Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kepa



Kepa

0"Kenapa berita kalian mau ke Jerman malah ada di mana-mana? Ini pasti kerjaan kalian kan?" terdengar suara Ayah yang gusar di ujung sambungan telepon kami. Ada satu headset yang terpasang di sebelah telinga kami masing-masing.     

Kami sedang berada di atas bianglala setelah puas bermain dengan teman-teman kami di wahana lain beberapa saat lalu. Aku dan Astro memang hanya berdua di sini, duduk bersisian menatap langit malam seperti yang kami lakukan beberapa minggu yang lalu.      

Teman-teman kami menaiki kotak bianglala yang berbeda karena ini sudah larut sekali. Aku tahu Liam, Hasto, dan Pratama sengaja membiarkan aku dan Astro, juga Jojo dan Jeanny untuk memiliki waktu kami berdua dengan pasangan kami masing-masing.      

"Astro cuma ngasih tau Sendy waktu di galeri weekend kemarin. Kebetulan ada anak-anak galeri juga, tapi Astro juga ngasih tau temen-temen deket Astro di sini sih." ujar Astro dengan nada bersalah yang akan membuat siapapun mempercayainya, tapi bukan aku.      

Aku sengaja diam sambil mendengarkan percakapan mereka untuk mencari celah bagi rencanaku yang lain. Lagi pula Ayah tak tahu kami sedang berdua karena hanya ada Kyle yang menemani kami di kejauhan, juga Rilley yang entah berada di mana.      

"Kamu sengaja kan?" Ayah bertanya dengan nada menuntut.     

"Astro ga sengaja, Yah. Keputusan begini berat buat kita. Temen-temen kita bisa ngamuk kalau kita ga ngasih tau mereka lebih dulu. Mereka yang deket sama kita ga mungkin nyebarin berita itu, tapi mungkin ada orang lain yang ga sengaja denger obrolan kita yabg nyebarin."     

Ayah mendengus keras, "Okay, Ayah anggap itu kecelakaan. Trus gimana sama rencana kita kalau udah ketauan begini? Ayah udah siapin apartemen buat kalian sama basecamp buat bodyguard kalian di sana. Hubert pasti bisa nemu di mana kalian tinggal walau butuh waktu."     

"Bukannya Ayah yang bilang jejak kita gampang dihapus?"     

"Anak ini bener-bener ... kalian udah ketauan mau pindah ke Jerman. Hubert tinggal cari kalian masuk kampus mana dan nyusurin tempat tinggal sekitar kampus."     

"Astro minta maaf, Yah. Astro ga nyangka akan begini. Astro cuma niat ngasih tau temen-temen karena mereka pasti kaget kalau Astro ga dikampus lagi semester depan. Temen-temn Faza juga pasti bingung kalau tiba-tiba Faza ngilang."     

"Kita pindahin kalian ke negara lain. Sementara kita biarin aja semua orang tau kalian mau pindah ke Jerman. Justru lebih bagus kalau Hubert nyari kalian di Jerman sementara kalian berdua ga ada di sana."     

Aku menatap Astro dengan jantung berdetak kencang sekali. Alih-alih terkejut mendengar keputusan ayahnya, Astro justru tersenyum tipis.     

"Ke mana, Yah?" Astro bertanya.      

"Ayah butuh waktu diskusi sama Ibu dulu. Kalian ga boleh cerita ke orang lain soal ini, ngerti kamu?"     

"Astro ngerti, Yah." ujar Astro dengan suara seolah sedang merasa bersalah. "Kalau ke London aja, gimana? Boleh?"     

"Nanti Ayah pikirin dulu. Bikin susah aja kamu."     

"Maaf, Yah. Astro ga sengaja."     

Ayah menggeram gusar, "Ya udah, mau gimana lagi. Udah terlanjur. Istirahat sana, nanti tengah malem kerja lagi."     

"Iya, Yah."     

Sambungan telepon kami dengan Ayah terputus di sana. Kami menghela napas panjang sebelum saling menatap dan tertawa.     

"Rencana kamu berhasil." ujar Astro setelah tawanya reda.      

Aku hanya sanggup mengangguk sambil menatapnya dalam diam. Dia tampan sekali dikelilingi langit malam dengan bintang yang hanya ada beberapa. Entah kenapa tiba-tiba aku mengingat salah satu surat cintanya padaku. Dia berkata akan membawaku ke Pulau Kepa untuk melihat galaksi Milky Way jika kami sudah menikah.     

"Kamu batal ngajakin aku ke Pulau Kepa." ujarku sambil menatap kedua manik mata berwarna coklat gelap berkilau di depan mataku.      

Astro mengelus kepalaku dan menatapku dengan tatapan sendu, "I'm sorry. Masalah kita banyak banget. Belum kerjaan kita."     

Aku hanya sanggup mengangguk. Bagaimanapun, dia benar. Masalah dan pekerjaan kami banyak sekali.      

"Kita bisa ke sana kalau kita punya waktu nanti. Aku janji. Aku kan udah niat ngajak kamu ke sana dari dulu." ujarnya sambil mengelus wajahku.      

