Beludru
Beludru
Putri terdiam. Mungkin dia sedang berpikir karena raut wajahnya berganti-ganti antara terkejut, takut, sedikit tersinggung, juga khawatir.
"Aku bikin salah?" Putri bertanya pada akhirnya.
"Kamu ga bikin salah. Aku cuma mau ngurusin workshop ini sendiri sebelum aku pindah. Makanya aku minta kunci workshop yang di kamu sekarang." ujarku sambil menegadahkan tanganku padanya.
Putri menatapku ragu-ragu walau meraih tasnya dan mengambil tiga buah kunci yang saling tertaut. Satu kunci pintu workshop, satu kunci ruangan penyimpanan, juga satu kunci gerbang.
"Thank you." ujarku sambil memasukkan kunci itu ke saku.
Putri menatapku dalam diam walau aku tahu ada banyak hal yang berkecamuk di pikirannya. Entah apakah dia sedang menunggu Astro berangkat ke kampus lebih dulu atau dia memang terlalu gamang untuk benar-benar mengatakan apa yang ada di pikirannya, tapi aku akan mengabaikannya.
"Mulai hari ini workshop buka sesuai sama jadwalku. Nanti aku bikin jadwal buka tutup workshop yang baru. Oh ya, minggu depan aku mau pulang. Kamu mau nitip sesuatu buat anak-anak di toko?"
Putri menggeleng ragu-ragu.
"Ya udah kalau gitu. Kamu bisa naik duluan sambil nungguin yang lain dateng."
Putri mengangguk dan menundukkan bahu pada kami, "Permisi."
Aku baru saja akan bangkit saat Putri menaiki tangga, tapi Astro menahanku dan memberiku isyarat untuk tetap duduk. Aku menuruti permintaannya sambil menatapnya lekat.
"Sebentar lagi aku berangkat. Aku cuma butuh ngasih arahan sedikit ke Ray." ujarnya sambil menggerakkan jari di atas keyboard.
Aku hanya mengangguk dan memperhatikannya bekerja dalam diam. Entah sejak kapan, aku suka menatap wajahnya yang terlihat serius saat bekerja. Aku tahu laki-laki di hadapanku ini tampan sekali, tapi saat melihatnya bekerja terasa seperti ada aura berkharisma yang sulit kujelaskan.
Bara datang disusul Umar, lalu Qori dan Parti. Aku meminta mereka naik ke lantai dua lebih dulu karena aku masih harus menemani Astro sebentar lagi.
Astro baru saja selesai merapikan laptop dan sedang berkutat dengan ranselnya saat seseorang membuka pintu workshop, disambut bel yang berbunyi seperti lonceng tepat saat pintu terbuka. Aku terkejut saat mendapati Dokter Alena tersenyum ke arah kami.
"Ternyata bener. Saya cuma iseng mau ngecek aja padahal." ujar Dokter Alena.
Aku dan Astro saling bertatapan. Kami berdua tahu dia harus segera berangkat, tapi kami juga tahu Astro tak mungkin membiarkanku bicara berdua dengan Dokter Alena. Sebetulnya mungkin saja, tapi aku tahu dia tak akan rela.
"Silakan duduk, Dok. Aku ambilin minum dulu." ujarku sambil bergegas ke dapur.
Aku mendengar Dokter Alena melarangku, tapi aku mengabaikannya. Aku membuat seteko sirup dingin dan memindahkannya ke nampan, dengan tiga gelas dan setoples kue sus kering di sisinya. Aku membawanya dan meletakkannya di meja yang tadi kutinggalkan.
Astro menuang sirup ke tiga gelas dan meletakkannya di hadapan kami masing-masing. Wajahnya tenang sekali walau aku tahu dia pasti akan mendapatkan masalah jika terlambat masuk kelas.
"Aku bisa nemenin sebentar." ujar Astro singkat.
Dokter Alena tersenyum, "Saya ke sini mau mastiin apa bener kalian yang ngelola workshop ini. Semalem saya sempet liat akun sosmed workshop karena suster jaga ngasih liat ada yang rame katanya."
Kurasa aku tahu apa maksudnya, maka aku hanya tersenyum untuk menanggapi. Bagaimanapun masalah akun dengan nama Dara yang mengacau itu sudah selesai bagiku.
"Saya punya permintaan. Saya ga tau apa kalian bisa, tapi ga ada salahnya dicoba kan." ujar Dokter Alena sambil mengeluarkan sebuah kotak beludru dari dalam tasnya.
Dokter Alena membuka kotak itu dan terpampang di depan kami sebuah kalung mutiara dengan ornamen Eropa yang khas. Sayangnya kalung itu patah di beberapa bagian yang sepertinya cukup fatal, juga ada bagian yang hilang.
"Itu kalung mahar pernikahan saya. Rusak karena hampir dicuri, tapi berhasil saya rebut. Ada dua mutiara yang hilang dan saya ga berani pakai kalung itu lagi. Bisa kalian perbaiki?"
