Tabung
Tabung
Astro mengelus puncak kepalaku dan beranjak keluar ruangan. Aku bisa melihatnya bergerak menaiki tangga dari sini. Beberapa orang pelanggan menoleh dan memanggil namanya. Dia tersenyum pada mereka sambil lalu dan para pelanggan itu tertawa seolah baru saja bertemu dengan idolanya.
Aku menggelengkan kepala sambil menyalakan laptop dan memeriksa kelengkapan data. Sepertinya data di laptop ini masih aman.
Saat memasuki ruangan ini aku memang mendapatinya masih sama seperti terakhir kali kutinggalkan. Kunci ruangan ini memang hanya aku yang memiliki dan aku tak menemukan jejak rekaman siapapun memasuki ruangan ini. Bahkan ada aroma pengap yang menandakan ruangan ini tak terjamah selama berbulan-bulan, tapi mengecek kelengkapan data memang perlu kulakukan sebelum memindahkan laptop dan segala berkas dari ruangan ini. Aku akan menggunakan alasan kepindahanku jika partner kerjaku bertanya.
Aku baru saja menumpuk laptop dan berbagai berkas ke dalam satu tumpukan saat Astro masuk dengan dua mangkok mengepul di kedua tangannya. Dia menaruh mangkok itu di meja di hadapanku dan menarik kursi hingga kami duduk bersisian.
"Makan dulu." ujarnya sambil menyodorkan satu mangkok berisi bubur sumsum padaku.
Aku menatapnya tak percaya, "Kita udah makan di rumah Opa tadi. Kamu masih laper?"
"Kamu harus makan. Kita ga akan sempet makan lagi nanti malem. Kita punya janji ketemu temen kamu."
"Kita bisa makan abis pulang dari sana."
Astro menggeleng dan menyodorkan satu suapan dari mangkoknya sendiri padaku, "Makan sekarang. Kalau kamu laper lagi nanti kita makan lagi."
Aah laki-laki ini benar-benar....
Aku memberinya tatapan sebal walau menerima suapan darinya. Dia akan bertingkah menyebalkan jika aku tak menuruti permintaannya.
"Gimana di atas?" aku bertanya setelah menelan bubur di dalam mulutku.
Astro menatapku dalam diam sambil menelan sebelum bicara, "Kayaknya bukan dari atas. Ga ada apa-apa yang keliatan kayak bisa bikin kebakaran gede, tapi aku ga tau kalau Vinny mau pakai bom molotov. Kita kan ga dapet informasi lebih dari Donny."
Dia benar dan ini terasa menyebalkan. Walau sebetulnya kami sudah memikirkan berbagai skenario jika Vinny benar-benar membakar toko ini. Skenario terburuknya adalah toko ini hancur dan ada beberapa orang mengalami luka bakar.
Aku menghela napas dan menyendok bubur sumsum di hadapanku. Kami makan dalam diam dan aku tak berusaha mengganggu apapun yang sedang ada di dalam pikiran Astro, karena mungkin saja dia akan menemukan sebuah solusi lain.
Aku menyandarkan punggung setelah menghabiskan bubur karena perutku terasa penuh sekali, lalu menatapi tumpukan berkas dan laptop di hadapanku. Entah kenapa ini terasa seperti membuang waktu.
"Bantu aku bawa berkas ke mobil ya." ujarku sambil memeluk lengan Astro dan menatapnya lekat.
Astro mengangguk, "Beresin mangkoknya ke atas ya."
"Okay, Honey." ujarku sambil mengecup pipinya.
Astro mengecup bibirku, "Nanti aku tagih. Kita pulang ke rumahku, jadi kamu boleh berisik."
Aku menatapnya sebal dan mendorong lengannya menjauh, tapi tak mengatakan apapun. Dia memberiku senyum menggodanya yang biasa sambil mengangkut berkas dan laptop dalam satu tumpukan di dalam dekapannya, lalu memberiku isyarat untuk ikut keluar ruangan bersamanya.
Aku menumpuk mangkok dan membawanya, lalu mengunci pintu ruangan dan kami berpisah di tangga. Aku mendapati Gon sempat melirik pada berbagai berkas dan laptop di pelukan Astro saat aku menaiki tangga. Jelas terlihat raut sedih di tatapan matanya walau dia sedang melayani seorang pelanggan di salah satu sudut etalase.
Aku meletakkan mangkok ke wastafel dan melirik ke sebuah panci kecil berisi bubur sumsum, sepertinya Astro membuat cukup banyak bubur untuk kami semua. Aku beranjak menjauh dan duduk di sebelah Sari yang sedang berkutat dengan sederetan daftar bahan yang stoknya kosong, "Perlu bantuan?"
Sari menoleh padaku dan menggeleng, "Aku bisa kok. Aku yang harusnya nanya gitu. Kamu butuh bantuanku?"
