Darah
Darah
Pintu di hadapanku dibanting dan meninggalkan suara sesuatu yang patah sesaat setelahnya, entah apa. Juga jantungku yang berdetak kencang, yang sedang berusaha kukendalikan.
Aku menatap Astro dalam diam. Dia terlihat sedang berpikir keras sambil terus menatap pintu yang tertutup.
Beberapa saat yang lalu, kami mencoba bernegosiasi dengan Pak Jalu, yang menurut data yang didapat dari Kyle, dia adalah salah satu pemilik lahan di sebelah resort milik Astro. Dalam percakapan kami di teras depan yang tak lebih dari sepuluh menit itu, Pak Jalu membantahnya.
Pak Jalu berkata lahan itu adalah mahar yang diberikan pada istrinya. Sedangkan sang istri mengkhianatinya demi bisa bersama laki-laki lain setelah semua surat kepemilikan lahan beralih nama. Hutang yang Pak Jalu sebutkan tadi, entah hutang yang mana karena dia begitu emosional dan langsung menutup pintu.
Aku mengelus lengan Astro perlahan, "Lain kali aja. Percuma negosiasi sama orang yang lagi marah."
Astro menoleh padaku dan menatapku lama sekali sebelum bicara, "Aku ga punya waktu lagi."
Astro memang sudah mengatakan hal itu padaku tadi pagi sebelum aku menemaninya berkeliling untuk mencari pemilik lahan. Dua hari ini, memang adalah hari terakhir kami ke Lombok. Kami mungkin baru akan ke sini lagi saat libur semester dimulai. Aku bahkan ragu apakah kami akan bisa ke sini, karena Astro pernah berjanji padaku untuk membawaku ke Jepang.
Aku menoleh untuk menatap pintu yang tertutup di hadapanku, lalu memberanikan diri untuk mengetuknya. Tak ada jawaban.
"Bapak punya informasi di mana bu Kamalia tinggal di Gili Trawangan?" aku bertanya. Aku benar-benar berharap pak Jalu masih ada di belakang pintu karena aku tak mendengar suara langkah kaki menjauh sejak tadi.
Namun hening.
"Kita ga akan ganggu Bapak lagi kalau Bapak kasih kita informasi. Kita cuma bis ..."
Tiba-tiba saja pintu terbuka dengan kasar dan Pak Jalu menatapku dengan tatapan murka, "Kalian anak muda emang ga ngerti tata krama! Saya tau kalian anak orang kaya, tapi kalian harusnya tau kapan orang lain ga mau diganggu!!"
Tiba-tiba saja seperti ada batu jatuh ke dasar perutku. Aku tak merasa takut padanya walau Astro menggenggam tanganku lebih erat. Aku tahu dia akan menyelamatkanku lebih dulu jika Pak Jalu kehilangan kendali dirinya. Aku hanya tak ingin berlama-lama berurusan dengan laki-laki setengah baya di hadapanku ini.
"Saya minta maaf karena udah ganggu, tapi kalau kita ga punya informasi di mana Bu Kamalia tinggal, kita mungkin aja ke sini dan nanya bapak lagi. Ga ada yang bisa kita tanya soal Bu Kamalia selain Bapak. Ga ada orang lain lagi di area ini." ujarku sambil mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Kawasan di sekitarku ini lengang dan hening karena tak ada rumah lain. Hanya rumah ini satu-satunya rumah yang ada.
Awalnya Pak Jalu baik sekali mempersilakan kami duduk di teras. Dia bahkan sempat membuatkan kami teh hangat walau tanpa gula. Namun saat Astro membahas tentang lahan di sebelah resortnya, raut wajahnya berubah menjadi benci yang menjadi-jadi.
"Dia di Gili Trawangan! Cari dia di sana!! Jangan ganggu-ganggu saya lagi!!" teriak Pak Jalu sambil mengayunkan pintu untuk ditutup kembali, tapi aku menahannya.
"Bapak punya alamatnya? At ..."
"Cari dia di Cottage Banyu!!" teriak Pak Jalu sambil membanting pintu dan terdengar suara gerendel gembok sesaat setelahnya, juga suara langkah kaki yang menjauh.
Aku menghela napas panjang dan menoleh pada Astro, "Kamu punya waktu ke sana? Ini udah sore banget."
Alih-alih terlihat khawatir Astro justru mengelus puncak kepalaku dengan lembut, dengan senyum tipis menghiasi bibirnya. Dia mengajakku menjauh dari rumah itu dan kembali ke mobil.
Jarak dari resort ke rumah Pak Jalu hanya setengah jam lebih sedikit menggunakan mobil. Jalanan di sini lenggang sekali. Aku bahkan sempat berpikir kami bisa saja sampai hanya dalam waktu lima belas menit jika kami menggunakan kecepatan tinggi.
