Kebakaran
Kebakaran
Aku menggeleng, begitupun dengan Astro. Kami sedang duduk bersisian di atas karpet di lantai dua rumahnya. Astro memelukku erat sambil mengelus ujung rambutku sesekali. Aku tahu Ayah merasa jengah melihat tingkah Astro, tapi tak mengatakan apapun. Mungkin karena tak ingin merusak suasana.
Satu setengah jam lalu, kami sampai di rumah ini setelah bertemu dengan Gerard di rumah tahanan. Rilley yang mengantar kami dan dia langsung pergi tepat setelah kami sampai. Kami mandi, lalu makan bersama Ayah dan Ibu sebelum berkumpul di sini.
Kami baru saja selesai menceritakan percakapan kami dengan Gerard pada Ayah dan Ibu. Seperti yang Ayah katakan sesaat lalu, kami memang tak mendapatkan informasi apapun. Tidak mengenai Bunda, atau mengenai Om Hubert yang mungkin saja adalah dalang yang menghancurkan pernikahan ayah dan ibu Gerard, juga tidak mengenai apakah Gerard mengetahui tentang tombak karena dia tak terlihat berminat membahasnya.
"Kalian harus hati-hati. Dia bisa jadi masalah." ujar Ayah.
"Astro tau, Yah." ujar Astro.
"Trus gimana sama toko?" Ibu bertanya.
"Faza ga yakin. Faza mau liat besok. Tadi Faza emang ketemu Vinny, tapi dia ga ngapa-ngapain. Sari emang bilang katanya belakangan ini sikapnya Vinny aneh. Sari pernah mergokin Vinny lagi merhatiin tabung pemadam kebakaran, tapi Faza ga ngerti apa maksudnya."
"Tabung pemadam di toko isi apa?" Ayah bertanya.
"Foam (campuran air dan biang busa), Yah."
Ayah terlihat kecewa, "Isi foam bahaya kalau kena listrik."
Sial, aku baru menyadarinya. Vinny mungkin saja memperhatikan keterangan isi tabung sebelum merencanakan kebakaran, bukan?
Aku menoleh untuk menatap Astro, "Bisa minta orang jaga-jaga di sana? Vinny bisa aja sengaja bikin kebakaran deket sama kabel."
Astro langsung bangkit, lalu menghilang di balik pintu kamar dan kembali dengan handphone di tangannya. Dia menelepon seseorang, entah siapa.
"Pri, bisa jaga toko Faza malem ini? Ajak Desta sekalian." ujar Astro melalui sambungan teleponnya. " Okay. Kabarin aku kalau ada yang aneh."
"Siapa?" aku bertanya setelah Astro mematikan sambungan teleponnya.
"Aku minta tolong sama Jupri. Dia bisa jaga sekitar toko sampai jam sembilan besok. Karyawan kamu jam sembilan udah masuk kan? Nanti ada Sari yang bisa ngasih kabar."
Aku mengangguk. Bagaimana pun, dia benar. Walau sebetulnya entah kenapa hatiku terasa berat. Toko Lavender's Craft itu adalah bukti perjuanganku dengan Putri dan Sari sebelum Gon dan Vinny menjadi partner kerjaku. Sepertinya aku harus mengakui aku merasa tak rela.
"Kalian istirahat sana. Besok katanya mau liat progres robot." ujar Ibu.
Astro mengangguk dan menarikku bangkit bersamanya, "Kita istirahat dulu ya."
Ayah dan Ibu hanya mengangguk untuk menyetujui, lalu kami berlalu menuju kamar. Astro menutup dan mengunci pintu kamar setelah kami berada di dalam. Aku memeluknya dan membenamkan wajah di dadanya tepat di depan pintu. Tubuhnya hangat sekali, aku menyukainya.
Astro mengelus rambut dan mengecup puncak kepalaku sambil bicara, "Kita harus istirahat. Kita ga boleh sakit."
Aku mendongkak untuk menatapnya. Aku baru menyadari dia tak menagih jadwal bercinta dan justru mengajakku istirahat. Aku mengecup bibirnya dan tersenyum sambil menariknya menuju tempat tidur.
Astro merebahkan tubuhnya tepat di sisiku dan membiarkan lengannya menjadi alas kepalaku bersandar, "Good night, Honey."
"Good night, My Honey." ujarku sambil mengelus wajahnya dan memejamkan mata. Aku tak akan membiarkan dia berubah pikiran setelah mengizinkanku beristirahat.
Tubuhku lelah sekali karena ada banyak hal yang terjadi hari ini. Keterkejutanku tentang Om Chandra, fakta yang kudapatkan dari Opa mengenai perjodohanku dengan Astro yang ternyata diketahui ayahku, pertemuanku dengan Vinny yang membuatku bingung, juga percakapan kami dengan Gerard yang terasa mengganjal.
