Kentut
Kentut
Semalam dia memberitahuku bahwa anak kecil dengan banyak luka dan beraroma amis itu berkata dia ingin pergi. Tanpa syarat atau apapun, yang membuatku benar-benar tak mengerti hingga aku hampir saja mengutuk diriku sendiri karena aku begitu bodoh tak bisa mencerna kalimat sesederhana itu.
Dia sudah ada bersama dengan leluhur Astro sejak lebih dari seratus tahun yang lalu. Aku bahkan sempat menduga bahwa leluhur Zenatta dan Donny juga pernah melihatnya dalam mimpi, walau aku tak mengutarakannya pada siapapun.
Bagaimana tidak? Mereka rela mengganggu keluarga Astro dan bertindak jauh sekali hingga menggunakan kekerasan hanya demi mendapatkan sebuah tombak tua. Itu sama sekali tak masuk akal bagiku.
Aku beranjak kembali masuk ke workshop. Suara lonceng yang menyambutku saat membuka pintu, membuatku menyadari aku belum memasang tanda buka yang terpasang di sana. Maka aku membalik papan kecil yang terpasang dan workshop kami akan siap menerima pelanggan baru.
Setengah jam lagi semua partner kerjaku akan mulai berdatangan. Aku harus mempersiapkan diri untuk memulai sesi baru dengan mereka.
Aku memang sudah mengajari mereka cara membuat sketsa selama beberapa bulan ini, tapi percakapanku dengan Astro semalam membuatku berpikir mereka mungkin saja tak suka melalukannya. Bukankah seorang praktisi biasanya lebih mudah membuat sesuatu begitu saja?
Aku sedang duduk dan berkutat dengan laptop di salah satu meja di lantai satu sambil mengecek semua laporan dari Sari saat satu per satu partner partner kerjaku berdatangan. Aku meminta mereka duduk berkumpul di sekitarku sambil menunggu yang lain datang. Saat semuanya sudah lengkap, aku langsung memberi tahu mereka rencanaku yang baru.
"Aku minta maaf selama ini aku ga peka." ujarku untuk memulai briefing kami pagi ini. "Aku baru sadar ga semua dari kalian bisa gambar atau bikin sketsa. Mungkin karena bikin sketsa hal yang gampang buatku, jadi aku pikir kalau cuma sketsa kalian juga bisa bikin walau belum halus. Aku ... semester depan aku pindah ke Jerman."
Hening di antara kami. Tatapan terkejut dan ragu-ragu jelas sekali di mata semua orang yang mengelilingiku, karena memang baru hari ini aku memberitahu mereka tentang rencana kepindahanku. Aku dan Astro memang sengaja menunda memberitahu siapapun sebelum mendapatkan kesepakatan rencana dari Opa.
"Aku juga mau minta maaf soal ini, karena baru bilang. Keputusannya emang mendadak, tapi aku udah mikir panjang soal itu dan udah nanya pendapat keluargaku juga." ujarku sambil menatap semua orang bergantian.
"Kamu ... serius?" Putri yang duduk tepat di sebelahku bertanya dengan tatapan tak percaya.
Aku mengangguk, "Awalnya aku emang pengen kuliah di sini semester depan, tapi ternyata ada sesuatu yang bikin aku pindah haluan. Aku ga bisa cerita soal itu ke kalian karena ini masalah pribadi, tapi aku udah mikir panjang buat pindah ke sana semester depan."
"Jerman, Faza ..." ujar Putri yang terlihat hampir frustasi. Namun segera mengendalikan dirinya sendiri setelah menghela napas perlahan. "Maaf, aku ... kaget banget."
Aku tersenyum dan menepuk bahunya beberapa kali, "Aku juga kaget, tapi aku ga punya pilihan lain. Sorry."
Putri menatapku lama sekali sebelum bicara, "Kamu mau tutup workshop ini?"
Aku menggeleng dan menatap semua orang bergantian, "Aku percayain sama kamu, tapi aku punya banyak hal yang harus kita lakuin sebelum aku bener-bener pindah. Yang pertama, aku butuh kalian eksplorasi desain idaman kalian."
Semua orang saling menatap satu sama lain. Aku tahu mereka bimbang dan khawatir.
"Selama ini aku selalu minta kalian bikin sketsa dulu sebelum eksekusi perhiasan sesuai desainnya. Aku mau ubah itu. Mulai sekarang kalian bisa eksplorasi desain tanpa perlu bikin sketsa. Dengan catatan, semua bahan yang kalian minta harus dicatat detail biar kita tau gimana estimasi harga jualnya. Okay?"
Semua orang mengangguk walau ragu-ragu. Kurasa aku tahu apa yang mereka pikirkan.
