapku dengan tatapan khawatir yang jelas sekali. Namun aku akan mengabaikannya kali ini.     

Aku kembali menatap Opa dan Oma bergantian, "Faza ga suka Opa bilang seolah-olah Opa akan meninggal. Bisa aja Faza yang duluan."     

Opa dan Oma terlihat terkejut. Jelas sekali mereka tak suka dengan kalimatku, tapi aku akan mengabaikannya. Aku tahu aku sedang bersikap tak sopan. Namun membicarakan tentang seolah Opa akan meninggal lebih dulu bukanlah topik pembicaraan yang mudah diterima siapapun, bukan? Kecuali jika ...     

"Bukannya dokter selalu bilang hasil check up Opa bagus? Kenapa tiba-tiba bahas seolah Opa mau meninggal duluan?" aku memaksakan diri bertanya walau aku tahu Astro sedang berusaha menenangkan diriku dengan mengelus jariku.     

Opa menghela napas perlahan, "Opa ingin hidup lebih lama jika bisa, tapi Opa ga bisa menolak kenyataan Opa memang sudah tua. Opa hanya ingin mempersiapkan segalanya sebelum Opa pergi. Semoga Mafaza mengerti."     

Aku hampir saja mendebat Opa saat menyadari Oma memberi isyarat padaku untuk menghentikan apapun yang akan keluar dari bibirku. Aku hanya mampu menatap mereka berdua dengan tatapan dilema.     

Aku tahu Opa memang sudah mempersiapkan kemungkinan jika Opa pergi meninggalkan kami dengan memberiku berbagai pekerjaan secara bertahap sejak bertahun lalu. Memberikan kendali perusahaan perakitan senjata padaku mungkin adalah langkah terakhir yang Opa lakukan untuk mempersiapkan kepergiannya dengan tenang. Namun aku tetap tak menyukai topik pembicaraan ini. Aku tak ingin membayangkan akan kehilangan salah seorang keluargaku lagi.     

"Ada yang lain yang ingin kalian tanyakan pada Opa atau Oma?" Opa bertanya.     

Hening di antara kami walau sebetulnya aku masih memiliki banyak sekali pertanyaan. Aku hanya tak yakin apakah menanyakan semua yang ada di dalam kepalaku akan aman. Terlebih hal-hal yang menyangkut bundaku.     

Entah sejak kapan aku menganggap bundaku masih hidup. Mungkin sejak Astro mengatakan keraguannya padaku tentang lahan kosong di sebelah makam ayahku. Aku bahkan mengingat dengan jelas saat aku hampir saja mengatakan akan menyampaikan salam dari Dokter Alena pada Bunda.     

Aku menggigit bibir bawahku. Aku ingin sekali bertanya. Namun bagaimana aku harus menanyakannya?     

"Faza tau, dulu sebenernya ada laki-laki lain yang ngejar Oma sebelum Oma nikah sama Opa?" tiba-tiba saja Oma bertanya.     

Aku hanya mampu menggeleng.     

Oma tersenyum lembut, "Oma pernah bilang kan Oma dulu pengen ke Spanyol? Dia laki-laki kebangsaan Spanyol, namanya Hugo. Sayangnya orang tua Oma ga nginjinin Oma ikut di ke Spanyol dan Opa yang selalu ada buat Oma sejak dia pulang ke negaranya. Pelan-pelan Oma sadar Opa baik dan bertanggungjawab. Oma langsung setuju waktu Opa ngajak nikah. Oma tau resikonya nikah sama Opa. Walau emang ternyata ngejalanin lebih susah dari pada cuma sekedar tau."     

Aku terdiam dan menoleh untuk menatap Astro. Dia menoleh padaku tepat saat aku menoleh padanya, lalu kami berdua tersenyum. Entah kenapa ini terasa lucu karena kalimat Oma adalah benar. Hanya sekadar tahu memang bisa menjadi hal yang sangat berbeda saat mengalaminya secara langsung.     

Kami memang baru menikah beberapa bulan, tapi berbagai masalah sudah menyusup ke pernikahan kami yang masih muda. Kami berdua tahu betul bagaimana sebuah ikatan pernikahan bisa membuat kami mengalami berbagai ombak yang lebih besar dibanding saat kami belum mengikat hubungan. Bahkan, hanya dengan merasa diabaikan olehnya mampu membuatku pergi darinya dan berjalan kaki jauh hingga dia menemukanku kembali.     

"I'm sorry." ujarku sambil terus menatapnya.     

Astro menggeleng, "Kita masih punya banyak waktu."     

Waktu.     

Aku menarik napas perlahan dan menatap Opa. Opa sedang menatap kami berdua dengan tatapan tenang khas orang tua, yang entah kenapa terlihat teduh dan hampir saja membuatku hanyut dalam kedalaman tatapannya. Opaku memang sudah tua. Guratan tua dan keriputnya tak akan mampu membohongi siapapun, bahkan diriku.     

"Faza minta maaf udah bersikap ga sopan, tapi jangan bahas seolah-olah Opa mau meninggal. Faza ga mau bayangin siapapun ninggalin Faza lagi." ujarku.     

"Mafaza juga ga seharusnya membohongi diri dengan mengandaikan Opa akan hidup selamanya, bukan? Opa hanya ingin Mafaza mempersiapkan diri. Mafaza harus bisa jika Opa pergi lebih dulu." ujar Opa dengan senyum lembut.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.