Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Ngenes



Ngenes

0"Kenapa? Kita baru kenal beberapa bulan, tapi kalian mau pindah ke Jerman. Yang bener aja kalian?" Jeanny bertanya sambil menatapku kesal. Dia bahkan mengepalkan kedua tangan yang berada di atas meja dengan gemas.     

Entah bagaimana aku harus menjawabnya. Aku hanya mampu diam. Aku menoleh pada Astro, dia terlihat tenang sekali.      

Kami sedang berada di area carnival market. Astro menjemputku sore tadi setelah semua partner kerjaku pulang dan langsung mengajakku ke sini. Saat kami sampai, semua teman-temannya, yang juga sudah menjadi temanku, sudah menunggu di salah satu restoran seafood dan sedang menunggu mekanan pesanan mereka datang.     

"Udah, Jean, mereka berhak pergi ke mana aja kok. Ga kayak kita yang budget kuliah aja pas-pasan." ujar Pratama.     

"Bukan gitu sih sebenernya." ujarku dengan nada keberatan. "Ini saran dari Ayah. Mm ... Ayahnya Astro. Kita juga udah nanya pendapat sama keluarga yang lain dan mereka setuju. Aku lebih suka di sini aja kalau emang bisa."     

Astro mengelus puncak kepalaku disambut tatapan ragu-ragu di wajah teman-teman kami. Aku tahu mereka pasti terkejut dengan keputusan yang tiba-tiba seperti ini, tapi memangnya kami memiliki pilihan lain? Lagi pula, bagaimanapun kami sudah membuat kesepakatan dengan Opa sebagai bentuk penjagaan pada kami saat rencana rahasia kami dijalankan.      

"Aku ga bisa sering pulang ke rumah opaku kalau kita pindah ke Jerman nanti." ujarku saat tak ada seorang pun yang bicara. "Opa omaku satu-satunya keluargaku yang aku punya."     

"Keluargaku jadi keluarga kamu juga, Honey." ujar Astro.      

"Aku tau, Astro. Aku kan yatim piatu, Opa omaku satu-satunya keluargaku yang ada selain keluarga kamu."     

Astro menghela napas dan mengedarkan tatapannya ke teman-temannya, "Liat kan? Ini berat buat kita. Jangan seolah-olah kita pindah suka-suka karena kita punya banyak uang."     

"Sorry." ujar Jojo dengan raut wajah bersalah. "Trus gimana sama workshop kamu?"     

Aku memberinya tatapan tajam dan tiba-tiba saja Jojo mengucapkan kata maaf tanpa suara, disambut sebuah cubitan di lengannya oleh Jeanny. Jojo tak seharusnya mengatakan hal itu karena teman-teman kami yang lain akan mengetahuinya.      

"Workshop apa?" Liam bertanya.     

Aku menoleh pada Astro. Dia terlihat tenang sekali. Sepertinya mau bagaimanapun, nasi sudah menjadi bubur. Kurasa kami memang harus memberitahu mereka.      

"Faza punya workshop di jalan arah Perumahan Olive dari arah kampus. Nama workshopnya 'Lauvender Jewelry'." ujar Astro sambil menatap semuanya satu per satu.      

Liam, Hasto, dan Pratama menatapku dengan tatapan terkejut. Aku sudah terbiasa mendapatkan reaksi seperti ini, maka aku hanya tersenyum, hanya untuk sopan santun.      

"Kamu sih!" ujar Jeanny sambil mencubit lengan Jojo lebih kencang hingga Jojo mengaduh.     

"Ga pa-pa, udah terlanjur." ujarku sambil memberi isyarat pada Jeanny untuk melepas cubitannya.     

Jeanny melepas Jojo sambil menatapnya tajam dan mengalihkan tatapannya untuk menatapku, "Kamu mau tutup workshopnya?"     

"Workshopnya tetep buka. Ada managerku di sana. Dia udah kerja sama aku dua tahun lebih." ujarku.      

"Dua tahun? Kamu udah buka workshop itu dua tahun?" Hasto bertanya.      

"Baru beberapa bulan ini kok setelah aku pindah. Aku punya toko craft deket rumah Opa. Dulu aku cuma terima pesanan online aja, tapi makin lama makin banyak yang order dan kerjaan yang lain juga banyak. Jadi aku rekrut partner baru buat bantu." ujarku.     

"Kamu punya toko craft juga?" Jeanny bertanya dengan raut wajah terkejut.      

Aku mengangguk, "Kamu bisa cek websiteku di www.lavenderscraft.id, Jean. Kamu bisa order online dari sana kalau ada craft yang kamu suka. Tokonya masih buka kok, ada yang bantu aku ngurusin toko selama aku ga ada beberapa bulan ini."     

Jeanny membuka mulut tanpa bicara. Aku tahu dia ingin mengatakan sesuatu, tapi tak ada satu kata pun yang terucap.      

"Bukannya itu website waktu kamu beli kalung couple? Aku liat alamat websitenya di paper bag." ujar Jojo pada Jeanny sambil mengeluarkan kalung dari balik kaosnya.      

