Gaeilge
Gaeilge
Sejak aku meminta tolong pada Viona semalam, bantuan datang ke akun sosial media workshop tanpa bisa dikendalikan. Tak terhitung berapa banyak komentar belaan untuk kami dari pelanggan kami yang lain. Juga jumlah berbagi yang mereka kirimkan pada orang lain, yang juga memicu berbagai dugaan yang mencuat sesaat setelahnya. Bahkan akun Dara telah berubah menjadi akun privat saat ini.
Aku tersenyum lebar sekali sejak melihat respon cepat dari kekuatan yang dimiliki media. Media memang bisa menimbulkan masalah, tapi aku bisa memanfaatkannya dan membalik keadaan dengan bantuan yang tepat.
Paolo berhasil melacak kepemilikan akun Dara sekitar jam sembilan malam, yang sepertinya memang sengaja dibuat beberapa bulan lalu untuk menjatuhkan nama workshopku. Paolo bahkan sudah menemukan lokasi pemilik akun tersebut, yang sebetulnya membuatku terkejut karena berada di kampusku yang lama.
Workshopku baru beroperasi beberapa bulan dan akun itu dibuat di bulan yang sama, hanya selisih delapan hari. Aku bahkan tak memberi tahu siapapun tentang workshop saat itu kecuali keluargaku. Bagaimana mungkin ada orang yang sudah mengetahui aku memiliki sebuah workshop yang sedang kukelola?
Jika itu adalah keisengan keluarga Zenatta, seharusnya mereka akan lebih berhati-hati untuk bermain api denganku. Terutama saat mereka memiliki kasus lain yang memberatkan nama mereka, juga saat mereka tahu bagaimana kekuatan bantuan keluargaku.
Aku : Kamu nemu akun yang lain?
Paolo : Belum. Dia kayak sengaja pakai hape khusus
Aku berpikir dalam diam. Saat aku menyadari sekitarku, Astro baru saja mengamit handphone dari tanganku dan memasukkannya ke saku celananya. Aku baru saja akan mendebatnya, tapi dia memberiku tatapan tajam.
"Makan dulu, Nyonya." ujarnya dengan lambat seolah ingin aku mendengar kalimatnya dengan baik. Laki-laki ini benar-benar menyebalkan.
Aku baru menyadari ada dua potong sandwich dan segelas susu dingin tepat di hadapanku saat aku mengalihkan tatapanku darinya. Aku meminum beberapa teguk susu dan mulai menggigit sandwich. Sandwich buatannya terasa seenak yang selalu kuingat.
"Apa rencana kamu?"
Aku menoleh padanya dan menelan sandwich di mulutku sebelum menjawab, "Sementara itu dulu. Aku mau liat dia bikin masalah lagi atau ga."
Astro menghela napas dan meneguk susu di hdapannya, "Ayah hampir nebak rencana kita."
Aku terkejut hingga menghentikan aktivitas makanku, "Kok bisa?"
"Hampir, Honey. Ayah udah nyiapin negara baru buat kita. Ayah ga mau ngasih tau aku, tapi aku yakin ayah pasti ngasih tau opa."
"Kamu udah nanya Opa?"
Astro menggeleng, "Nanti aja aku tanya kalau kita pulang. Aku ga mau buru-buru. Lagian kerjaan kita juga banyak. Kalau ayah yakin sama negara itu jadi tempat kita pindah, mungkin emang kita bisa tinggal di sana tanpa gangguan."
Aku mengabaikan sandwich di tanganku yang melayang, "Gimana sama bahasanya? Aku ga bisa bahasa latin seandainya Ayah mindahin kita ke Spanyol misalnya."
Entah kenapa nama negara itu muncul begitu saja karena aku mengingat percakapanku dengan Oma kemarin. Terasa seperti meluncur begitu saja dari bibirku.
"Kamu pikir Ray dibuang ke Irlandia pakai persiapan dulu?" Astro bertanya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Astaga ... apa yang baru saja kudengar? Aku tahu bahasa yang dipakai di Irlndia adalah bahasa Gaeilge. Entah bagaimana aku mengejanya, aku sama sekali tak tahu. Yang aku tahu adalah di sana ada berbagai dialek, yang salah satu logatnya berkaitan dengan bahasa Gaelik Skotlandia.
Aku hampir saja merebahkan kepala di meja, tapi aku membatalkannya saat menyadari di hadapanku masih ada piring berisi sandwich dan gelas berisi susu. Aku menggigit sandwich di tanganku dengan kesal. Kuharap aku hanya sedang berpikir berlebihan.
