Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jebakan



Jebakan

1Kami sarapan bersama Om Chandra sebelum Opa dan Oma memberi ruang pada kami untuk membahas segala hal yang berhubungan dengan perusahaan rakitan senjata. Kami membahasnya di teras belakang dan ini terasa seperti sedang berbincang dengan seorang teman lama.     

Om Chandra menjelaskan pada kami tentang distribusi senjata rakitan dan siapa saja yang bekerja sama dengan perusahaan. Juga menjelaskan dengan rinci apa saja yang harus kami lakukan sebagai pekerjaan tambahan bagi kami setelah kami kembali ke Surabaya nanti, sebagai langkah memulai kendali perusahaan di bawah arahan kami berdua.     

Astro memberitahuku, Om Chandra terakhir bertemu dengannya sebelum dia mulai sibuk mengurus bisnis restoran dan resort. Sebelum itu mereka sering bertemu di arena latihan menembak bersama Kakek Arya dan ayahnya. Yang membuatku terkejut, ternyata Kakek Arya dan ayahnya mengetahui siapa Om Chandra dan berkomplot untuk menyembunyikan jati dirinya.     

Bagaimana dengan ayahku? Apakah ayahku tahu mengenai siapa pria yang sedang duduk sambil mengunyah kue karamel di hadapanku ini tanpa malu-malu?     

Om Chandra yang kutemui ini sama seperti sosok yang kukenali bernama Om Dwi bertahun lalu. Sikap dan pembawaan dirinya sama, penuh energi dan mampu tiba-tiba berubah sikap dalam sedetik waktu yang terlewat.     

"Ayah tau Om kerja buat Opa?" aku memberanikan diri untuk bertanya setelah semua pembahasan tentang perusahaan selesai. "Maksud Faza, Ayah Faza."     

Om Chandra mengamit cangkir berisi teh dan meneguk isinya, "Abbas tau."     

Aah begitukah?     

"Berarti Ayah tau Opa punya perusahaan rakitan senjata?     

Om Chandra mengangguk sambil meletakkan cangkirnya kembali.     

"Bunda tau juga?"     

"Ana ga tau." ujar Om Chandra dengan serius. "Dulu Faza sengaja diajak ketemu sama Om biar Faza terbiasa sama Om. Kita cuma ga tau bakal ada kecelakaan jembatan itu yang bikin semua rencana berantakan."     

"Rencana apa?"     

Om Chandra terdiam sebelum bicara, "Perusahaan rakitan senjata itu emang mau diwarisin ke Faza dari dulu. Fara udah direncanain terima warisan toko kain tuan, sementara Danar nanti yang ngurus coffe shop Abbas."     

Aku terkejut sekali. Bagaimana mungkin mereka merencanakan segalanya sejak kami masih anak-anak? Mereka bahkan tak tahu ke mana arah minat kami. Bagaimana jika kami menolak?     

Aku memijat pelipis yang mulai terasa berdenyut mengganggu. Semua perusahaan itu berada dalam kendaliku sekarang.     

Opa memang membantuku dengan menyediakan sumber daya manusia yang tepat. Aku memiliki Om Chandra yang akan membantuku mengelola perusahaan perakitan senjata, aku juga memiliki Pak Bruce yang sudah membantuku selama hampir setengah tahun ini. Aku juga ... tunggu sebentar ...     

"Om ... agen rahasia kayak Kyle?" aku bertanya ragu-ragu.     

Sebetulnya aku mengingat Pak Bruce, tapi aku tak mungkin menanyakan tentang kecurigaanku pada Pak Bruce sebagai seorang agen rahasia pada Om Chandra. Bagaimanapun, rumah ini dipasangi kamera dan akan fatal akibatnya jika Opa mengetahui kecurigaanku.     

"Om buka agen. Bukan mantan agen juga, tapi bukan berarti Om ga bisa ngerjain kerjaan mereka." ujar Om Chandra sambil menatap kami bergantian. "Om tau kalian udah dijodohin dari dulu dan Om tau kalian berdua cocok."     

Aku terdiam. Bagaimana mungkin Om Chandra mengatakannya, padahal jauh sebelum kecelakaan jembatan itu terjadi, aku adalah seorang dengan sifat yang jauh berbeda dibandingkan saat ini?     

"Ada lagi yang mau kalian tau? Kalau ga ada yang perlu kita bahas, Om mau pulang."     

"Om bisa nemenin kita ke arena latihan sebelum kita pulang ke Surabaya?" tiba-tiba saja Astro bertanya.     

"Minggu siang Om bisa ke sini lagi."     

"Ke rumah aja, Om. Kita ga di sini minggu siang."     

"Okay. Nanti Om ke rumah." ujar Om Chandra sambil bangkit. "Jaga diri baik-baik. Jangan bikin ulah atau kabur lagi dari bodyguard kalian. Hubert lagi ngincer kalian berdua. Kalau kalian kena jebakan, kalian tamat."     

