Pecahan
Pecahan
Beberapa menit yang lalu, aku dan Astro sampai di area ruko menggunakan motor milik Ayah. Saat kami sampai, sudah ada banyak orang yang sedang berusaha memadamkan api dengan alat seadanya.
Dari percakapan yang kudengar antara Astro dan Desta, orang-orang itu adalah orang yang kebetulan sedang lewat dan ikut membantu memadamkan api dengan nekat membobol toko. Mereka menggunakan linggis untuk membuka gembok ruko dan memecahkan pintu kaca agar dapat membantu memadamkan api yang paling dekat dengan pintu.
Aku tak tahu bagaimana kebakaran ini bisa terjadi di hari yang masih larut seperti ini. Terlebih karena tak ada tanda-tanda siapapun masuk ke ruko sebelum kebakaran terjadi. Aku bahkan berusaha menangkap sosok Vinny yang mungkin saja bersembunyi, tapi tak ada.
Suara sirine mobil pemadam kebakaran mendarat di telingaku, tepat saat Astro menepuk bahuku dan menarikku menjauhi area ruko. Aku hanya mengikuti langkah kakinya dengan pasrah dan memperhatikan gerak semua orang dari kejauhan.
Petugas pemadam kebakaran bergerak cepat di tengah kumpulan orang lain yang berusaha membantu. Tepat saat aku hampir saja menutup wajah dengan tangan, seseorang memelukku dari samping.
"Sabar ya." ujar Ibu.
Aku hanya mampu mengangguk. Kerja kerasku bertahun-tahun sedang dimakan api di dalam sana. Aku tak tahu seberapa parah kerusakannya, tapi melihat besarnya jilatan api yang berusaha keluar, mungkin semua barang di sana habis tak tersisa.
Ibu memelukku dan mengusap bahuku sambil berdesis, "Keterlaluan banget bikin kebakaran tengah malem gini."
Aku tak mampu mengatakan apapun. Aku bahkan tak yakin siapa yang harus kusalahkan saat ini. Aku bisa saja memberitahu Opa tentang rencana kebakaran yang dilakukan oleh Vinny atas permintaan Abidzar, tapi aku tidak melakukannya. Mungkin, sebetulnya aku lah yang bersalah karena membiarkan segalanya terjadi.
Aku menarik napas panjang dan menghembuskannya perlahan. Aku tak menyangka kebakarannya akan terjadi tengah malam seperti ini. Kupikir Vinny akan nekat membakar saat sedang bekerja dan akan membuat alasan tidak sengaja membakar sesuatu hingga menjalar dan api berubah menjadi besar.
Waktu berlalu dan panasnya api tak lagi sepanas saat aku sampai tadi, jilatan api di lantai satu juga tak lagi terlihat. Mungkin sebagian besar api sudah berhasil ditangani walau masih banyak orang berlari hilir mudik sambil berteriak untuk berkoordinasi.
Seseorang dipapah keluar dari ruko dengan kaki terluka dan berdarah banyak. Dia dibawa menjauh dan didudukkan. Suara rintihannya membuat hatiku terasa sakit.
Aku melepaskan diri dari pelukan Ibu dan menghampirinya dengan cepat. Tubuhnya berkeringat dan menguarkan aroma terbakar yang intens hingga membuatku menahan napas, "Kenapa?"
"Kena pecahan kaca, Mbak. Saya telpon ambulance dulu." ujar orang yang memapahnya.
Aku memberi isyarat padanya untuk membatalkan niat dan mengedarkan pandangan untuk mencari keberadaan Ayah. Ayah sedang membantu salah satu petugas kebakaran mengangkat selang pemadam.
Aku menghampiri Ayah dan bicara dengan suara kencang, "Ada yang luka. Ayah bisa anter dia ke rumah sakit?"
Ayah hanya menoleh padaku tanpa mengatakan apapun hingga aku menunjuk pada orang yang terluka yang tadi kutinggalkan. Ayah segera melepas selang di tangannya dan berlari menghampiri orang yang terluka itu. Ayah meminta seseorang membantu memapahnya ke mobil dan mereka menghilang di jalanan yang lengang sesaat setelahnya.
Hatiku terasa berat dan aku baru menyadari Astro tak ada di sekitarku entah sejak kapan. Aku mencari keberadaannya di tengah kerumunan banyak orang, tapi aku tidak menemukannya di manapun.
Hatiku terasa gelisah saat menemukan Ibu masih berada di tempat aku meninggalkannya sesaat lalu. Aku menghampirinya yang sedang menatapku dengan tatapan khawatir, "Ibu liat Astro?"
"Tadi masuk ke ruko."
"Yang bener?"
Ibu mengangguk dan memeluk lenganku, "Biarin aja. Faza jangan ikut-ikutan masuk. Di sini aja sama Ibu."
"Tapi ..."
"Ga ada tapi-tapi. Faza di sini aja, lebih aman."