"Okay. Aku ga masalah kok. Aku cuma tiba-tiba inget sama surat cinta kamu." ujarku dengan senyum manis.      

Astro memeluk pinggangku dan mengecup dahiku. Tepat sesaat setelahnya kami sampai di bawah dan seorang staf wahana membukakan pintu kotak bianglala untuk kami agar kami turun.      

"Makasih, Mas." ujar Astro saat kami turun.      

Staf itu hanya mengangguk dan tersenyum pada kami.      

Astro mengajakku bergabung bersama Jeanny dan Jojo yang sudah turun lebih dulu. Mereka terlihat salah tingkah saat melihat kami mendekat. Sepertinya Jeanny baru saja menangis.     

Aku menoleh untuk menatap Astro dan memberinya gelengan kepala singkat untuk tak membahas apapun mengenai mata Jeanny yang memerah. Aku tahu Astro pasti menyadarinya juga.      

"Kalian mau langsung pulang?" tiba-tiba terdengar suara di belakang kami.      

Saat aku menoleh, Liam, Hasto, dan Pratama sedang berjalan mendekati kami. Kurasa suara yang baru saja kudengar adalah suara Hasto.      

"Pulang yuk. Kerjaan kita banyak." ujarku sambil menggenggam tangan Astro.      

Astro hanya mengangguk.      

"Kalian mau ngerjain apa? Ini udah hampir tengah malem." ujar Jojo.      

"Emangnya kamu pikir gimana caranya aku ngendaliin perusahaan game dan ngerjain semua deadline kampus? Rebahan seharian? Faza juga kerja ngurusin toko craft sama ngurusin macem-macem urusan workshop sambil nemenin aku kerja. Kita pacaran sambil kerja. Ya kan, Honey?" ujar Astro dengan senyum menggodanya yang biasa.      

Jojo terlihat tersinggung, tapi sepertinya dia tak sanggup mengatakan apapun. Bagaimanapun, ucapan Astro benar dan dia harus mengakuinya.     

"Aku tunggu kamu besok." ujarku pada Jeanny segera mengangguk singkat padaku.     

"Kalian juga pulang kan?" Astro bertanya pada teman-teman kami yang lain.     

"Iya lah. Masa mau nginep di sini." ujar Pratama dengan tatapan kesal.     

"Lumayan kan? Mungkin nanti kamu ketemu perempuan rambut panjang idaman kamu, tapi jangan kaget kalau nanti kamu nemu paku di kepalanya." ujar Astro sambil tertawa, disambut pukulan di bahunya dan kalimat makian oleh Hasto dan Pratama.      

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku menarik Astro keluar dari area carnival market untuk menghindari membahas apapun mengenai hantu. Aku juga khawatir akan membuat Jeanny dan Jojo merasa salah tingkah jika mereka terlalu lama berada di sekitar kami.      

Entah apa yang terjadi atau apa yang mereka berdua bicarakan selama di dalam kotak bianglala, kurasa aku tak akan bertanya. Apapun itu, kuharap mereka mempertimbangkan saranku yang beberapa saat lalu kutarakan pada mereka. Bagaimanapun keputusan hidup mereka ada di tangan mereka sendiri. Mereka lah yang bertanggung jawab atas segalanya.      

Kami menghampiri motor masing-masing saat sampai di area perkiran. Aku sedang memakaikan helm di kepala Astro saat Jeanny menatap ke arahku. Aku tahu itu. Aku hanya mengabaikannya dengan berpura-pura tak menyadarinya.     

Kami saling melambaikan tangan sebagai isyarat perpisahan saat kami menaiki motor masing-masing dan ke luar dari parkiran. Udara malam yang membelai tubuhku entah kenapa membuatku merasa segar. Terasa sejuk dan menyenangkan.      

Aku mengangguk saat teman-teman kami memberi isyarat untuk memisahkan diri dari kami di persimpangan jalan. Entah kenapa membuatku menyadari, kami semua memang mengambil jalan yang berbeda dalam hidup kami. Kurasa aku tak bisa menghakimi siapapun yang tak sejalan denganku.     

Aku memeluk pinggang Astro dan menyandarkan daguku di bahunya. Aku baru melakukannya sekarang setelah berpisah dengan teman-teman kami karena khawatir mereka akan cemburu atau iri.      

Astro mengelus jariku dengan sebelah tangannya sambil berkendara di jalanan yang lenggang, "Keberatan bagi pikiran kamu ke aku?"     

"Aku ga mikir apa-apa kok."     

Astro menoleh padaku sedikit, "Bener?"     

Aku hanya mengangguk dan memeluknya lebih erat. Tubuhnya hangat sekali, aku menyukainya. Kurasa aku akan sering bermanja dengannya sampai kami tua.     

"Kalau gitu biar aku yang kasih tau kamu yang ada di pikiranku." ujarnya tiba-tiba.      

"Apa?"     

"Aku ga yakin anak kecil bau amis itu bener-bener pergi."     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.