Carnival
Carnival
Aku menatapnya tak percaya. Entah sudah berapa helai pakaian yang dia pilihkan untukku sejak kami sampai di sini sore tadi dan sekarang hari sudah malam. Aku ingin sekali menolaknya, tapi dia mungkin saja akan bertingkah menyebalkan.
Aku tahu beberapa hari ini sikapnya banyak berubah. Dia lebih tenang, terlihat serius di banyak kesempatan, lebih matang saat menghadapi sikapku, juga terlihat lebih mantap saat kami sedang berbincang. Terasa seperti ... dia menganggapku sebagai seseorang yang lebih berharga dan memberikan perhatian lebih padaku dengan cara yang berbeda.
Aku baru saja akan mengabaikannya dan membiarkannya memilih apapun yang dia inginkan saat aku melihat deretan aksesoris terpampang di salah satu etalase. Aku menghampirinya dan menatap setiap detail desain kalung, cincin, gelang, juga beberapa gantungan kunci dengan teliti. Aku rindu membuat salah satunya.
Astro mengambil sebuah gelang kulit dari etalase dan mencoba memakainya di samping gelang buatanku, "Lebih bagus bikinan kamu."
Aku tersenyum, "Aku kan bikinnya pakai cinta. Kenapa masih kamu pakai walau kita udah nikah?"
Astro menatapku lekat sambil menunjuk gelang yang kubuatkan untuknya setahun yang lalu, "Ini bukti perjuangan."
Aku menutup mulut untuk menahan tawa yang hampir keluar. Laki-laki ini manis sekali.
"Aku bisa bikinin kamu yang baru, kamu tau?" ujarku sambil mengamit lengannya dan melepas gelang yang dicoba olehnya dan meletakkannya kembali ke etalase.
"Kamu bisa bikinin yang baru kalau kamu mau, tapi aku tetep akan pakai ini terus." ujarnya dengan tenang.
Aku tersenyum manis, lalu memeluk lengannya dan mengajaknya beranjak menjauh dari deretan booth. Aku sudah melihat bertambahnya tas belanjaan yang dia bawa, sepertinya dia sudah membayar dress yang sesaat lalu dipilihnya.
"Aku bikinin kalung aja, mau?" aku bertanya sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling.
Kami sudah berjam-jam di sini, tapi tempat ini luas sekali. Seolah tak akan bisa dijelajahi dalam waktu satu hari.
Kami sudah mencoba berbagai wahana permainan yang ada. Kami duduk menikmati senja di salah satu kursi panjang di satu sudut, dekat sebuah restoran sambil menikmati makan malam kami. Kami juga sudah membeli berbagai macam barang yang entah akan kami gunakan kapan karena aku membiarkan Astro memilih apapun yang dia inginkan.
Astro melepaskan pelukanku di lengannya dan berdiri membelakangiku, tepat di hadapanku. Entah bagaimana, tiba-tiba saja aku sudah berada di punggungnya.
Aku memeluk bahunya erat karena terkejut, "Aku bisa jalan sendiri."
Astro mengabaikanku.
Entah dari mana datangnya, Jian mengamit semua tas belanjaan dari tangan Astro dan membawanya pergi. Jian berjalan cepat sekali. Hingga aku sempat berpikir jika saja ada orang lain yang melihatnya, mungkin mereka mengira Jian baru saja mencuri dari kami. Namun sepertinya tak ada seorangpun yang peduli.
Aku memang sudah menyadarinya sejak kami masuk ke area ini, tak ada lagi yang menatap kami dengan tatapan ingin tahu atau hanya sekadar melirik seolah mengenal kami entah di mana. Mungkin orang-orang mulai melupakan kasus yang pernah menimpa Astro, juga tentang pernikahan dini yang kami lakukan, yang sempat beredar luas beberapa bulan lalu.
Astro menggendongku dengan mantap di punggungnya sambil terus berjalan, "Kamu mau makan lagi?"
"Kamu mau makan lagi?" aku bertanya kembali karena aku memang mengira dia lah yang sedang begitu lapar.
Astro menggeleng dan menoleh untuk menatapku, "Berat badan kamu kayaknya turun. Kamu harus makan lebih banyak."
Aah laki-laki ini benar-benar....
Aku mencubit pipinya pelan, "Aku udah makan banyak banget hari ini, tapi aku bisa temenin kamu makan kalau kamu laper."
"Aku ga keberatan nemenin kamu makan asal kamu yang makan lebih banyak." ujarnya dengan senyum tipis.
Aku mengedarkan pandanganku untuk memastikan tak ada yang memperhatikan kami dan mengecup pipinya. Aku tak mengatakan apapun saat melihat senyum mengembang di bibirnya.
