Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Sipir



Sipir

0Aku tersenyum. Kurasa yang kumimpikan memang hanya mimpi. Entah kenapa terasa lega sekali. Aku menoleh untuk menatap Astro yang duduk di sisiku dan mengecup pipinya. Dia terlihat terkejut dan bingung di saat yang sama, tapi aku mengalihkan tatapanku kembali pada Gerard.     

"Kenapa kamu milih jadi pelukis tiruan? Kamu ga mungkin ga tau itu ilegal kan?" aku bertanya dengan pikiran yang jauh lebih jernih dibanding berbulan-bulan belakangan ini.     

Gerard menatapku ragu-ragu bercampur kesal, "Kamu jadi kayak sipir penjara. Ga ada pertanyaan lain yang mau kamu tanya selain itu?"     

Aku menggeleng, "Aku penasaran. Kamu bisa jadi pelukis hebat tanpa harus bikin lukisan tiruan. Aku pasang lukisan kamu di Surabaya. Aku suka. Goresannya sama pemilihan warna kamu bagus. Kamu bahkan bisa pakai koneksi ke Om Hanum buat pasarin lukisan kamu kalau mau. Om Hanum sama Om Hubert deket kan?"     

Gerard bergeming. Entah apa yang sedang dia pikirkan sekarang.     

"Kamu butuh uang? Bukannya om Hubert punya cukup uang kalau kamu minta?" Astro bertanya.     

Gerard berdecak kesal, "Itu bukan urusan kalian. Kalian ga akan ngerti sensasi berhasil bikin lukisan tiruan."     

Aah....     

"Tadi kamu bilang Zenatta ga peduli soal tombak, berarti yang dia lakuin di resepsiku itu cuma buat misahin aku sama Astro?" aku bertanya.     

Gerard mengangguk dan menatapku sendu, "Dulu dia sering bilang lagi suka sama temen sekolahnya. Aku ga pernah terlalu nanggepin, tapi waktu dia bilang Astro mau nikah sama kamu, aku pikir aku bisa dapetin kamu juga."     

"Kamu tau aku waktu kita ketemu di galeri Om Hanum?"     

Gerard menggeleng, "Aku cuma berani nebak karena kamu mirip banget, tapi aku ga berani terlalu berharap. Dulu aku nyari kamu ke jembatan tempat kamu jatuh, tapi aku ga dapet apa-apa. Semua orang yang aku tanya bilang semua korbannya mati."     

"Kamu nyari Faza?" Astro bertanya.     

Gerard hanya menatapku dengan tatapan sendu, tak mengangguk maupun menyangkal. Namun keterangannya sesaat lalu sebetulnya sudah cukup jelas dan aku yakin Astro pasti sedang merasa cemburu walau aku sedang tak menatap wajahnya.     

Jika dugaanku benar, kurasa Opa lah yang menyembunyikan fakta aku masih hidup. Aku bahkan tak menemukan jejak berita apapun tentang kecelakaan jembatan itu di manapun sejak dulu. Selama ini aku hanya berpikir mungkin kecelakaan jembatan itu tak menarik perhatian para pencari berita hingga seolah tak pernah ada.     

"Tapi aku pernah liat orang yang mirip bunda kamu." ujar Gerard tiba-tiba.     

"Itu yang kamu maksud di pesan di belakang lukisan?" aku bertanya dengan jantung berdetak kencang.     

Gerard mengangguk, "Aku liat sekelebatan di Jogja sekitar enam tahun tahun lalu, di salah satu sentra batik. Tadinya aku pikir itu mungkin aja bunda kamu, tapi waktu aku cari tiba-tiba aja ga ada. Kayak ilang."     

"Bisa kamu kasih tau aku di mana sentra batiknya?"     

"Sentra batiknya udah bangkrut empat tahun lalu. Aku sempet ke sana buat coba mastiin lagi, tapi emang ga ada. Kamu kan cucunya mantan agen rahasia, harusnya gampang buat kamu nyari jejak bunda kamu."     

Aku menatapnya dilema, "Kalau segampang itu aku pasti udah ketemu bundaku sekarang. Kenapa juga kamu kasih tau aku soal ini? Kamu tau dari mana kalau bundaku mungkin aja masih hidup? Orang yang punya muka mirip ada banyak. Kamu bisa aja salah liat."     

"Aku kenal bunda kamu dari kamu masih bayi. Aku ga mungkin salah ngenalin."     

"Tapi tadi kamu bilang mirip, berarti bisa aja bukan."     

"Kalau ga percaya ya udah. Kamu ke sini cuma mau nanya itu? Udah dapetin yang kamu mau kan?"     

Entah kenapa aku merasa kesal. Aku tak mengharapkan pembicaraan kami berubah menjadi topik panas hingga kami saling berdebat tanpa menggunakan akal sehat. Lagi pula aku masih memiliki waktu untuk berbincang dengannya. Aku akan menggunakan waktuku dengan baik.     