Aku tersenyum melihatnya. Itu adalah kalung yang dijual terbatas hasil desain Gon. Hanya ada dua puluh satu pasang yang dibuat spesial, disesuaikan dengan permintaan pelanggan kami.     

"Itu Gon yang bikin. Limited editions. Mereka biasa ngasih semua desain craft ke aku sebelum dijual." ujarku sambil mengambil gelas berisi jus melon di hadapanku dan meneguknya.      

"Sialan ini anak!" ujar Liam sambil melempar kunci motor ke Astro. Namun Astro menangkapnya tepat sebelum kunci mengenai bahunya. "Ketemu cewek berkualitas begini di mana?"     

Astro menatap Liam tajam, "Motor kamu buatku ya. Rese banget lempar-lempar kunci. Bagus ga muka nih."     

Aku mengelus lengan Astro dan menggelengkan kepala. Aku tahu dia bisa saja mengumpat dengan kata-kata kasar andai dia menginginkannya.      

Astro mendengus dan meletakkan kunci motor Liam ke atas meja, "Bagus ada istriku di sini."     

"Udah ih." ujarku sambil terus mengelus lengannya dan mengedarkan tatapan ke semua orang. "Kalian ga tau aku sama Astro udah sahabatan dari kecil?"     

"Astro mana pernah cerita soal itu. Di kampus yang dibahas cuma deadline sama proyek Koko Krab." ujar Pratama sambil mendengus.      

Aah begitukah?      

"Kita ketemu waktu kelas lima setelah aku pindah ke rumah Opa. Sebelumnya aku di Bogor. Aku dulu homeschooling jadi dia yang banyak ngajarin aku yang aku ga tau. Aku baru mulai sekolah formal kelas sebelas. Itu juga satu sekolah sama Astro." ujarku yang mencoba memberi mereka penjelasan.      

Jeanny menatapku dan Astro dengan tatapan menyelidik, "Kalian dijodohin?"     

"Sebenernya iya, tapi kita ga tau. Keluarga biarin kita milih sendiri." ujar Astro dengan senyum menggoda terkembang di bibirnya sambil menatapku.     

Astaga ... ke mana perginya kekesalannya yang sesaat lalu muncul?     

Entah bagaimana, tiba-tiba teman-teman kami mengalihkan tatapan mereka dari kami dan melenguh. Seolah baru saja meratapi diri mereka sendiri.      

"Kejawab juga kenapa anak nyebelin ini bisa nikah muda dan dapetin cewek berkualitas." ujar Pratama yang tiba-tiba saja mendekatkan tubuh ke tepi meja dan menatap kami teliti. "Ga kayak kita yang jomblo ngenes kebanyakan ngurusin deadline sampai ga sempet cari pacar."     

"Siapa yang jomblo ngenes? Kalian aja kali, bukan kita." ujar Jojo dengan nada tersinggung yang jelas sekali.      

Pratama hampir saja meraih Jojo untuk melampiaskan kekesalannya, tapi Jeanny menahan Jojo di sisinya hingga Pratama membatalkan niatnya. Baru kali ini aku melihat pertemanan dengan suasana yang begini ramai dan tak terduga.     

Aku tahu mereka sering mengumpat sesama mereka dengan kata-kata kasar, tapi mereka hanya tersinggung dalam waktu singkat. Kemudian melupakan segalanya beberapa saat setelahnya. Mereka akan kembali bermain bersama seolah tak ada sesuatu yang terjadi.     

"Kalian udah ngurusin semua berkas buat pindah ke Jerman?" Liam bertanya.      

"Udah ada yang ngurus. Nanti kita tinggal pindah." ujar Astro.      

"Tapi kamu masih aktif jadi peserta kompetisi. Kompetisinya akhir tahun ini, kamu udah pindah." ujar Hasto.     

"Aku udah rencana mau bilang ke pak Jimmy (pembimbing) bulan depan kalau semua persiapan udah selesai. Sementara kalian diem dulu." ujar Astro.     

Jeanny mendengus keras, "Semua orang udah tau. Kamu bilang sekarang atau bulan depan ga ada bedanya."     

Aku tahu Jeanny benar. Kami memang sengaja menyebar informasi agar berita ini sampai ke keluarga Zenatta dan Donny dengan cara yang natural. Demi menyembunyikan rencana rahasia yang sudah kami siapkan bersama Opa.      

"Aku tinggal jelasin aja kalau emang pak Jimmy nanyain. Lagian pak Jimmy masih butuh aku. Pak Jimmy ga akan nolak bantuan sementara." ujar Astro.     

Hasto dan Pratama saling bertatapan dan menaikkan bahu masing-masing. Kurasa mereka akan menyerahkan keputusan pada Astro.      

"Faza, kamu beneran yang punya toko Lavenders Craft?" tiba-tiba saja Jeanny bertanya.     

Aku mengangguk, "Kenapa?"     

"Aku ... udah lama nyari tau siapa pemiliknya karena ada yang minta aku cari tau, tapi ilmu hackingku ga bisa nembus server website itu. Ownernya beneran kamu?"     

Aku dan Astro saling bertatapan dan mengangguk singkat, lalu kembali menatap Jeanny.      

"Siapa?" Astro bertanya.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.