Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Bolos



Bolos

1"Jadi, Kak." ujarku sambil tersenyum, walau di dalam hati aku sangat penasaran kenapa mereka bisa tahu rencanaku.     

Mungkin Ayah yang memberitahu mereka, tapi untuk apa? Aku bahkan tahu tentang pelukis bernama panggung Suzu dari Dokter Alena. Aku tak menyangka Kak Sendy mengetahuinya juga.     

"Kamu berangkat kapan?" Kak Sendy bertanya.     

"Jumat siang berangkat dari sini abis Astro pulang kuliah. Mungkin kita akan nginep di perjalanan kalau kecapekan karena kita bawa mobil."     

Kak Sendy menoleh pada Om Hanum, "Gimana, Pa?"     

"Kamu mau bolos kuliah lagi?"     

Kak Sendy menaikkan bahu sambil tersenyum, "Sekali-sekali lah. Boleh ya, Pa?"     

"Tanggung sendiri akibatnya. Absensi sama IPK kamu jadi taruhan."     

"Okay. Aku ikut." ujar Kak Sendy sambil tersenyum lebar sekali padaku.     

"Serius?" aku bertanya sambil menatap mereka berdua tak percaya, tapi sepertinya jawaban dari mereka sudah jelas. "Okay ... kalau gitu. Nanti aku bilang Astro. Kakak nginep di mana selama di sini?"     

"Aku nginep di hotel deket bandara. Nanti aku aja yang bilang ke Astro deh. Gawat kalau dia cemburu sama aku."     

Aku menatapnya tak percaya, "Apaan sih, Kak?"     

Kak Sendy hanya tersenyum walau segera mengalihkan tatapannya pada Om Hanum, "Turun yuk, Pa. Om Hubert bisa curiga kalau kita kelamaan di sini."     

Om Hanum bangkit dan mengulurkan tangan padaku untuk kujabat, "Kita ketemu lagi lain waktu ya."     

Aku menerima uluran tangannya sambil bangkit, "Iya, Om."     

"Nanti kabar-kabaran ya." ujar Kak Sendy sambil menunjuk ke handphone yang baru saja diambilnya dari saku.     

Aku hanya mampu mengangguk karena mereka segera beranjak pergi dan menghilang di tangga. Sebetulnya aku ingin sekali mengantar, tapi aku tak ingin bertemu dengan Om Hubert saat ini. Aku bahkan tak yakin apakah aku akan berani melihat mereka pergi dari halaman workshop melalui pembatas balkon.     

Aku menghela napas panjang dan menatapi kotak berisi cincin tunangan milik Xavier, lalu menutupnya dan meletakkannya di meja. Aku mengalihkan tatapan ke lembaran kertas yang berserakan di meja. Aku harus menyelesaikan desain ruangan khusus untuk kamar Cacha dan beberapa desain kalung baru sebelum Astro pulang.     

Aku mengamit sebuah pensil dan mulai menggores di atas kertas. Entah bagaimana konsentrasiku tiba-tiba kembali padaku, tapi aku akan menggunakannya dengan baik sebelum menghilang lagi.     

Aku baru mengangkat wajah dari lembaran kertas saat seseorang menepuk puncak kepalaku. Saat aku mendongkak, Kyle sedang memberiku senyumnya yang terlihat menawan. Apa yang dia lakukan di sini?     

"Kyle masuk setelah Hubert pergi." ujarnya sambil duduk di salah satu kursi panjang seolah tahu apa yang sedang kupikirkan.     

Aku menatapnya tak percaya, "Aku ga manggil kamu ke sini."     

Kyle mengangguk, "Kyle khawatir sama Nona. Kyle cuma mau liat Nona sebentar. Bagus kalau Nona baik-baik aja."     

Aku menatapinya dalam diam sambil menaruh pensil dari tanganku ke atas meja. Aku ingin sekali bertanya, tapi aku tak ingin menyinggung perasaannya.     

"Kyle minta maaf kalau belakangan ini Kyle lancang." ujarnya dengan tatapan yang tiba-tiba berubah serius.      

"Kamu kenapa sih?"     

Kyle terdiam. Entah ada apa dengannya, tapi aku tak mampu menebak apa yang sedang dia pikirkan.     

"Aku bukan cenayang, kamu tau? Aku ga akan ngerti kamu kenapa kalau kamu ga ngomong."     

"Maaf, Nona. Harusnya Kyle ga bersikap begini. Kyle cuma mau mastiin Nona baik-baik aja dan Nona emang baik-baik aja, jadi Kyle pamit ya." ujarnya sambil bangkit.     

Aku mengamit lengannya dan menahannya tetap duduk, "Tunggu. Aku ga bisa biarin kamu dateng dan pergi seenaknya begini. Jelasin dulu kamu kenapa."     

"Kyle cuma khawatir, tapi liat Nona baik-baik aja udah cukup buat Kyle. Jadi Kyle mau pamit."     

"Serius, Kyle. Kamu ga pernah begini sebelumnya. Kamu kenapa? Kenapa kamu ga ngasih laporan soal jejak Bunda? Ini udah empat hari." aku bertanya dengan jantung berdetak kencang.     

