Zia
Zia
Aku menoleh pada Astro, tapi dia terlihat sama tenangnya seperti beberapa saat lalu. Apakah dia sudah bisa menebak semua kejadian ini?
"Aku mau ngobrol sebentar. Ayo kita ngobrol sebentar." ujar Zia dengan air mata yang terus meleleh di pipinya. Dia memeluk tubuhku lebih kencang.
Aku menatap Bu Lia yang sedang memegangi lengan Zia sekarang. Bu Lia terlihat salah tingkah, terlihat jelas di tatapan matanya.
"Aku ga bisa ngobrol sama kamu kalau kamu ga diijinin ngobrol sama aku." ujarku pada Zia.
Tiba-tiba Zia menoleh pada Bu Lia dan berteriak, "Ijinin aku ngobrol sama mereka, Bibi! Aku minta ijin!"
Zia memanggil Bu Lia sebagai bibinya. Sepertinya aku salah menduga Zia sebagai anaknya.
"Bi, sebentar aja." entah bagaimana tiba-tiba nada suara Zia memelas. Dia bahkan terlihat lemas dan hampir saja jatuh.
Astro menahan tubuh Zia dengan lengannya, "Kita ga bisa biarin Zia begini."
Bu Lia terlihat gusar walau mengangguk, "Tolong bantu saya bawa Zia ke rumah."
Astro memanggil Jian untuk membantunya. Jian yang sejak tadi berdiam diri dan memperhatikan kami berjalan mendekat, lalu mengangkat tubuh Zia dan menggendongnya di lengannya. Kami semua berjalan bersama untuk mengantar Zia kembali ke dalam rumah.
Bu Lia meminta Jian merebahkan Zia di kamarnya, tapi Zia menolak. Zia meminta diturunkan di sofa panjang di ruang tamu sebagai gantinya.
"Maaf Zia bikin kalian repot." ujar Bu Lia dengan canggung sambil memijat kaki Zia.
Aku, Astro dan Jian hanya berdiri diam sambil memperhatikan mereka. Rasanya tak sopan jika kami memutuskan duduk saat ada orang yang sudah jelas membuat jarak dengan kami sejak tadi pagi. Sebetulnya aku ingin pergi saja, tapi Astro memeluk pinggangku dengan lengannya. Aku tahu kami harus menunggu.
Zia menatapku dengan sorot mata yang terlihat lemah, "Kamu mau kan ngobrol sama aku sebentar?"
Aku menatapnya sesaat dan mengalihkan tatapanku pada Bu Lia. Aku sengaja tak mengatakan apapun dan menunggu Bu Lia yang mengambil keputusan.
Bu Lia menghela napas dengan berat dan mengangguk padaku dengan enggan, "Kalian bisa temenin Zia sebentar. Saya ke belakang dulu."
Zia tersenyum lebar sekali dan menepuk sofa yang berada tak jauh dari tempatnya berbaring, "Duduk di sini."
Aku menurutinya karena diving suitku sudah kering. Andai diving suitku masih basah kurasa aku akan memilih duduk di lantai saja.
Astro menyodorkan semua barang bawaannya pada Jian dan duduk tepat di sebelahku. Jian memberi isyarat pada kami, dia akan menunggu kami di teras. Kami mengangguk untuk menyetujuinya.
"Kamu cantik." ujar Zia padaku.
Entah bagaimana aku harus menanggapinya. Beberapa saat yang lalu aku baru saja berpikir dia lumpuh, tapi ternyata dia bisa berjalan. Mungkin Astro benar dengan pendapatnya yang menyatakan Zia mengidap bipolar. Namun saat ini aku sedang merasa ditipu.
"Istriku emang cantik." tiba-tiba saja Astro bicara. Saat aku menoleh padanya, dia sedang memberiku senyum menggodanya yang biasa.
Aah aku merindukan senyum itu....
Aku mengelus wajahnya dan tersenyum, "Ngerayunya nanti aja."
Astro justru tertawa. Dia tampan sekali.
"Kalian bener udah nikah?" Zia bertanya. Saat aku menoleh padanya, dia terlihat sedih.
Aku mengangguk, "Kita nikah awal tahun ini. Di pulau Gili Meno."
Tatapan Zia terlihat mengawang walau sedang terarah padaku, "Aku punya lahan di sana. Dari mama, tapi bibi ga pernah ngijinin aku keluar dari rumah ini."
Tangan Astro yang memeluk pinggangku bergerak sesaat, tapi benar-benar hanya sedetik waktu yang terlewat.
Aku tak tahu bagaimana harus menanggapinya, maka aku hanya diam. Aku merasa waspada pada Zia karena dia terlihat sangat impulsif dan suasana hatinya bisa berubah drastis secara tiba-tiba.
Tatapan Zia kembali fokus padaku, "Kalian kenapa nyari mam ..."
"ZIA!" Bu Lia berteriak dan membuat Zia menghentikan kalimatnya. Zia bahkan terlihat takut dan meringkukkan tubuhnya walau masih menatapku.