"Nanti aku pulang siang. Kita ke hotel tempat Donny nginep sekitar jam dua."
Aku menatapnya dalam diam karena aku masih mengunyah sandwich.
"Selesaiin kerjaan kamu sebelum itu. Sekalian minta yang lain pulang siang juga."
"Kenapa yang lain harus pulang siang juga? Kan ada Putri di sini."
Astro menggeleng dengan cepat, "Kamu harus waspada sama Putri. Aku tau dia bisa diandelin, tapi dia juga polos banget sama orang yang dia anggap baik."
Aku tahu dia benar, tapi siapa pula yang tak bersikap seperti itu? Manusia memang lebih terbuka pada kebaikan yang orang lain berikan, bukan?
"Aku lagi minta Axe hack hape Putri." ujarnya tiba-tiba.
Andai aku masih mengunyah sekarang kurasa aku akan tersedak sekarang juga, "Seriously?"
"Aku serius."
Aah....
"Weekend ini kita harus pindahin barang dari apartemen ke sini. Kita ga bisa tinggal di apartemen lagi. Kita harus tetep tinggal di sini kalau kamu mau workshop ini tetep buka." ujar Astro dengan tenang, tapi aku tahu betapa serius kalimatnya.
Aku hanya bisa menatapnya dalam diam dan mengangguk. Padahal aku baru saja akan mengajaknya menginap di apartemen selama seminggu sebelum kami pulang ke rumah Opa. Aku bahkan belum sempat mengutarkannya padanya.
Kami melanjutkan sarapan kami dalam diam. Kami memburu waktu yang terasa semakin singkat karena pekerjaan kami menunggu untuk diselesaikan.
Aku tahu dia masih harus menyelesaikan pekerjaannya dengan Ray sebelum berangkat ke kampus. Aku juga tahu dia masih harus menyelesaikan satu karakter gamenya di sela-sela pekerjaannya dengan Ray nanti. Aku akan berada di sampingnya jika sewaktu-waktu dia membutuhkan bantuan.
Kami membereskan semua perkakas bekas makan kami dan beranjak ke lantai dua untuk mengambil laptop. Kami turun kembali ke lantai satu dan melanjutkan pekerjaan kami sambil menunggu semua partner kerjaku datang.
"Kurang apa?" Astro bertanya sambil memperlihatkan layar laptopnya padaku.
Ada beberapa karakter game dengan berbagai senjata. Aku menatapnya dengan teliti dan menunjuk ke salah satu senjata yang mirip dengan sebuah sabit bergagang panjang.
"Ini ga kekecilan? Desainnya bagus sih."
"Gedein sedikit?"
Aku menggumam mengiyakan, "Aku boleh request warna?"
"Mau warna apa?"
"Gold?"
"Nanti aku bilang Revi. Ada lagi?"
"Itu yang karakter perempuan bisa dibikin ga sexy gitu kan." ujarku dengan tatapan sebal.
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Lebih sexy kamu, kamu tau? Kamu ga perlu cemburu sama karakter game begini."
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Kasih dia coat atau apa gitu. Dadanya terlalu sexy, Astro."
"Lebih sexy kamu." ujarnya sambil mengelus punggungku.
Aku memberinya tatapan tajam sambil menjauhkan tangannya dari punggungku, "Sebentar lagi Putri pasti dateng. Jangan macem-macem."
"Nanti aku pecat aja." ujarnya sambil menarik tangannya dan kembali mengetik di atas keyboard.
Aku mencubit pipinya kencang, "Jangan macem-macem sama partner kerjaku."
Astro hanya memberiku tatapan kesal dan kembali mengalihkan tatapannya ke layar laptop. Dia benar-benar diburu waktu.
Bel yang berbunyi seperti lonceng mengalihkan tatapanku dari Astro. Benar saja, Putri masuk sesaat setelahnya dan langsung menghambur ke arah kami.
"Aku baca semua komentar di akun sosmed workshop dari semalem. Kita beruntung punya pelanggan baik-baik yang mau bantu belain kita." ujar Putri dengan wajah berseri.
Aku hanya tersenyum dan mengangguk sambil memberi isyarat padanya untuk duduk di sebelahku, "Nanti kita selesaiin kerjaan sebelum jam dua. Aku ada urusan di luar."
Tatapan Putri padaku berubah menjadi terkejut, "Kan ada aku yang bisa jagain. Kenapa harus pulang cepet? Aku kan juga pegang kunci."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-