Kesimpulan
Kesimpulan
Oma pernah memberitahuku tentang Opa yang menganggap Zen seperti cucunya sendiri karena Opa merasa memiliki kesamaan sifat dengan Zen. Walau aku masih sulit mengerti dengan maksud sifat Opa dan Zen yang mirip karena selama ini aku hanya mampu memperhatikan tanpa membuat kesimpulan tentang apapun. Namun jika Opa mengakuinya sekarang, mungkin memang benar.
Aku hampir saja menutup mulut dengan tangan saat menyadari jari Astro sudah tak mengelus jariku hingga membuatku menoleh untuk menatapnya. Dia sedang menatap Opa dengan tatapan yang sulit kumengerti.
Entah apa yang sedang dia pikirkan saat ini. Tatapannya tenang, dengan binar yang entah bagaimana bisa muncul, dan pupil matanya bergerak seolah sedang memindai sebuah objek. Terasa seperti sedang menelanjangi kebenaran kata-kata dalam kalimat Opa. Dan kurasa aku baru menyadari, ada sedikit tatapan cemburu di manik matanya.
Aku mengelus jarinya perlahan dan membuatnya menoleh untuk menatapku, "Kamu dapet banyak kesempatan. Ngasih sedikit kesempatan buat orang lain ga akan ngerubah fakta kamu dapet kesempatan paling banyak."
Astro terlihat terkejut. Namun dia mengangguk dan mengalihkan tatapannya kembali pada Opa, dengan jarinya mulai mengelus jariku perlahan. Aku membalas elusan jarinya untuk membuat hatinya lebih tenang. Bagaimanapun, saat ini aku adalah miliknya.
"Astro minta maaf selama ini Astro sering nuntut Opa banyak hal. Mulai sekarang Astro akan coba usahain semuanya sendiri." ujar Astro.
Opa mengangguk dan menghela napas perlahan, "Opa sudah tua. Opa ga tahu kapan waktunya Opa pergi dari kalian. Opa harap didikan Opa selama bertahun-tahun ini bisa membuat kalian memikirkan segalanya dengan hati-hati. Jangan terburu-buru mengambil keputusan atau kalian akan membahayakan jiwa kalian sendiri, juga orang-orang di sekitar kalian."
Jantungku terasa berhenti berdetak. Aku ingin sekali mengatakan sesuatu tentang jangan mengandaikan kematian di depan mataku, tapi tak ada satu pun kata yang mampu keluar dari bibirku. Tenggorokanku terasa tercekat, tapi aku mengumpat diriku sendiri di dalam hati.
"Astro boleh nanya satu pertanyaan lagi?"
Opa hanya mengangguk.
"Apa bener keluarga Zenatta ga ngelakuin apapun ke Opa? Mereka pasti tau Opa sama kakek dulu serumah sebelum Opa nikah sama Oma."
Dahi Opa mengernyit dan tak mengatakan apapun. Sangat kontras dengan sikap Oma yang terang-terangan gusar hingga memilin jari-jari dalam genggamannya. Mungkin ...
"Faza tau dari Kakek Arya kalau Opa dulu dianggap anak sama Nenek Buyut Prameswari. Kakek Arya juga cerita gimana Kakek Arya bisa ketemu sama Opa di tukang jahit." ujarku.
Opa menghela napas berat, "Ternyata Mafaza sudah tahu."
Aku hanya mengangguk.
"Opa ga bermaksud menyembunyikan apapun mengenai itu. Memang betul keluarga Zenatta banyak melakukan percobaan, tapi semuanya gagal. Salah satunya berusaha membobol keamanan rumah ini saat ada kasus antara Astro dan Cokro."
Astaga ... apa yang baru saja kudengar?
"Seperti yang kalian mungkin sudah duga, rumah ini dipasangi kamera CCTV. Mereka sempat ingin membobol keamanan dan mencari jalan masuk, tapi gagal."
Terasa seperti ada batu jatuh ke dasar kakiku. Aku beruntung karena melarang Astro mencoba membobol akses masuk ke kamera CCTV rumah ini. Jika tidak, mungkin kami sudah ketahuan sedang mencari tahu sesuatu. Tunggu sebentar ...
"Ada orang yang jaga rumah ini selain Pak Said?" pertanyaan itu keluar begitu saja dari bibirku.
Opa mengangguk, "Ada lima orang yang berjaga tanpa terlihat. Salah satunya sniper profesional dan sekarang sudah Opa percayakan pada kalian."
"Maksud Opa, Kyle?" Astro bertanya.
"Betul."
Astaga ... yang benar saja?
"Ada yang lain yang keluarga Zenatta lakuin?"
"Ada satu orang berbeda hampir setiap hari yang berkeliling di sekitar rumah ini untuk mencari cara mengacau sejak Angel keluar dari sekolah Amreta Tisna hingga kalian menikah beberapa bulan lalu. Awalnya Opa berpikir mereka adalah orang suruhan keluarga Kusumohardjo, ternyata mereka orang suruhan keluarga Zenatta."