Workshop ini memang workshop pembuatan perhiasan dengan permintaan desain khusus, tapi tak pernah ada yang meminta perhiasannya diperbaiki sebelum ini. Bahkan, Dokter Alena merupakan calon pelanggan pertama kami yang datang langsung ke workshop ini.
"Bisa, Honey?" Astro bertanya.
"Aku harus tanya anak-anak. Kalau mereka sanggup, mungkin bisa." ujarku sambil menaikkan bahu. "Dokter keberatan timku liat kalungnya dulu sebelum ambil keputusan?"
"Silakan." ujar Dokter Alena.
Aku mengangguk dan bangkit, lalu bergegas ke lantai dua untuk memanggil semua partner kerjaku. Aku tahu ada sesuatu yang terjadi di antara mereka, tapi hal itu bisa menunggu.
"Ikut aku ke bawah. Aku punya calon pelanggan yang butuh bantuan." ujarku saat tiba di anak tangga paling atas.
Mereka semua saling bertatapan, tapi segera bangkit dan menghampiriku. Kami semua menuruni tangga beriringan dan berhenti tepat di sisi Dokter Alena, dengan kalung di dalam kotak beludru terpampang di atas meja.
"Ada yang bisa bantu dokterku perbaiki kalungnya?" aku bertanya sambil menatap partner kerjaku satu-persatu, tapi aku tak menatap Putri karena aku tahu dia tak mungkin bisa membantu.
"Maaf, boleh aku pegang?" Umar bertanya.
Satu anggukan dari Dokter Alena dan Umar mengangkat kotak beludru berisi kalung di dalamnya. Umar mendekatkan kalung itu dan menatapnya dengan teliti, juga mengangkat sedikit bagian yang dirasa perlu.
"Aku ga yakin bisa perbaiki bagian ini." ujar Umar dengan tatapan serius sambil menunjuk ke satu bagian yang putus. Tepat di bagian yang sudah kuduga akan sulit diperbaiki.
"Yang lain?" aku bertanya sambil menatap ke tiga orang partner kerjaku yang tersisa, tapi semuanya menggeleng.
"Sebenernya bisa kalau desainnya diubah sedikit. Kalau mau ngikutin desain awalnya kayaknya susah." ujar Umar tiba-tiba.
"Diubah?" Dokter Alena bertanya.
Umar mengangguk dan mengedarkan tatapannya ke sekeliling kami. Dia mengambil sebuah kertas dan pensil di salah satu meja sudut, lalu duduk di sebelah Dokter Alena dan mulai membuat sketsa.
Aku tahu Umar memang semakin ahli membuat sketsa. Aku juga mengakui kemampuan pemilihan desainnya yang semakin baik. Aku bahkan terkejut dia berani menawarkan diri untuk menggambar sketsa langsung di depan calon pelanggan kami.
Lima menit berlalu dalam hening dan sketsa Umar masih belum selesai. Aku menatap Astro dalam diam. Kuharap dia mengerti dia harus segera berangkat, tapi dia bergeming walau aku tahu dia pasti mengerti arti tatapanku. Aku menatapi pergeseran jarum jam di dinding detik demi detik. Sketsa Umar selesai tepat tiga menit dua puluh tujuh detik setelahnya dan dia menyodorkan hasil sketsanya kepada Dokter Alena.
Dokter Alena menatap sketsa itu dengan teliti dan mengernyitkan alis sedikit lebih tinggi, "Saya ga suka sama desainnya. Terlalu jauh dari desain yang lama. Ga bisa dibikin sama aja?"
Umar menggeleng, "Bagian yang patah itu udah ga bisa diperbaiki, tapi kalau desainnya diubah sedikit aku bisa bantu."
Dokter Alena mendorong kertas sketsa menjauh dan menatapku, "Saya pikir workshop ini sebagus komentar pelanggan lain yang bilang puas sama hasilnya, tapi saya juga salah tempat sih. Harusnya saya ga bawa perhiasan lama buat diperbaiki."
"Dokter mau buat perhiasan baru?" tiba-tiba Putri bertanya.
"Saya dateng ke sini dengan harapan perhiasan mahar pernikahan saya bisa bagus lagi. Saya ga niat bikin perhiasan baru."
Aku menatap semua partner kerjaku bergantian. Hal seperti ini adalah hal yang baru pertama kali kami alami. Menerima atau menolak permintaan Dokter Alena sebetulnya ada di tanganku. Aku hanya ingin melihat bagaimana reaksi partner kerjaku jika mereka berhadapan langsung dengan pelanggan seperti ini.
"Dokter percaya sama aku?" tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibirku.
=======
Haaii, readers..
Chapter ini spesial looh, karena nou ngadain giveaway buat kalian yang udah support novel Twilight Connoisseurs sejauh ini. Pemenangnya adalah kak
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-