Kyle menatapku lama sekali sebelum bicara, "Setelah Nona minta Kyle cari jejak yang berhubungan sama kecelakaan jembatan itu, Kyle baru mikir nyari jejak keluarga Kyle juga. Kyle minta maaf karena lama nyari data buat Nona, karena Kyle lupa waktu buat nyari jejak keluarga Kyle sendiri."     

Aku melepaskan genggaman tanganku di lengannya dan menyandarkan punggung di punggung kursi. Aku akan menunggunya melanjutkan kalimatnya karena tak ingin memaksanya bercerita jika memang dia tak ingin melakukannya.     

Kurasa sekarang aku tahu kenapa dia begitu lama mencari data untukku, tapi aku tak mampu menyalahkannya karena rasa penasarannya akan keluarganya sendiri. Lagi pula data tentang kecelakaan jembatan itu tak lagi kubutuhkan karena aku sudah mendapatkan informasi dari Opa. Namun sekarang aku memang ingin tahu tentang keberadaan bundaku.     

Kyle menatapku dengan tatapan sendu, "Sekarang Kyle tau siapa ayah ibu Kyle, Nona."     

"Kamu ga perlu maksain cerita ke aku, kamu tau?"     

Kyle terdiam.     

"Bukannya aku ga tertarik soal keluarga kamu Kyle, tapi kamu diambil jadi anak asuh Opa pasti ada alasannya. Aku tau opaku. Opa ga akan sembarangan ambil tindakan."     

Kyle tersenyum tipis, "Nona bener."     

"Aku ga masalah kalau kamu nganggep aku keluarga kamu dan aku ga akan maksa kamu cerita soal keluarga kamu ke aku."     

Kyle terlihat terkejut.     

"Rasanya seru juga kok punya kakak laki-laki." ujarku sambil berusaha tersenyum.     

"Nona serius?"     

Aku mengangguk, "Aku ga akan bercanda soal kayak gini. Aku yatim piatu dan semua adikku udah meninggal, tapi jangan salahin aku kalau aku paksa kamu nikah nanti."     

Kyle tertawa, "Serius?"     

"Iya aku serius, bawel banget. Mana data yang aku minta waktu itu? Kalau kamu udah nemu siapa orang tua kamu, sekarang waktunya kamu bantu aku nyari jejak bundaku. Aku ga percaya mayat bundaku ga pernah ketemu."     

"Tapi emang ga ada data soal itu di base data punya tuan." ujar Kyle dengan tatapan khawatir.     

Aku menatapnya tak percaya, "Ga mungkin."     

"Kyle ngomong yang sejujurnya, Nona."     

Aku hampir saja mengumpat, tapi aku menahan diri. Entah apa yang harus kulakukan sekarang. Aku baru saja menemukan jalan buntu. Lagi.     

Aku mengingat ucapan Om Chandra dengan baik saat berkata Kyle dan Rilley adalah dua orang yang sangat Opa percayai. Pasti ada orang lain yang Opa percayai selain mereka, bukan? Bagaimana dengan ...     

"Kalian bisa bobol data Pak Bruce? Pak Bruce udah kerja sama Opa dari dulu kan?" tiba-tiba saja aku bertanya karena mendapatkan pemahaman ini.     

Kyle terkejut, "Nona yakin?"     

"Aku ga yakin, tapi kalian bisa coba."     

Kyle terdiam walau mengangguk pada akhirnya, "Mungkin agak susah."     

"Maksud kamu?"     

"Dia senior Kyle, Nona, dan dia papanya Rilley."     

Astaga, apa yang baru saja kudengar?     

"Rilley emang direncanain buat gantiin posisi pak Bruce selama ini. Kalau Nona minta Kyle bobol data pak Bruce, Kyle harus lakuin itu sendiri. Kyle ga yakin Rilley bisa bantu."     

"Aku ... kamu yakin Rilley bisa dipercaya? Maksudku dia bisa aja bilang ke Pak Bruce buat hapus data sebelum ..."     

"Dia bisa dipercaya, tapi Kyle ga yakin dia akan mau khianatin papanya."     

Aah....     

"Gimana kalau ..."     

"Kamu di sini?" suara Astro yang sampai di telingaku membuatku menoleh dan mencari keberadaannya. Dia baru saja sampai di anak tangga paling atas dengan ransel di punggungnya.     

Aku bangkit untuk menyalami dan mencium tangannya, lalu mengajaknya duduk di kursi panjang yang tadi kutinggalkan. Aku membantunya melepas ransel dan meletakkannya di sisiku yang lain.     

"Tadi Sendy nelpon aku, katanya mau ikut ke galeri. Aku minta dia bawa mobil sendiri karena kita mau ke Bogor, tapi dia maksa semobil sama kita. Dia bilang mau ikut nebeng ke Jakarta, tapi dia ga keberatan gantian nyetir."     

Aku hanya mengangguk dan mengalihkan tatapan pada Kyle.     

"Kalian lagi bahas apa?" Astro bertanya.     

"Rilley anaknya Pak Bruce." ujarku tanpa mengalihkan tatapan dari Kyle.     

"Aku tau soal itu." ujar Astro yang membuatku menatapnya tak percaya. "Aku kan punya hacker, kalian lupa?"     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.