Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Vanessa



Vanessa

2"Siapin diri kamu." ujar Astro.     

Tiba-tiba saja jantungku berdetak lebih kencang. Adrenalin mengalir di setiap aliran darahku. Aku tak tahu firasat apa yang sedang kurasakan, tapi aku bisa membayangkan gulungan air berlumpur tepat di depan mataku. Aku bahkan bisa mencium aroma lumpurnya.     

Aku tahu dengan baik bahwa tak ada yang kebetulan di dunia ini. Namun jika memang benar, aku benar-benar tak tahu apa yang akan kulakukan nanti.     

Orang yang merusak resepsi pernikahanku adalah orang yang membuatku kehilangan keluargaku bertahun-tahun yang lalu. Entah apakah aku benar-benar sedang berpikir berlebihan atau aku mulai menjadi gila. Namun kurasa aku bisa saja tertawa dilema jika hal itu benar-benar nyata.     

Astro mengamit wajahku hingga tatapanku kembali padanya, "Itu baru dugaan, Honey. Jangan mikir terlalu jauh."     

"Tapi ..."     

"Aku ngerti."     

Aku terdiam. Aku tahu Astro benar. Bagaimana pun jika memang dugaanku benar, dia lah yang akan mengambil langkah lebih dulu.     

Astro mengambil susu yang tergeletak di meja dan menyodorkannya padaku. Aku menerimanya dan meminum beberapa tegukan saat dia berjalan ke luar studio. Aku baru saja meletakkan gelas ke meja, saat dia kembali dengan jaket milikku.      

Astro menyodorkan jaket itu padaku, lalu menghabiskan susu dari kedua gelas kami. Dia bangkit dengan kedua gelas di kedua tangannya setelah aku memakai jaket, lalu memberi isyarat padaku untuk mengikutinya. Aku bangkit dan berjalan di sisinya dalam diam menuruni tangga.     

Astro meletakkan gelas di wastafel dan mengajakku ke ruang tamu. Dia memberi isyarat padaku untuk duduk di sofa sementara dia membuka pintu. Dia kembali bersama Kyle beberapa saat setelahnya.     

Kyle menatapku dengan tatapan khawatir walau berusaha memberiku senyumannya yang terlihat menawan, "Nona belum tidur?"     

Aku menggeleng, "Aku baru bangun. Sorry, jadi manggil kamu tengah malem begini, Kyle."     

"Ada sesuatu?" Kyle bertanya sambil duduk di sofa di hadapanku.     

Aku menoleh pada Astro yang sudah duduk di sebelahku. Astro lah yang memanggilnya, kurasa Astro lebih berhak bicara lebih dulu.     

"Kamu anak asuh opa kan? Mungkin kamu tau soal ini." ujar Astro sambil menatap Kyle dengan tatapan tenang, "Kamu kenal pak Bruce?"     

Kyle terdiam selama beberapa lama sebelum bicara, "Kalian udah tau pak Bruce dulu agen."     

Lalu hening di antara kami. Hingga aku bisa mendengar semua suara yang ada di ruangan ini dengan jelas. Suara jam dinding, suara sayap nyamuk yang terbang entah di mana yang mungkin saja begitu dekat denganku, suara desiran angin yang mengenai gorden karena Astro membiarkan pintu setengah terbuka. Aku bahkan bisa mendengar detakan jantung Astro.     

Kalimat yang Kyle katakan sesaat lalu bukanlah pertanyaan. Namun sebuah pernyataan, yang berarti dugaan kami selama ini benar.     

Aku melihat Astro mengangguk di ujung pandanganku saat aku sedang memperhatikan dengan teliti semua ekspresi yang Kyle berikan pada kami. Kyle terlihat sedang menimbang sesuatu yang jelas adalah hal yang sangat penting.     

Kyle memejamkan mata yang berada di balik kacamatanya sebelum membukanya kembali dan menatap kami bergantian, "Kyle ga akan laporin ini ke tuan (Opa). Ada informasi yang kalian butuhin dari Kyle?"     

Astro menoleh padaku dan mengalihkan tatapannya kembali pada Kyle, "Kenapa kamu ngaku? Kamu bisa aja ngelak kalau kamu mau."     

"Kyle udah janji sama Nona akan lindungin Nona seumur hidup. Kyle udah kasih kesetiaan Kyle ke Nona sejak saat itu." ujar Kyle sambil menatapku.     

"Tapi aku belum terima." ujarku.     

"Kyle tau, Nona. Kyle akan tetep lindungin Nona walaupun Nona nolak."     

Aah begitukah?     

"Sejak kalian nikah, secara ga langsung Tuan udah transfer Kyle ke kalian. Itu sebabnya Kyle selalu di sekitar kalian kecuali Tuan bener-bener butuh Kyle. Harusnya Kyle memang baru ngasih tau ini ke kalian kalau tuan udah ga ada, tapi selama Kyle di sekitar kalian, Kyle sadar kalian ngasih kehangatan yang sama buat Kyle. Sama kayak orang-orang yang kalian sayang. Perlakuan yang sama kayak tuan perlakuin Kyle selama ini. Kyle akan tanggung jawab atas semua resiko karena Kyle kasih tau tentang ini ke kalian lebih cepet."     