Aku dan Astro saling bertatapan dalam diam, lalu kami mengangguk. Kami mengantar Om Chandra hingga ke mobil dan menunggunya menghilang dari halaman, lalu kami beranjak ke ruang baca untuk menemui Opa.     

Astro mengetuk pintu ruang baca dan membukanya setelah Opa mengizinkan kami masuk. Kami berdua terkejut karena ada Oma menemani Opa di sana. Sejauh yang kutahu, biasanya Oma akan memisahkan diri dari apapun yang berhubungan dengan ruang baca.     

Kami duduk bersisian tepat menghadap Opa dan Oma yang sedang menatap kami dengan tatapan khas orang tua. Entah kenapa aku merasa pembicaraan kali ini menjadi pembicaraan yang akan kuingat sepanjang hidupku.     

"Sudah selesai dengan Chandra?" Opa bertanya.     

"Udah, Opa." ujar Astro sambil mengelus jariku yang sejak tadi digenggam olehnya.     

Opa mengangguk, "Opa minta maaf karena pekerjaan kalian bertambah. Opa akan berusaha memberi kalian bantuan yang kalian butuhkan untuk menyelesaikan semua pekerjaan kalian. Opa hanya ... ingin bicara tentang hal lain."     

Kami menunggu Opa melanjutkan kalimatnya dalam diam. Namun Opa terlihat dilema saat menatap kami, hingga kami saling menoleh untuk menatap masing-masing.     

"Ada yang kalian mau tanya tentang Opa atau Oma?" tiba-tiba terdengar suara lembut Oma bicara, membuat kami menoleh pada Oma.     

Pertanyaan Oma di luar dugaanku. Hingga membuatku berpikir, apakah Opa dan Oma bersedia memberitahu kami apapun yang kami inginkan saat ini?     

"Oma tau kalian penasaran dan punya banyak pertanyaan. Selama ini Oma cuma pura-pura ga tau. Sebagai seorang ibu dan nenek, Oma punya firasat yang kuat. Oma udah buktiin itu berkali-kali." ujar Oma dengan tatapan khas orang tua yang tenang seperti biasa.     

Apakah benar ini saatnya aku bisa bertanya tentang segala hal yang menganggu pikiranku?     

"Astro ... maaf, Oma. Astro sebenernya penasaran kenapa bunda pergi dari rumah dulu. Astro baca buku diary bunda waktu Faza tidur dan Astro ga ngerti. " ujar Astro dengan tenang.     

Namun tidak dengan irama detak jantungku. Jantungku berdetak kencang sekali. Bahkan kurasa, jantungku akan sanggup melarikan diri dari tubuhku andai aku tak mampu mengendalikannya saat ini.     

Yang kuketahui dari diary Bunda, Bunda pergi karena tak tahan lagi tinggal di rumah ini. Aku juga pernah bertanya pada Ibu, kemungkinan Bunda kabur dari rumah adalah karena Opa memaksa menjodohkan Bunda dengan anak kolega Opa. Namun mendengar pertanyaan Astro, entah kenapa aku tiba-tiba ragu dengan semua kesimpulanku selama ini.     

Oma menoleh untuk menatap Opa. Raut wajah Opa saat ini penuh dengan kekhawatiran dan aku sama sekali tak bisa menebak ke mana arah pembicaraan ini.     

"Danastri pergi karena muak dengan Opa. Opa terlalu memaksakan keinginan pada Danastri agar Danastri menikahi laki-laki pilihan Opa. Opa juga bersikap terlalu kekanakan hingga Danastri memilih untuk pergi." kalimat itu meluncur dari bibir Opa dengan suara hampir tercekat. "Alasan Danastri bukan hanya itu. Danastri memang sudah lama ingin berpetualang, tapi Opa selalu melarang karena Opa menganggap rumah ini jauh lebih aman untuk Danastri dibandingkan membiarkan Danastri berkeliaran keliling Indonesia."     

"Bunda keliling Indonesia waktu kabur dulu?" Astro bertanya.     

"Sepertinya iya. Opa sempat mencari jejak, tapi jejak itu menghilang karena Danastri memang pandai menyembunyikan diri. Opa beruntung Danastri bertemu Abbas di Bandung dan memutuskan untuk pulang."     

"Opa nyesel ngijinin Ayah sama Bunda nikah?" entah bagaimana tiba-tiba saja pertanyaan itu meluncur dari bibirku.     

Opa tersenyum pasrah, "Awalnya Opa memang ragu, tapi sejak Abbas berhasil membuktikan diri dan mampu mengelola gerai kopi, Opa berusaha merelakan Ana untuk Abbas. Walau berat menelan ego pada awalnya, tapi Danastri dan Abbas memang cocok, bukan?"     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.