"Apa aku biasa manggil kamu 'kakak'?" tiba-tiba saja aku menanyakannya.     

"Kamu inget?"     

"Sedikit." ujarku ragu-ragu.     

"Kamu biasa manggil aku 'Kak Dio'."     

Ternyata beberapa bagian dari mimpiku adalah benar. Apakah ...     

"Kamu pernah minta aku jadi istri kamu dulu?" aku bertanya sambil menatap Gerard lekat. Aku ingin meneliti ekspresinya karena tak ingin dia berbohong padaku, tapi justru tangan Astro yang berada di tanganku terasa tegang.     

Gerard menatapku penuh perhitungan, "Kamu inget?"     

"Aku ga yakin." ujarku sambil mengelus jari Astro. "Apa bener kamu pernah minta?"     

Gerard mengangguk.     

"Kapan?"     

"Dua tahun sebelum kamu kecelakaan."     

"Aku jawab apa waktu itu?"     

"Kamu ga jawab apa-apa."     

"Di mana kamu nanya itu?"     

"Di deket sungai ga jauh dari rumah kita dulu."     

Sekarang aku merasa bingung. Apakah mungkin mimpi itu datang padaku dan memperlihatkan adegan yang berselang bertahun lalu, tapi dengan beberapa tambahan yang sebetulnya tak terjadi?     

Aku menarik napas perlahan, "Thank you."     

Gerard terlihat bingung, "Itu aja?"     

Aku mengangguk.     

"Kamu cuma mau nanya ini aja ke aku?"     

Lagi-lagi aku mengangguk. Aku akan mencari tahu tentang bundaku dengan kemampuanku sendiri. Lagi pula informasi dari Gerard hanya sebatas dia pernah melihat seseorang yang mirip dengan bundaku. Orang yang mirip bisa siapa saja walau aku benar-benar berharap itu adalah Bunda.     

"Ada yang mau aku tanya." tiba-tiba saja Astro membuka suara, yang membuatku menoleh padanya. Dia terlihat tenang walau aku tahu ada gemuruh keceburuan yang menjalar melalui genggaman tangannya padaku. "Kamu nyerah?"     

Gerard tertawa, "Aku bisa apa lagi?"     

Astro tersenyum lebar sekali dan menoleh untuk menatapku, "Urusan kita selesai?"     

Aah laki-laki ini benar-benar....     

Aku menoleh untuk menatap Gerard, "Kamu rahasiain obrolan kita malam ini dari siapapun."     

Gerard menghentikan tawanya dan menatap kami dengan tatapan serius, "Aku denger kalian mau ke Jerman. Aku tau dari papa. Mungkin papa akan ketemu sama kalian di sana."     

Aku mengangguk, "Aku udah nebak."     

"Kalian harus hati-hati. Termasuk sama aku, tapi aku janji rahasiain obrolan kita malem ini. Walau aku ga bisa janji aku akan biarin kalian hidup tenang setelah aku keluar dari sini."     

Entah bagaimana terasa ada batu mengganjal dadaku. Terasa sesak dan menyebalkan.     

Aku tahu bagaimanapun Gerard adalah bagian keluarga Zenatta. Dan dari percakapan kami sejauh ini, aku masih tak yakin apakah dia tulus membantu kami walau dia menjawab segala pertanyaan kami dengan baik. Mungkin dia masih memiliki dendam yang tak kumengerti, atau apapun alasannya. Aku mendapat firasat kami akan mendapatkan masalah darinya jika dia keluar dari penjara.     

Aku menghela napas panjang, "Aku inget dulu kamu baik. Ga bisa kita jadi temen lagi setelah ini?"     

Gerard menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti, "Kamu masih nganggep aku temen setelah jeblosin aku ke penjara?"     

Aku tak mampu menjawabnya.     

"Jawabanku udah jelas kan?"     

"Fine." ujarku lirih. "I just (Aku cuma) ... mungkin aku yang bersikap kelewatan. Aku minta maaf karena ga ngehubungin kamu. Aku ga punya kesempatan pulang ke rumah peninggalan ayahku. Opa ngelarang aku pergi jauh dan aku terlalu fokus ngurusin diriku sendiri selama ini."     

"Kamu bener-bener berubah."     

"Kecelakaan itu yang ngerubah aku."     

Gerard menatapku lama sekali dalam diam sebelum bicara, "Tapi aku serius. Kalian berdua cocok."     

Aku mengangguk dan menoleh pada Astro. Dia sedang menatap Gerard penuh perhitungan. Aku mengelus pipinya dan membuatnya menoleh padaku, "I love you, Honey."     

Astro tersenyum lebar sekali, "I love you too, My Honey."     

Aku mengecup pipinya dan menoleh untuk menatap Gerard. Dia terlihat cemburu dan menahan diri. Wajahnya bahkan memerah dengan alis menyatu.     

"Satu pertanyaan dariku. Kalau aku bebas nanti dan ganggu keluarga kalian, kalian pasti udah siapin rencana kan?"     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.