"Kalau kalian ga yakin sama apa yang mau kalian bikin, kalian selalu bisa minta aku atau Putri bikin sketsanya dulu. Kalian bisa jabarin gimana desain yang kalian mau, nanti kita gambarin sketsanya. Kalau desainnya udah sesuai sama yang kalian mau, kita bisa eksekusi. Kita belum ada orderan yang harus dikerjain kan hari ini? Kita bisa fokus eksplorasi perhiasan impian kalian sementara waktu ini." ujarku sambil menatap semua orang dan memastikan mereka mengerti apa yang kujelaskan sesaat lalu.
"Maaf sebelumnya. Kalau Faza pindah ke Jerman, kita komunikasinya gimana?" Bara bertanya.
"Kita bisa teleconference. Semacam video call dari laptop. Perbedaan waktu kita emang lumayan jauh, tapi nanti aku yang sesuaiin jadwal sama kalian. Itu urusan gampang kok." ujarku.
"Berarti Putri yang pegang kunci workshop?" Qori bertanya.
Aku mengangguk, "Putri bisa tinggal di sini kalau mau. Dulu waktu masih kerja sama aku di toko craft juga tinggal di ruko. Kamu mau, Put?"
Putri terlihat salah tingkah, "Aku ... ga yakin apa bisa tinggal di sini. Tanggung jawabnya gede banget. Ruang penyimpanan itu nyimpen barang berharga, Faza. Aku khawatir ga bisa jaga itu."
Aah begitukah?
Aku berpikir sesaat sebelum bicara, "Nanti aku pikirin soal itu. Kita kerjain misi pertama kita dulu ya hari ini. Aku mau kalian terbuka sama aku soal desain ide yang ada di kepala kalian. Kalian pasti punya desain perhiasan impian yang selama ini belum pernah kalian bikin. Kita bikin desain itu jadi nyata."
Mereka semua mengangguk walau ragu. Kurasa hal itu bukanlah masalah. Aku masih memiliki waktu beberapa bulan untuk mengeksplorasi keinginan dan cara kerja mereka.
Aku mematikan laptop dan membawanya sambil mengajak mereka ke lantai dua, lalu mulai memberikan instruksi dengan bertahap agar lebih mudah dimengerti. Aku memisahkan Qori dan Umar untuk membuat sketsa bersama Putri karena mereka sudah cukup mahir membuat desain di atas kertas. Sedangkan aku mengajak Bara dan Parti bicara mengenai desain yang mereka inginkan. Aku lah yang membuatkan sketsa untuk mereka dan mereka menyukainya.
"Bener ini cukup?" aku bertanya tentang sketsa di hadapanku pada Parti.
Parti mengangguk penuh antusias dan tersenyum lebar sekali, "Saya selalu suka desain yang simple. Lebih elegan."
Aku tersenyum dan mengalihkan tatapanku pada Bara, "Kamu gimana? Ini udah bener?"
"Ini kurang lebar sedikit." ujar Bara sambil menunjuk ke garis lingkar cincin.
Aku memperbarui desainku dengan sedikit goresan yang lebih lebar.
Bara mengangguk dan menujuk ke detail kelopak kecil di samping mutiara, "Ini tiga aja cukup, ga perlu empat."
Aku menghapus salah satu detail kelopak kecil yang ditunjuk olehnya, "Cukup?"
Bara tersenyum lebar sekali, "Cukup. Ini bagus. Sesuai sama bayangan saya. Sayanya aja yang ga jago gambar jadi bingung."
Aku tersenyum. Kurasa caraku kali ini berhasil.
"Kalian coba bikin ya. Kalau butuh revisi desain kalian ke aku aja. Aku sambil ngerjain kerjaanku yang lain di sana." ujarku sambil menunjuk ke salah satu meja di dekat jendela lebar yang mengarah ke jalan raya.
Bara dan Parti mengangguk. Aku membantu mereka mengambil bahan yang mereka butuhkan sebelum duduk di meja di dekat jendela dan menyalakan laptop untuk melanjutkan pekerjaanku mengecek laporan dari Sari.
Sesekali aku mengedarkan pandanganku ke semua partner kerjaku di tengah-tengah konsentrasi menatap layar laptop. Kurasa aku akan merindukan suasana ini jika benar-benar pindah nanti. Bagaimanapun, membuat sebuah toko craft atau workshop di negara berbeda akan membutuhkan banyak regulasi yang belum kumengerti.
Aku tahu aku bisa saja mempelajarinya, tapi mengurusi berbagai pekerjaan yang akan kutinggalkan di negara ini saja sudah pasti akan menghabiskan sebagian besar waktu. Jika aku membuka satu toko craft atau workshop di sana, kurasa Astro tak akan mengizinkannya.
Handphoneku bergetar, aku mengambilnya. Ada pesan dari Astro.
Astro : Nanti malem kita ngedate
Aku : Kerjaan kita banyak, Astro
Astro : Tunda dulu. Anak-anak ngajakin kita ketemu karena kesel kita mau pindah ke luar negeri
Aku : Kamu kan bisa jelasin ke mereka lain kali aja ketemunya
Astro : Ga bisa. Mereka udah ngancem mau lempar bom kentut ke workshop kalau kamu ga mau
Astaga ... yang benar saja?
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-