"Bantuin aku cuci mangkok ya. Aku lagi males."
"Baik, Nona. Nyuci mangkok aja sih gampang."
Aku tersenyum, "Nanti abisin bubur bikinan Astro ya. Sayang tuh masih banyak."
Sari mengangguk dan melanjutkan menulis daftar. Entah bagaimana, dia terlihat berbeda. Saat bertemu denganku di rumah Opa dulu, dia terlihat seperti seorang perempuan yang kikuk dan tak percaya diri. Sekarang dia terlihat lebih fokus dan dewasa.
"Kamu tau kan di mana aku nyimpen tabung pemadam kebakaran?" aku bertanya dengan nada pelan.
Sari menoleh padaku dan menatapku penuh tanda tanya. Namun dia mengangguk.
"Hati-hati ya."
Sari menatapku dalam diam. Seolah ingin bertanya, tapi sepertinya dia membatalkan keinginannya.
Aku mendapati sosok Astro mendekat pada kami dan duduk tepat di sebelahku, "Mau ngapain lagi, Honey? Berkas kamu udah di mobil."
Aku menaikkan bahu, "Pulang aja yuk. Aku cuma mau mindahin berkas sama laptop aja kok."
"Kamu ga akan ke sini lagi mulai hari ini?" Sari bertanya padaku dengan tatapan tak percaya.
"Aku ga tau. Mungkin nanti aku ke sini kalau aku punya waktu, tapi aku ga janji. Soalnya jadwalku padat banget, banyak yang harus diiurusin sebelum pindah."
Sari menghela napas berat dan meletakkan pulpen di meja, "Apa aku panggil Lulu sama Dian sekarang aja? Besok kamu ga bisa ke sini kan?"
"Ga usah, nanti kita bikin jadwal video call aja. Aku ga masalah ketemu mereka kapan aja."
"Kamu yakin? Kamu biasanya selalu liat orangnya dulu sebelum mutusin mereka bisa jadi karyawan atau ga."
"Aku yakin. Kamu kabarin aja kapan mereka ke sini, nanti aku video call."
Sari mengangguk pelan, "Aku ... boleh bilang kangen ga sih?"
Aku tertawa dan memeluknya, "Kamu ga perlu minta ijin cuma buat bilang kangen. Lagian aku cuma mau pindah ke luar negeri, bukan pindah ke alam lain."
"Jangan ngomong gitu ah." ujar Sari di sela isak, sepertinya dia menangis.
Aku menepuk punggungnya hingga suara isaknya reda dan melepas pelukanku, "Kamu udah berubah banyak, jadi lebih dewasa. Aku titip toko ya."
Sari mengangguk sambil mengelap sudut mata dan pipinya yang basah, "Aku ... boleh video call kalau aku butuh bantuan?"
Aku mengangguk dan tersenyum. Selama ini Sari tak pernah memberiku video call. Kami biasanya hanya akan saling berkirim email, pesan, dan telepon. Namun dengan kepindahanku, aku akan membiasakan diri memberinya panggilan video call mulai saat ini.
Aku menoleh pada Astro. Dia sedang menatapku dan Sari dengan tatapan sendu. Dia mungkin sedang menganggap aku akan kesulitan melepas toko ini pada Sari. Aku baru saja akan mengatakan sesuatu saat mendengar suara Vinny yang sedikit memekik.
"Bukannya kalian ke sini besok?"
Aku menoleh dan tersenyum, "Besok kita ada acara. Kok lama banget ke ekspedisinya?"
Vinny terlihat salah tingkah dan berjalan menjauh mendekati kulkas dengan sebuah bungkusan di tangannya, "Hari ini ngantrinya lumayan lama."
Aku mengangguk dan menunggunya menghampiri kami. Entah apakah dia sedang merasa dilema, namun getaran pupil matanya saat menatapku dan Astro terlihat ragu-ragu hingga aku sempat berpikir dia mungkin saja akan nekat membakar toko ini sekarang juga.
"Ada bubur sumsum di panci ya. Astro yang bikin. Cepet dimakan, nanti keburu dingin."
Vinny mengangguk dan menatap Sari, "Kamu udah makan?"
Sari menggeleng, "Mau selesaiin ini dulu. Kamu duluan aja, ajakin Gon sama Giana sekalian."
Vinny mengangguk dan bangkit. Kami menatapi langkah kakinya yang menghilang menuruni tangga dalam diam.
"Dia aneh banget belakangan ini. Ga fokus dan kayak orang bingung." ujar Sari dengan nada pelan setelah Vinny tak lagi terlihat. "Ngomong-ngomong soal tabung pemadam, aku pernah liat dia lagi duduk di depan tabung pemadam di bawah. Waktu aku tanya, dia bilang lagi ambil foto soalnya mau beli juga buat rumahnya."
Aku mendapatkan firasat buruk.
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-