Bu Lia meletakkan sebuah nampan di atas meja dengan kesal. Namun menaruh satu gelas berisi sirup dingin di depan masing-masing dari kami, lalu beranjak ke luar sambil membawa satu gelas lain yang sepertinya untuk Jian.
"Bibi galak!" Zia mengatakannya dengan nada pelan yang hampir mendesis, tapi aku bisa mendengarnya dengan jelas.
Aku hampir saja menghela napas dengan keras, tapi aku membatalkannya karena melihat Bu Lia kembali masuk. Tatapan tak sukanya jelas sekali terlihat walau dia kembali menghampiri Zia dan memijat kakinya.
"Saya ga keberatan kalian ngobrol, tapi jangan bahas soal dia." ujar Bu Lia.
Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam. Kurasa kami memang harus melihat ke mana arah pembicaraan bersama mereka lebih dulu.
"Itu kan mamaku, Bi!" tiba-tiba Zia berteriak histeris.
"Kamu ga punya mama. Cuma ada Bibi di sini." ujar Bu Lia dengan ketus.
Entah kenapa ada sesuatu yang panas menjalari dadaku. Aku tak suka pembicaraan ini.
"Aku yatim piatu." ujarku tiba-tiba dan membuat mereka menoleh padaku. "Kamu beruntung kalau mama kamu masih hidup."
Aku tahu aku tak seharusnya mengatakan hal itu. Terlebih aku memang mencurigai keberadaan bundaku yang mungkin saja masih hidup. Namun menganggap orang yang masih hidup sebagai orang yang tak memiliki eksistensi terasa tak adil bagiku.
"Apa yang mau kamu obrolin sama aku? Aku minta maaf, tapi kita ga bisa lama-lama di sini. Kita harus pulang." ujarku sambil menatap Zia.
"Rumah kamu di mana?" Zia bertanya.
Aku menoleh pada Astro, "Dia rumahku. Di mana dia ada, di situ rumahku."
Entah apakah aku bisa membuat mereka mengerti. Aku hanya sedang tak ingin berbasa-basi.
"Kita mau pulang ke Surabaya sore ini. Aku kuliah di sana." ujar Astro tiba-tiba.
Zia mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum manis, "Kalian lucu."
"Apanya yang menurut kamu lucu?" Astro bertanya.
"Masih muda, tapi udah nikah. Itu lucu."
Aku hampir saja mendengus, tapi aku menahannya. Bagaimana pun, aku sedang berada di rumah orang lain yang asing bagiku.
"Nikah bukan buat lucu-lucuan. Kita serius kok." ujar Astro dengan tenang. "Kita emang masih muda, tapi kita visioner. Aku punya resort di Gili Meno walau aku masih kuliah. Istriku punya pembiakan mutiara di Lombok Barat dan punya workshop perhiasan di Surabaya."
Ada binar di mata Zia saat mendengar Astro mengatakannya. Aku juga sempat menangkap raut terkejut di wajah Bu Lia.
"Kalian hebat!" ujar Zia dengan binar di matanya. "Gimana caranya kalian begitu? Aku juga mau punya resort. Aku kan punya lahan di Gili Me ..."
"Kalian cari Kamalia karena mau beli lahan di Gili Meno?" tiba-tiba saja Bu Lia bertanya dengan tatapan tajam.
Aku hanya terdiam, tapi Astro mengangguk.
Bu Lia menghela napas dan memejamkan mata, "Kamalia udah mati."
"Mama masih hidup!" teriak Zia. "Mamaku masih hidup! Aku tau mama ada di Italia!"
"Mama kamu udah mati, Zia!" ujar Bu Lia sambil membuka mata. Ada kilat dan sorot api yang berkobar di tatapan matanya. "Buat kita dia udah mati!"
Tiba-tiba ada batu jatuh ke dasar perutku, kepalaku berdenyut mengganggu, juga ada sensasi dingin menjalari tengkuk dan merayap ke seluruh aliran darahku. Bagaimana bisa seseorang yang masih hidup dianggap sudah mati? Aku sama sekali tak mengerti.
"Aku ... selalu berharap bundaku masih ada. Karena mayatnya ga pernah ketemu sampai sekarang." ujarku lirih.
Zia dan Bu Lia menoleh padaku dan terlihat salah tingkah. Amarah mereka yang sedetik lalu membuat mereka berdebat sengit tiba-tiba sirna, tak tersisa.
"Aku minta maaf udah ganggu kalian. Aku pamit." ujarku tiba-tiba sambil bangkit dan berjalan cepat untuk segera keluar dari rumah ini.
Astro mengikutiku di belakang dalam diam. Aku sempat melihat dia menundukkan bahu sebagai salam sebelum mengejar langkah kakiku.
Aku menarik napas dengan rakus saat aku sampai di teras depan. Aku tak tahan melihat sikap kedua perempuan berbeda usia di dalam sana. Terlalu menyesakkan.
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-