"Besok pagi kita ke Gili Trawangan." ujar Astro tiba-tiba setelah kami berkendara.
Aku menoleh padanya sambil menahan rambutku yang terbang dibawa angin karena mobil ini adalah mobil dengan kap terbuka, "Kamu yakin?"
Astro mengangguk, "Ga ada waktu lagi. Kalau deal aku tinggal delegasi proyek."
"Kamu kan bisa minta orang lain buat nyari Bu Kamalia. Kenapa ngotot harus ketemu sendiri?"
"Ada yang mau aku pastiin." ujarnya singkat tanpa menoleh padaku.
Aah laki-laki ini benar-benar....
Aku tahu Astro memang sering tiba-tiba merasa tertarik pada sesuatu, sifatnya yang satu itu sama sepertiku. Namun aku sama sekali tak tahu apa yang sedang ingin dia pastikan saat bertemu dengan Bu Kamalia nanti.
Senja mulai menyebar di sekitar kami. Dengan warna jingga tua berpadu biru dan abu-abu. Matahari yang berukuran besar menggantung rendah, tapi masih akan membutuhkan waktu untuk benar-benar menghilang ditelan bumi.
Aku selalu suka senja karena mampu membuat sesuatu di hatiku terasa hangat. Seperti ada sesuatu yang hilang, kembali lagi padaku. Terlebih, senja di pulau ini cantik sekali. Selalu mengingatkanku pada pernikahan mendadak kami beberapa bulan yang lalu.
Aku menatap Astro dalam diam. Bias matahari yang mengenai tubuhnya membuatnya terlihat sangat tampan, dan hangat. Membuatku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Harus kuakui, aku tersenyum lebar sekali.
Aku meraih wajahnya dan mengecup pipinya, "I love you, Honey."
Astro menoleh dan mengecup bibirku dengan senyum tipis di bibirnya, "I love you too, Honey."
Andai saja kami sedang tidak berkendara, kurasa aku akan mengajaknya bercinta sekarang juga. Aku tak akan peduli jika dia mengataiku mesum. Aku hanya ingin meluapkan perasaanku padanya.
"Apa rencana kamu besok? Kayaknya Bu Kamalia ga akan gampang ditemuin. Kalau dia sampai pindah, bukannya itu berarti dia emang ga mau dicari?" aku bertanya.
"Bukan berarti kita ga bisa nyari kan, Honey?"
Aku tahu Astro benar. Terlebih, kami sudah mendapatkan lokasi di mana Bu Kamalia mungkin saja berada. Aku hanya merasa tak yakin apakah Bu Kamalia bersedia bertemu dengan kami.
"Something bothering you?" Astro bertanya.
Aku menggeleng, "Kita liat aja besok. Aku ga mau nebak-nebak."
Astro tertawa pelan, "Pertama kalinya dalam hidupku denger kamu bilang gitu. Rasanya aneh, kamu tau?"
Aku tersenyum manis, "Emangnya kamu aja yang bisa berubah?"
Hening di antara kami. Kami hanya saling menatap dan tersenyum sebelum Astro kembali fokus pada rute perjalanan pulang kami ke resort. Saat aku mencium aroma lavender, aku tahu kami hampir sampai.
Sebetulnya aku terkejut saat mendapati puluhan pot lavender berjejer cantik di sekitar resort saat kami sampai kemarin malam. Kupikir lavender yang berada di resort itu adalah lavender yang sengaja diletakkan di sana karena kami akan menikah. Ternyata lavender itu memang sengaja ditanam di sana dan dipelihara dengan baik sejak resort mulai beroperasi.
Astro menghentikan laju mobil tepat di depan resort, lalu mengamit tanganku saat kami sudah turun untuk berjalan bersama menuju pantai untuk menikmati pemandangan matahari yang hampir tenggelam. Genggaman tangannya seperti yang selalu kuingat, hangat dan menenangkan.
Astro memberi isyarat padaku untuk duduk di bawah pohon kelapa yang tumbuh dekat sekali dengan pantai. Kami saling memeluk pinggang dengan erat dan menatap jauh ke ujung pandangan kami di tempat matahari yang terlihat semerah darah.
Entah bagaimana, suara tembakan terdengar menggema di telingaku dan aku mengingat saat Astro mengarahkan senapannya pada salah satu pengawal Zenatta. Pengawal yang saat ini sedang terluka dan terpaksa menerima beberapa pasal berlapis di pengadilan.
"Kita akan baik-baik aja. Trust me." ujar Astro tiba-tiba, seolah tahu apa yang sedang kupikirkan.
Aku hanya mengangguk dalam diam. Aku mempercayainya. Aku akan selalu mempercayainya.
=======
Welcome di volume tiga: Twilight
Siapkan hati ya, readers.. Ini volume terakhir..
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : iamno
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-