Apakah Kyle baru saja mengakui dia terbawa perasaan saat menyatakan kesetiaannya padaku minggu lalu? Entah kenapa hanya itu yang bisa terpikirkan olehku sekarang.     

Aku menarik napas perlahan, "Kalau Opa tau kamu bisa dapet masalah, kamu tau?"     

Kyle mengangguk, "Kyle tau, Nona."     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Astro sedang menatap Kyle penuh perhitungan. Aku tahu mereka memiliki sedikit kemiripan, mereka sama-sama pandai berpura-pura. Menerima kesetiaan Kyle bisa berarti dua hal bagi kami, mendapatkan keuntungan atau justru sebaliknya.     

Astro memang pernah berkata akan lebih baik jika Kyle bisa menemani kami seumur hidup. Astro tahu betul bagaimana hasil kerja Kyle sebanding dengan satu pasukan milik Kakek Arya. Astro tak akan menyia-nyiakan talenta sia-sia begitu saja.     

"Kamu ikut investigasi waktu keluarga Faza kecelakaan di jembatan?" Astro bertanya.     

Kyle menatap kami bergantian dan mengangguk. Wajahnya memucat, tapi tetap berusaha terlihat tenang.     

"Itu bener kecelakaan?" aku bertanya.     

Kyle menahan napas sebelum bicara, "Bukan, tapi Kyle cuma ikut investigasi awal di jembatan. Kyle belum punya ijin ikut investigasi penuh karena Kyle masih harus ikut banyak pelatihan."     

"Berapa umur kamu waktu itu?" Astro bertanya.     

"Delapan belas tahun." ujar Kyle tanpa mengedipkan mata. "Kyle cuma ikut investigasi empat hari di sekitar jembatan itu. Kyle tau masih ada investigasi lanjutan dua bulan setelahnya, tapi Kyle ga diijinin ikut terlibat."     

Entah kenapa aku bisa menebak apa alasan Opa tak mengizinkannya terlibat. Opa adalah seorang perencana handal yang sangat sabar. Aku tak akan terkejut jika Opa sudah mempersiapkan Kyle untuk menjagaku sejak saat itu. Mengingat Opa juga sudah mempersiapkan Astro sejak pertama kali kami bertemu.     

"Pak Bruce ikut investigasi itu?" aku bertanya.     

Kyle mengangguk.     

Aku menoleh pada Astro, "Gimana caranya kita bisa bikin Pak Bruce ada di pihak kita? Pasti susah kan?"     

Astro menatapku penuh pertimbangan, "Kamu yang lebih sering interaksi sama pak Bruce. Kamu yang lebih tau."     

Aku tahu Astro benar. Aku terdiam dan berpikir lama sekali.     

"Kyle bisa bantu kalian dapetin data kalau kalian mau." ujar Kyle tiba-tiba. "Kyle emang ga ikut investigasi, tapi Kyle bisa ambil beberapa data yang kalian butuh. Lagi pula, kalian justru bahayain diri kalau kalian maksa pak Bruce ngasih kalian informasi."     

Aku dan Astro menatap Kyle lekat sebelum saling menatap satu sama lain. Mungkin ini adalah jalan yang paling baik yang kami miliki.     

"Bisa kamu cari tau apa Om Neil ada hubungannya sama kecelakaan jembatan waktu itu?" aku bertanya.     

Kyle terkejut, "Gimana mungkin kalian curiga Neil yang lakuin itu?"     

Aku menaikkan bahu, "Firasat."     

Aku bisa melihat pupil mata Kyle bergetar di balik kacamatanya. Aku cukup yakin Kyle tak menyangka aku akan mengungkapkan dugaan ini sebelumnya.     

"Atau mungkin, nenek Vanessa. Neneknya Zenatta." ujarku untuk memperjelas maksud ucapanku pada Kyle.     

Kyle menatapku lekat, seolah tak rela jika ada satu ekspresi pun terlepas darinya. Namun Kyle mengangguk pada akhirnya.     

"Thank you, Kyle." ujarku sambil tersenyum manis.     

Kyle mengangguk. Biasanya senyum menawannya selalu menghiasi bibirnya jika kami sedang berbincang, tapi malam ini Kyle hanya satu kali tersenyum seperti itu padaku.     

"Kyle usahain dapetin data yang Nona minta. Ada yang lain yang Nona butuh dari Kyle?" Kyle bertanya.     

Aku menggeleng, lalu menoleh untuk menatap Astro. Astro masih terlihat berpikir dengan panjang dan dalam.     

"Bisa sekalian kamu cari tau di mana keluarga Zenatta tinggal sebelum pindah ke sini?" Astro bertanya.     

"Setelah mereka pindah ke Indonesia lagi, mereka tinggal di Bogor. Jaraknya ga lebih dari satu jam ke rumah Nona." ujar Kyle dengan cepat.     

Aku bisa merasakan sebuah batu besar jatuh ke dasar perutku. Meninggalkan sensasi mual dan berputar.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : iamno     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.