Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kotor



Kotor

2Berjam-jam berlalu dan aku tak menemukan seorang pun pelanggan bernama Dara yang membeli cincin dengan desain yang ditampilkan di kolom komentar di sosial media workshop kami. Aku bahkan mengecek dengan seksama bahwa tak ada desain terjual yang sama dengan yang ada di kolom komentar tersebut walau dia menyertakan kotak khas dari workshop kami.     

Putri menatapku gelisah sambil terus mengecek semua nama dan foto desain perhiasan yang sudah terjual. Aku isa menebak apa yang ada di dalam pikirannya. Dia mungkin tak ingin menekanku dengan berbagai kalimat yang tak perlu.     

Astro sudah menunggu persetujuan dariku tanpa suara sejak dia menyadari apa yang terjadi. Kurasa aku akan menyerah saja, maka aku mengangguk sebagai isyarat. Astro mengetik entah apa di laptopnya, tapi aku tahu ke mana pesan itu akan berlabuh.     

"Kamu pulang aja. Yang lain juga udah pulang dari tadi." ujarku pada Putri.     

"Tapi ..."     

"Ga pa-pa. Aku bisa ngurus ini sendiri."     

Putri menatapku dan Astro bergantian dengan ragu-ragu, tapi dia mengangguk dan bangkit. Dia bergegas ke lantai dua dan kembali ke hadapan kami sesaat setelahnya.     

"Hati-hati ya." ujarku.     

Putri mengangguk, "Kabarin aku kalau kamu butuh bantuan."     

"Okay."     

Putri menundukkan bahu sebagai tanda salam sebelum berjalan menjauh. Suara bel yang mirip lonceng menyambutnya saat dia membuka pintu. Dia sempat terhenti di sana walau keluar juga pada akhirnya.     

Aku melirik jam di sudut laptopku, pukul 18.16. Seharusnya ini adalah saatnya Giana menutup cabang toko yang dia kelola. Aku melirik handphoneku, tapi tak ada tanda-tanda pesan masuk atau telepon, juga tidak dengan video call. Aku menyandarkan punggung ke punggung kursi.     

"Butuh waktu berapa lama?" aku bertanya sambil menoleh pada Astro.     

"Sebentar. Kamu mandi dulu sana. Mungkin abis mandi hasilnya udah ada."     

"Aku lagi nunggu kabar dari Giana. Ada yang mau aku bahas. Harusnya dia tutup cabang sekarang."     

"Kerjaan kamu yang lain udah selesai?"     

Aku menggumam mengiyakan. Aku memang sudah mengecek semua laporan email setelah makan siang. Seharusnya aku membantu semua partner kerjaku membuat desain baru di jam itu, tapi aku menunda sesi itu untuk esok hari.     

"Kamu udah bilang Cacha kalau kamu butuh bantuan dia jaga workshop selama kita kuliah di luar negeri?"     

"Aku belum bahas itu. Nanti aja kalau tugas dia jagain Donny di sini selesai, tapi kayaknya itu bukan masalah. Dia emang diminta jaga workshop sama rumah rahasia kita selama kita ga ada. Akan lebih bagus dia jaga workshop dari dalem kan?"     

Astro mengangguk singkat, tapi sepertinya dia sedang berpikir dalam dan matang. Entah apa yang ada di dalam otak briliannya sekarang. Kurasa aku akan percaya saja padanya.     

"Kamu udah bilang ke pak Jimmy soal kepindahan kita?"     

"Udah. Pak Jimmy mau lepasin aku, tapi aku maksa bantu tim sampai akhir semester ini."     

"Trus?"     

"Berhasil." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.     

Aku mengelus wajahnya dan menatapnya lekat. Aku tahu mudah saja baginya mendapatkan persetujuan orang lain dengan menggunakan kalimat-kalimat persuasifnya. Aku hanya khawatir dia tak bisa mengontrol keinginannya mempengaruhi orang lain.     

"Kamu ga pakai ilmu hipnotis buat dapet ijin dari pak Jimmy kan?" aku bertanya hanya untuk menggodanya, tapi aku sengaja memberinya tatapan serius.     

"Hampir, tapi ga jadi." ujarnya dengan sebuah senyum polos yang lolos dari bibirnya.     

Aku mencubit pipinya dengan kencang, "Jangan macem-macem ya kamu."     

"Hahahaha ... hampir kok. Kan ga jadi."     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"Aku ga suka kalau kamu pakai cara kotor gitu."     

"Iya, Honey. Aku tau, makanya aku ga jadi pakai cara itu. Aku ga mau kamu kabur lagi kalau tau aku ngehipnotis dosen."     

Aku memberinya tatapan sebal sambil melepas cubitanku di pipinya, "Aku udah janji ga akan kabur lagi."     

Astro mengangguk singkat dan tersenyum lembut, "Aku percaya. Tadi aku cuma bercanda."     

