Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Permintaan



Permintaan

1Kenapa kalimat Opa dan Astro berbulan lalu sama? Apakah hal yang wajar seorang laki-laki mengatakan hal semacam itu? Atau apakah Astro mengetahui kalimat itu dari Opa?     

"Cukup bahas soal meninggalnya." ujar Oma sambil mengelus lengan Opa. "Oma juga ga pernah suka pembahasan ini. Kita bahas yang lain ya? Faza ga ada pertanyaan lain ke Opa atau Oma?"     

Aku menggeleng. Entah kenapa aku kehilangan selera untuk bertanya tentang apapun.     

"Kalau gitu, sekarang Oma yang nanya. Kalian udah nikah beberapa bulan ini. Kalian yakin bisa nahan ga punya anak sampai semua pendidikan kalian selesai?"     

Aku sama sekali tak menyangka pembahasan ini akan muncul. Aku justru mengingat saat Astro berkata mungkin saja Opa dan Oma akan mengajak kami membahas kemungkinan tentang cicit mereka semalam.     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia sedang menatap Oma. Kurasa dia lah yang akan menjawab pertanyaan Oma kali ini.     

"Oma kepengen banget punya cicit?" Astro bertanya, yang justru membuatku mencubit pinggangnya dan membuatnya menoleh padaku sambil tersenyum lebar. "Bener kan kita diajakin ngomong soal cicit?"     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

"Oma ga mau minta kalian buru-buru, tapi kalau kalian punya anak nanti Oma mau Oma aja yang ngurus." ujar Oma, yang membuat kami menoleh padanya.     

"Sebenernya Astro ga keberatan kita punya anak sekarang, tapi Faza belum siap. Jadi Astro mau nunggu Faza siap dulu. Oma sama Opa masih sehat kok. Nanti kalau kita punya anak, Opa sama Oma masih bisa main sama cicit."     

Oma menoleh pada Opa, "Kita masih bisa main sama cicit."     

Opa tersenyum lembut walau tidak mengiyakan. Entah kenapa ini mengganggu pikiranku dan membuatku merasa ada sebuah batu menyusup di dadaku. Terasa sesak.     

"Kalau kalian pindah semester depan, kalian mungkin baru bisa pulang libur semester, tapi Oma juga ga yakin apa kalian bisa pulang nanti. Oma main ke sana ya kalau kalian libur?"     

"Oma sama Opa boleh dateng kapan aja kok. Ga perlu nunggu kita libur semester. Nanti Astro temenin Oma sama Opa jalan-jalan sambil kulineran." ujar Astro.     

Oma tersenyum dan mengangguk, lalu menoleh pada Opa. Entah kenapa Opa hanya diam sambil menatapiku sejak tadi. Apakah Opa menginginkanku bertanya lagi?     

"Mafaza masih memiliki satu permintaan. Ini sudah berselang hampir tiga tahun." ujar Opa dengan tatapan tenang.     

Aah....     

Aku lupa sama sekali tentang itu. Opa memang pernah berjanji akan mengabulkan satu permintaanku saat aku memutuskan bersekolah dan aku belum pernah memakainya karena aku tak tahu apa yang akan kuminta.      

Bisakah aku meminta Opa memberiku jejak pencarian bundaku? Apakah itu akan menjadi masalah? Opa sudah mengakui Opa memang mencari jejak Bunda saat Bunda kabur dari rumah, tapi Opa belum mengakui investigasi jembatan yang menewaskan keluargaku.     

"Bisa Faza minta Opa bantu Faza ketemu Gerard?" tiba-tiba saja kalimat itu terlontar dari bibirku.     

Opa dan Oma terlihat terkejut, mungkin Astro juga. Hanya saja aku sedang tidak menatapnya karena aku terus menatap Opa tanpa berkedip. Aku tak ingin kelhilangan satu ekspresi yang mungkin saja akan menjadi sebuah petunjuk bagiku.     

Astro memang pernah berkata akan membantuku bicara dengan Gerard. Namun dengan masa hukuman Gerard karena berurusan dengan kami dan satu kasus dari salah satu kolektor yang sedang berjalan, aku memang putus asa dan tak berharap akan bisa berbincang dengannya lagi. Namun jika Opa bisa mengabulkan permintaanku, mungkin saja ...     

"Kenapa Mafaza ingin bertemu?" Opa bertanya.     

"Ada yang mau Faza pastiin. Bisa Opa bantu Faza ketemu Gerard?"     

Opa menatapku lama sekali. Entah apakah permintaanku terlalu mencurigakan. Dilihat bagaimanapun, meminta bertemu musuh bukanlah tindakan bijak yang akan diambil siapapun saat ini. Aku hanya ... entah kenapa mengatakan permintaan itu begitu saja.     