Aku ingin sekali mendebat Ibu, tapi mendebatnya di saat seperti ini hanya akan memperkeruh suasana. Maka aku hanya mengangguk dan memperhatikan orang lalu-lalang sambil mencari keberadaan Astro yang mungkin saja lolos dari pengamatanku. Walau jantungku berdetak kencang sekali, seolah akan mampu melarikan diri dari tubuhku.
Dalam kerumunan setelah rasanya selamanya, aku mendapati Astro keluar dari ruko dengan tubuh kotor dan basah dari ujung kepala hingga ujung kaki. Walau dia memakai helm dan pakaian khusus pemadam, tapi dia bukanlah salah satu petugas. Aku hampir saja salah mengenalinya. Pantas aku tak menyadarinya sejak tadi, entah sejak kapan dia memakai pakaian itu. Aku sama sekali tak memperhatikan.
Aku berlari menghampirinya dan memeluknya, "Kenapa kamu masuk? Itu kebakarannya gede banget tadi."
"Ga pa-pa. Aku minta petugas pemadam kawal aku naik ke lantai dua."
"Ngapain ke lantai dua? Itu kebakaran lantai satu aja gede banget!"
Astro tersenyum dan mengelus puncak kepalaku sambil memperlihatkan beberapa alat berbentuk bulat di tangannya, "Kemarin aku masang ini deket tabung gas sama beberapa tempat lain. Nanti kita liat rekamannya."
Aku baru menyadari kami bisa saja melihat rekaman CCTV toko untuk melihat pergerakan siapapun yang mungkin mengakibatkan kebakaran. Aku memukul bahu Astro, "Kenapa ga bilang? Kita kan bisa liat CCTV toko aja. Kamu ga perlu masuk bahayain diri gitu!"
"Aku ga pa-pa, Honey."
"Apanya yang ga pa-pa? Ini tangan kamu hampir kebakar gini!" ujarku yang baru saja menyadari tangan sebelah kirinya yang terlihat kotor ternyata memerah. Tepat di punggung tangan yang sebelumnya tak kuperhatikan.
"Nanti aku kasih salep, cuma perih sedikit kok. Ayah mana?" Astro bertanya pada Ibu yang menghampiri kami. Aku tahu dia sedang sengaja mengabaikanku.
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Nganter yang luka berobat pakai mobil tadi. Aku yang minta." ujarku dengan kesal sebelum Ibu sempat mengatakan apapun. "Ibu mau pulang? Faza pesenin taxi online ya?"
"Ga pa-pa. Ibu nunggu ayah aja. Kalian aja yang pulang sana. Biar Ibu yang ngawasin di sini. Sekalian bersihin badan dan obatin luka Astro."
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dia terlihat bingung harus bagaimana. Aku tahu dia tak mungkin membiarkan Ibu di sini seorang diri.
"Kita di sini nemenin Ibu. Lagian ini kan toko Faza. Biar Faza yang ngasih keterangan ke petugas nanti sambil ngobatin anak Ibu yang bandel." ujarku sambil menatap Astro dengan tatapan tajam, tapi dia hanya memberiku senyum menggodanya yang biasa.
Ibu mengangguk ragu-ragu, "Faza udah ngabarin karyawan ada kebakaran di toko?"
Aku lupa sama sekali tentang itu, maka aku menggeleng. Kurasa aku akan menelepon mereka nanti saja setelah suasana hatiku membaik. Aku masih merasa gamang akan melakukan apa dan aku tak ingin membuat masalah baru hanya karena tak mampu mengendalikan diri.
Astro memelukku dan mengecup puncak kepalaku, "Nanti aku yang telpon mereka abis sarapan. Kamu harus nelpon Opa."
Kurasa aku akan setuju saja padanya, maka aku mengangguk. Aku menatapi ruko milikku yang terlihat menyedihkan. Entah berapa kerugian yang diakibatkan oleh kebakaran itu.
"Kebakarannya parah?" aku bertanya pada Astro.
"Lantai satu parah karena kebakarannya dari sana, tapi lantai dua juga berantakan dan kebakar lumayan gede di deket penyimpanan bahan baku. Kayaknya butuh waktu lama buat beresin toko kamu nanti. Kita juga baru bisa renovasi setelah semua proses penyelidikan polisi selesai."
Aku mengangguk singkat, "Nanti aku minta bantuan Opa."
"Sebenernya aku punya dugaan, tapi aku mau liat video rekamannya dulu."
"Dugaan apa?"
"Nanti aja kita bahas di rumah. Ga aman bahas ini di sini."
"Kalian jadi mau liat proyek robot hari ini?" tiba-tiba Ibu bertanya.
"Besok aja kayaknya, Bu. Astro menemin Faza ngurusin toko dulu hari ini. Sekalian mau nyari tau gimana caranya ada kebakaran tengah malem padahal ga ada siapa-siapa yang masuk toko."
Ibu mengangguk dengan tatapan khawatir yang jelas sekali, "Kalian harus cari cara bawa kasus ini pengadilan. Ibu ga rela siapapun yang bakar toko bebas gitu aja. Kalau perlu masukin dia ke penjara. Kalau kalian ga bisa nanganin ini sendiri, Ibu yang turun tangan."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-