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia terlihat sama terkejutnya denganku. Dia menoleh padaku saat aku memberinya isyarat dengan menyentuh lengannya dengan lenganku dan kami bertatapan dalam diam.
"I have no idea." ujar Astro.
Aku mengangguk singkat dan mengalihkan tatapanku kembali ke Opa, "Kenapa Opa bohong ke Kakek Arya? Kakek Arya bilang katanya ga ada gangguan apa-apa dari keluarga Zenatta ke Opa."
"Opa hanya ga ingin memperkeruh suasana. Arya terkadang gegabah dalam membuat keputusan jika menyangkut keluarganya. Opa ga bermaksud berbohong tentang keluarga Zenatta. Lagi pula mereka sudah mendapatkan hukuman yang setimpal di penjara. Itu saja cukup, bukan?"
Aku hampir saja mendebat Opa saat aku mendengar Oma bicara.
"Oma minta maaf karena ga ngasih tau kalian apa-apa. Kerjaan kalian berdua udah banyak tanpa harus ditambah sama hal remeh semacem itu. Kalian berdua beda sama kebanyakan anak seumuran kalian dan Oma ga mau mecah konsentrasi kalian sama hal yang ga perlu."
"Tapi Oma ..."
Kalimatku terpotong oleh Astro yang tiba-tiba bertanya, "Apa sejak Faza masuk sekolah ada orang yang jaga? Bodyguard yang ga keliatan?"
"Ada." ujar Opa dengan nada dan tatapan tenang khas orang tua. "Opa memerintahkan mereka hanya sebagai penguntit dan pemerhati, tanpa melakukan apapun selain itu."
Apakah itu berarti ...
"Dari awal Opa tau semua yang kejadian sama Faza?" aku bertanya.
"Opa tahu Mafaza mendapatkan kasus bullying di sekolah oleh Riri dan Angel. Opa juga tahu Zen yang meminta pihak sekolah memberikan kunci kelas pada kelas yang bersangkutan. Juga saat Donny membuat Mafaza pingsan dan terluka di lomba robotik. Bahkan saat Donny mengejar kalian dari stasiun radio. Opa tahu semuanya. Opa hanya mengamati dan sejauh ini Astro menepati janji untuk selalu menjaga Mafaza. Opa sangat berterima kasih."
Aku menutup mulut dengan sebelah tanganku yang bebas untuk menahan keterkejutanku sendiri. Ternyata selama ini kami memang diikuti. Jika benar seperti itu berarti ...
"Opa tau Faza pernah nakal di Gua Kreo?" aku bertanya dengan mulut masih tertutup tangan.
Opa tersenyum, "Opa tahu."
Astaga ... kenapa Opa tersenyum? Saat itu aku mengecup ujung bibir Astro di area publik karena keisenganku sedang kambuh. Kami bahkan belum menikah saat itu.
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia sedang menatapku dengan binar di matanya. Kenapa dia justru terlihat senang? Apa-apaan ekspresinya itu?
Aku mengalihkan tatapanku kembali ke Opa dan membuka tangan yang menutup mulutku, "Berarti Opa tau kita ciuman di lapangan basket waktu itu dari informan Opa?"
"Bukan, karena Opa hanya meminta mereka bergerak jika Kyle ga ada di sekitar kalian. Mama Zen yang memberitahu Opa. Itu sebabnya Opa menegur kalian, tapi Opa tahu Mafaza sempat kabur dari penjagaan Lyra dan berdiam diri di rumah pohon yang hampir roboh."
Aku hampir saja tertawa dilema saat Astro mengamit tengkukku dan mengecup bibirku dalam sedetik waktu yang terlewat. Apa-apaan sikapnya ini? Aku hampir saja memakinya, tapi dia sudah menjauhkan bibirnya dariku.
"I love you." ujar Astro dengan senyum lembut..
Aku menatapnya tak percaya. Yang benar saja? Di depan Opa dan Oma? Apakah dia sudah gila?
Astro mengalihkan tatapannya pada Opa, "Makasih, Opa."
Aku mendengus kesal dan mencubit pipinya dengan kencang, "Ga sopan banget!"
Astro menoleh dan menatapku sambil memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Aku baru aja berterimakasih, tapi kamu bilang aku ga sopan?"
"Kamu tau bukan itu maksudku." ujarku dengan tatapan tajam.
Astro menoleh pada Opa, yang membuatku menoleh untuk menatap Opa dan Oma. Mereka sedang menahan senyum di bibir mereka sambil menatap kami berdua bergantian.
Astaga ... kenapa mereka tersenyum padahal kami baru saja bersikap tak senonoh di hadapan keduanya?
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-