Tepat setelah Astro menyelesaikan kalimatnya, handphoneku bergetar. Ada pesan dari Giana yang memberitahu dia sudah menutup toko cabang. Aku segera memberinya panggilan telepon.     

"Ya, Kak?"     

"Kamu di jalan pulang?" aku bertanya karena mendengar suara deru kendaraan di ujung sana.     

"Udah di depan gang rumah, Kak. Maaf ya, aku ga langsung ngabarin dulu tadi. Soalnya emak minta aku pulang cepet, disuruh bantuin tetangga hajatan."     

"Ga pa-pa." ujarku sambil menarik napas perlahan. "Kalau kamu aku tarik balik ke toko, kamu mau?"     

"Gimana, Kak?"     

"Kamu kerja di toko sementara waktu. Aku mau tutup cabang dulu." ujarku yang disambut tatapan tak percaya di mata Astro yang sedang menatapku dalam diam.     

"Kenapa, Kak, kok tiba-tiba? Penjualan di cabang bagus kok. Malah belakangan ini banyak anak sekolah yang kecanduan beli macem-macem craft."     

"Aku tau, tapi sekarang Sari lebih butuh bantuan kamu. Sementara waktu aja kok sampai aku nemu crafter baru."     

Giana terdiam sebelum bicara, "Gitu ya, Kak? Bener bukan karena aku bikin salah, Kak?"     

Aku tersenyum, "Ga kok. Kamu ga bikin salah apa-apa. Minggu ini kamu tetep di cabang, tapi minggu depan kamu ke toko ya. Sekalian ngasih tau pelanggan cabang tutup sementara waktu. Kalau mereka mau belanja bisa ke toko atau lewat website dulu."     

"Okay, Kak."     

"Kita ketemu weekend depan."     

"Minggu depan Kakak pulang?" Giana bertanya dengan suara bersemangat yang jelas sekali.     

"Iya. Nanti kita ketemu hari minggu pagi. Aku cuma bisa ke sana sebentar, cuma beberapa jam."     

"Asik. Aku jadi ga sabar mau ketemu Kakak. Kakak ke toko bareng kak Astro?"     

Aku melirik ke arah Astro yang masih menatapiku, "Belum tau ya. Kayaknya Astro ga ikut soalnya kerjaannya banyak. Kenapa?"     

"Yaah ... padahal seru kalau kak Astro ikut juga."     

Astaga ... aku tahu betapa Giana selalu menatap Astro dengan tatapan bersinar seolah memuja. Alih-alih merasa kesal karena cemburu, aku justru hampir saja tertawa andai aku tidak menahannya.     

"Dia ga ikut. Istrinya galak kalau dia diliatin sama perempuan lain."     

"Eeh, itu ... bukan gitu, Kak, maksudnya. Duh ... gimana ini?"     

"Serius, Gi. Istrinya Astro galak." ujarku sambil terus menahan tawa yang hampir meledak.     

"Duh ... maaf, Kak. Aku ga maksud gitu."     

"Udah ga usah dibahas." ujarku sambil terus berusaha bersikap ketus. "Kamu kan pernah ketemu Vinny sebelumnya. Kalau ketemu lagi sama dia nanti ga boleh bahas apa-apa soal aku ya. Ga boleh gosip."     

"Iya, Kak. Aku janji."     

"Okay. Gitu aja ya. Istrinya Astro masih kesel sama kamu. Inget omonganku barusan, jangan gosip."     

"Iya, Kak."     

Aku mematikan sambungan telepon dan melepas tawaku yang tertahan. Aku tak peduli dengan tatapan Astro yang sedang menatap aneh ke arahku. Percakapanku dengan Giana tadi lucu sekali.     

Astro menyentil dahiku sambil menatapku tak percaya, "Kamu PMS ya?"     

Tiba-tiba aku terdiam. Aku berusaha menyadari tubuhku sendiri. Aku baru saja mendapatkan masalah baru, tapi aku justru tertawa hanya karena tingkah Giana. Aku melirik ke sudut layar laptopku yang masih menyala dan memperhatikan tanggal yang tertera. Astro benar. Hari ini memang hampir mendekati tanggal menstruasiku.     

Aku menatap Astro dan tersenyum manis, "Baru PMS kok. Belum beneran dapet."     

Astro mengedipkan mata beberapa kali sambil terus menatapku, "Ga mau cek dulu?"     

Aku menggeleng dengan mantap, "Kan berasa kalau 'dapet'. Mungkin besok atau dua hari lagi baru 'dapet'."     

Astro menopang dagu dengan tangan di atas meja dan tersenyum lebar sekali, "Berarti bisa ya dua sesi nanti setelah kita kerja."     

Aku tahu itu adalah pernyataan, bukan pertanyaan. Dan pernyataan darinya adalah permintaan yang tak mungkin kutolak, maka aku hanya mengangguk pasrah.     

Namun tiba-tiba aku mengingat sesuatu.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.