Aku menarik napas dan mengembuskannya perlahan. Aku berharap Vinny akan membatalkan rencananya. Aku benar-benar tak tega jika Astro bertindak tegas padanya. Bagaimana pun Astro bisa menjadi sosok yang menyeramkan jika sedang murka.
Elusan jari Astro di rambutku membuatku mengantuk. Entah kapan aku tertidur, tapi aku bisa menyadari perubahan napasku menjadi lambat dan berat.
Seorang anak laki-laki menghampiriku, dengan tubuh penuh luka dan beraroma amis. Dia mengamit tanganku dan mengajakku berjalan bersamanya.
"Kita mau ke mana?" aku bertanya.
Dia hanya menunjuk ke depan, tapi aku tak dapat melihat apapun di depan sana yang mungkin saja menjadi tujuan kami. Gelap sekali di sini. Namun aku bisa merasakan kakiku terasa sejuk. Saat aku menunduk dan memperhatikan kakiku, sepertinya kakiku terendam air sebatas mata kaki.
Aku menoleh untuk menatap anak kecil dengan tubuh penuh luka dan beraroma amis. Sejak kapan dia melepas genggamannya padaku? Sejak kapan dia menghilang?
Aku menoleh ke segala arah untuk mencarinya, tapi gelap. Aku ingin sekali berteriak memanggilnya, tapi bibirku bahkan enggan terbuka. Aku menghentikan langkah. Ke mana arah yang ditunjukkan olehnya tadi? Semua sisi terlihat sama saja bagiku saat ini.
Aku duduk dan meluruskan kaki. Sekarang, tubuhku basah dan terasa sejuk. Aku mencoba mengambil air dengan sebelah tangan. Air ini bahkan tak terlihat apa warnanya. Mungkin jernih?
Aku tak pernah takut pada air walau berkali-kali memimpikan arus sungai yang membuatku terdampar jauh dari lokasi kecelakaan jembatan. Walau aku memang pernah mengalami trauma untuk berenang, tapi aku tak pernah takut pada air.
Aku merebahkan tubuh dan telentang menatap ke atas. Gelap. Di mana sebetulnya aku saat ini?
Ini hanya mimpi, bukan? Anak kecil penuh luka dan beraroma amis itu hanya datang dalam mimpi. Astro pernah memberitahuku tentang itu. Astro bahkan pernah berkata anak kecil itu pernah mengajaknya bicara. Tunggu sebentar ...
Aku memaksa tubuhku duduk dan menoleh ke segala arah, "Kamu bisa ngomong kan?"
Tiba-tiba dia muncul di depan wajahku. Tepat di samping saat aku menoleh dan bertanya. Dia sedang tersenyum padaku.
"Kamu bisa ngomong kan?" aku bertanya sekali lagi.
Dia hanya mengangguk.
"Kamu ga mau ngomong sama aku?"
Lagi-lagi dia mengangguk.
Aku menatapnya dalam diam lama sekali sebelum bicara, "Astro bilang kamu mau pergi. Apa bener?"
Dia terlihat ragu-ragu walau mengangguk pada akhirnya.
"Kapan?"
Dia hanya diam dan menunjuk ke arah yang lurus dengan bahu tangan kanannya. Dia menoleh padaku dan menghilang.
Aku bangkit dan melanjutkan langkah kaki ke arah yang ditunjukkannya padaku. Entah berapa lama saat aku mendengar suara seseorang memanggilku. Aku mencoba memperhatikan arah suaranya dengan lebih baik dan mencoba melihat lebih seksama.
Astro sedang menatapku dengan tatapan khawatir yang jelas sekali, "Kita berangkat sekarang."
"Sekarang jam berapa?" aku bertanya karena baru saja berpikir aku salah mengira sekarang masih malam.
"Jam satu."
Aku mengerjapkan mata beberapa kali, "Kita mau ke mana jam segini?"
"Ke toko kamu. Desta udah panggil pemadam kebakaran, tapi mereka belum sampai. Kita ke sana bawa motor ayah. Nanti ayah nyusul."
Tiba-tiba kesadaran menghampiriku. Aku memaksa tubuhku duduk dan menatapnya lebih lekat. Apa yang baru saja kudengar?
"Tokoku kebakaran?" aku bertanya.
Astro mengangguk dan membantuku memakai jaket yang mungkin sudah dia siapkan sejak tadi, "Desta bilang kebakarannya kayak dari lantai satu dan udah lumayan gede waktu ketauan."
Astaga ... yang benar saja? Ini masih tengah malam. Bagaimana caranya Vinny membakar toko di jam seperti ini?
Aku sudah meminta Sari yang memegang kunci ruko untuk berjaga-jaga. Bagaimana Vinny bisa masuk ke ruko di jam seperti ini? Apa pula yang ada di dalam pikirannya hingga nekat datang ke ruko tengah malam seorang diri?
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-