"Kita harus sering ke sini kayaknya." ujarnya tiba-tiba. "Biar aku bisa gendong kamu begini."
Tiba-tiba saja aku mengingat mimpiku dengan Gerard. Gerard menggendongku di punggungnya karena kakiku terluka. Aku belum menceritakan tentang mimpi itu pada Astro dan kurasa akan lebih baik jika aku menyimpannya untuk diriku sendiri.
"Kamu bisa gandong aku begini di rumah. Ga harus di sini." ujarku.
"Ga seru. Kalau di sini kan aku bisa modus kamu kecapekan."ujarnya dengan tatapan yang terlihat tenang sekali. Aku hampir saja salah mengira dia dengan orang lain.
Aku merapikan rambutnya yang terbang terbawa angin dan aroma green tea menguar darinya. Aku mengecup rambutnya dan berbisik, "I love you, Astro. I really love you, even if you change (walau kamu berubah)."
Dalam sedetik waktu yang terlewat, Astro menurunkanku dari punggungnya dan berbalik untuk menatapku lekat. Dia mengelus puncak kepalaku. Jarinya turun membelai wajahku. Saat kupikir dia akan menciumku, dia justru mengamit tanganku dan melirik ke bianglala di sebelah kami.
"Mau naik?" dia bertanya sambil terus menatapi bianglala itu.
Aku tersenyum, "Katanya ga mau naik bianglala?"
Saat Astro meminta Axelle menyadap laptop dan handphone Zen, Axelle mengirim ribuan fotoku yang Zen ambil secara sembunyi-sembunyi pada Astro. Astro sangat murka saat mengetahuinya dan memprotesku karena kami tak memiliki foto menaiki bianglala bersama seperti yang dimiliki Zen.
Astro menatapku dengan tatapan tenang dan mantap, "Katanya tetep cinta aku walau aku berubah?"
Aku mengangguk sambil terus tersenyum dan memberinya isyarat untuk ikut mengantri menaiki bianglala. Kami menunggu cukup lama dengan saling memeluk pinggang dan bertatapan dalam diam. Aku tahu betapa laki-laki ini mencintaiku. Kuharap dia juga tahu betapa aku mencintainya hingga dia tak perlu mencemburui siapapun lagi.
Malam sudah larut sekali hingga hanya ada dua antrian di belakang kami. Kami diizinkan masuk berdua di satu kotak bianglala karena ada cukup banyak kotak bianglala tersisa untuk orang lain.
Kami duduk bersebelahan sambil saling memeluk dan menatap langit malam. Astro meletakkan kepalaku di bahunya. Napasnya di puncak kepalaku terasa hangat, memberikan desiran khas yang sudah biasa kunikmati sejak kami menikah.
"I love you too, Mafaza Mazia." ujarnya tiba-tiba.
Aku mendongkak untuk menatapnya. Tatapannya padaku lembut sekali, hampir saja membuatku hanyut ke dalam pupil matanya yang berwarna coklat pekat berkilau.
Astro mengelus bibirku perlahan sambil menatapku lekat, "Kita bisa usahain sama-sama sampai tua kan?"
Aku hanya sanggup mengangguk. Aku memang sudah mempersiapkan diri untuk membersamainya sampai tua bahkan sejak sebelum dia melamarku di depan pintu kamarku. Kami pernah membicarakan hal itu jauh sebelum aku datang ke mansion untuk pertama kalinya.
Astro mengecup bibirku, lalu mencumbunya perlahan. Aku membiarkannya memimpin cumbuan kami. Dia semakin lihai melakukannya. Dia mengetahui dengan baik bagaimana aku suka diperlakukan.
"Thank you." ujarnya dengan napas yang terasa lebih hangat di sela-sela cumbuan kami.
Aku hanya menggumam karena dia melanjutkan cumbuannya. Kami hampir saja terbawa suasana saat dia memelukku lebih erat dan mengecup tengkukku dengan napas yang berat dan memburu.
"Kita masih di bianglala, Astro. Tunggu sampai kita pulang." ujarku sambil mengelus dagunya yang merangsek mencari titik sensitif di bahuku.
Astro melonggarkan pelukannya dan tersenyum lebar sekali. Tidak. Dia hampir saja tertawa.
"Aku lupa." ujarnya tanpa rasa bersalah.
Aah laki-laki ini benar-benar....
Aku menyentil dahinya pelan, "Kenapa ga dari dulu kamu begini?"
"Kenapa?" dia bertanya dengan senyum lebar yang berbeda dari biasanya, tapi aku menyukainya.
"I love it. Rasanya ... kamu jadi lebih lembut."
Senyum di bibirnya hilang seketika walau sedetik kemudian kembali menghiasi bibirnya, "Itu rahasia."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-