"Baik. Opa kordinasi dulu. Semoga bisa hari ini." ujar Opa dengan tatapan tenang khas orang tua, yang justru membuatku terkejut.     

"Hari ini?" aku bertanya.     

Opa mengangguk. Astaga ... semudah itukah?     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Astro sedang menatap Opa dengan tatapan tak percaya. Sepertinya dia lebih terkejut dibandingkan denganku. Atau apakah sebetulnya dia tahu akan semudah ini jika aku meminta bertemu dengan Gerard pada Opa, hanya saja selama ini dia tak pernah mengatakannya?     

Aku mengalihkan tatapanku pada Opa. Opa sedang mengetikkan entah apa di sebuah handphone yang entah diambil dari mana. Handphone itu tak pernah kulihat sebelumnya. Apakah selama ini Opa menggunakannya khusus hanya untuk hal-hal semacam ini?     

Sepengetahuanku Opa jarang sekali berkirim pesan, juga menelepon seseorang. Biasanya Oma lah yang akan menelepon siapapun yang Opa inginkan dan menyampaikan pesan dari Opa. Aku pun biasanya akan menelepon Oma dan hanya akan berbincang dengan Opa jika Opa kebetulan sedang berada di sekitar Oma. Aku tak pernah menelepon Opa secara langsung.     

"Jam tujuh lebih empat puluh lima nanti malam. Kalian harus sudah pulang dari toko sebelum jam enam. Nanti kalian ke sana bersama Rilley." ujar Opa sambil memutar handphone dalam genggamannya.     

Aku tak pernah melihat Opa tak pernah memutar apapun dalam genggamannya. Apakah ini salah satu gesture tubuh yang menandakan bahwa Opa sedang gelisah?     

"Iya, Opa." ujar Astro, yang membuatku menoleh padanya. Dia sedang menatap Opa penuh perhitungan.     

Aku mengalihkan tatapan kembali pada Opa, "Opa serius?"     

Opa hanya mengangguk sambil meletakkan handphone dalam genggamannya ke meja yang memisahkan kami, lalu menyamdarkan punggung ke punggung kursi dan menatap kami bergantian. Oma mengelus lengan Opa dengan tatapan khawatir yang jelas sekali. Tunggu sebentar ...     

Aku selalu mengelus lengan Astro saat ingin menenangkan suasana hatinya. Apakah Oma sedang berusaha melakukan hal yang sama pada Opa? Apakah Opa keberatan dengan permintaanku, tapi tak memiliki alasan untuk menolak?     

Aku menatap Opa dengan seksama. Tatapannya berbeda dengan tatapannya yang biasanya. Kali ini, tatapannya terlihat tajam dan ... mirip dengan Zen.     

Aku menelan ludah untuk membasahi tenggorokanku sebelum bicara, "Opa mau ikut?"     

Opa menggeleng, "Kalian saja yang bertemu dengan Gerard. Nanti tolong sampaikan salam dari Opa."     

Aku menatap Opa dalam diam lama sekali sebelum mengangguk. Entah kenapa ini terasa seperti Opa pernah bertemu dan berbincang dengan Gerard sebelumnya, atau apakah ini hanya dugaanku yang tak memiliki dasar.     

"Gunakan waktu kalian baik-baik." ujar Opa, yang entah bagaimana tatapannya kembali ke tatapan tenang khas orang tua.     

"Makasih, Opa." ujarku.     

Opa mengangguk, "Ada lagi yang kalian mau tanya sebelum kalian berangkat ke toko? Kalian diburu waktu, bukan?"     

Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia masih menatap Opa dengan tatapan intens yang berusaha disembunyikan. Aku mengelus lengannya dan membuatnya menatapku.     

"Ada lagi yang mau kamu tanya?" aku bertanya.     

Astro menatapku dilema sebelum mengalihkan tatapannya pada Opa, "Apa ada ruangan rahasia lain di rumah ini? Astro tau ruangan di loteng itu rahasia. Astro ga akan kaget kalau ada ruangan rahasia lain."     

Astaga ... yang benar saja? Aku memang memikirkan hal yang sama sebelum kami berbincang dengan Om Chandra. Namun aku tak yakin untuk menanyakannya.     

Aku mengalihkan tatapanku pada Opa. Opa sedang tersenyum lebar sekali. Apa-apaan senyum itu? Senyum itu mirip sekali dengan Zen bertahun lalu saat dia bertanya apakah aku sudah memiliki kekasih ditengah-tengah kerumunan kecil yang terbentuk saat istirahat pertama di hari pertama aku masuk sekolah. Tatapannya pun sama.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.