Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Kenyataan



Kenyataan

0"Kalian harus sering latihan sebelum pindah. Nanti Om minta Kyle nemenin kalian ke sini." ujar Om Chandra sambil mengamit senapan di tanganku dan menyodorkan sebotol air mineral.     

"Kita harus latihan setiap hari?" aku bertanya sambil membuka tutup botol dan mengikuti langkah kaki Om Chandra ke sekumpulan kursi dan meja.     

"Dua atau tiga kali seminggu cukup. Om sengaja ngajak kalian setiap hari ke sini mumpung Om ada di Surabaya. Besok Om pulang pagi ya, perintah dari tuan. Kalian bisa istirahat besok." ujar Om Chandra sambil duduk dan meletakkan senapan di meja.     

"Mau kencan?" Astro yang sudah duduk di salah satu kursi bertanya padaku.     

Aku menggeleng sambil duduk di sisinya, lalu meneguk air dari dalam botol. Akan lebih baik jika kami beristirahat saja karena seminggu ini jadwal kami padat sekali. Mungkin aku akan mengajak Astro menonton beberapa film di kamar dan membuat semangkok besar popcorn.     

Astro menatapku sebal, "Kita udah lama ga kencan."     

"Kita juga lama ga istirahat." ujarku setelah melepas bibir botol dari bibirku dan menutup botol itu kembali. "Ibu bilang perempuan harus banyak istirahat, kamu tau?"     

"Aku bisa gendong kamu ke mana-mana selama kita kencan. Kamu ga perlu jalan sendiri kalau kamu capek."     

Aku menatapnya tak percaya, "Aku mau istirahat. Kamu juga harus istirahat. Nanti kita kencan lagi kalau waktu kita agak longgar."     

"Rrgh fine."     

Aku menggeleng-gelengkan kepala padanya sebelum menatap Om Chandra. Om Chandra sedang berkutat dengan handphone di tangannya dan sepertinya sudah sangat terbiasa dengan sikap kami yang sering kekanakan hingga mengabaikan kami. Entah kenapa saat ini aku justru merindukan ayahku. Menatapi Om Chandra membuatku mengingat sesi mereka bermain catur di rumahnya, juga saat Ayah akan membicarakan masalah bisnis dengannya.     

"Om tau ayahku dibunuh?" aku bertanya dengan nada pelan. Di area ini memang hanya ada kami dan ini adalah area VVIP, tapi aku tak ingin percakapanku terekam di kamera tersembunyi yang aku sendiri tak yakin dengan keberadaannya.     

Om Chandra menoleh padaku dan tiba-tiba raut wajahnya berubah serius, "Tuan udah ngasih tau Faza soal itu?"     

Aku mengangguk.     

Om Chandra menyandarkan punggung pada punggung kursi sambil memutar handphone di tangannya, "Faza udah tau soal Ana juga?"     

"Bunda?"     

"Hmm berarti belum."     

Aku menatapi Om Chandra dalam diam lama sekali. Entah kenapa ada gemuruh dalam dadaku saat menatapnya. Aku mendapatkan firasat selama ini Opa tahu di mana Bunda berada, tapi memilih untuk menyembunyikan Bunda. Jika benar Abidzar berjanji akan mengganggu keluarga Bunda, bukankan akan sangat masuk akal jika Bunda disembunyikan setelah kecelakaan jembatan itu terjadi?     

"Faza mau tau soal Bunda." ujarku pada akhirnya.     

Om Chandra menggeleng, "Bukan Om yang punya wewenang buat ngasih tau. Om minta maaf."     

Ini terasa menyebalkan. Aku baru saja berharap akan mendapatkan informasi, tapi Om Chandra menolak untuk memberi tahu.      

Aku sudah mengenalinya sejak Ayah mengajakku bertemu dengannya bertahun lalu, dia bukan orang yang akan mudah goyang dengan sebuah rayuan. Bahkan jika aku bisa memberi pendapat, Om Chandra adalah orang yang sangat tegas dan tak akan menyia-nyiakan waktu hanya untuk membicarakan hal yang tidak penting. Sifatnya itu tak berubah hingga sekarang.     

"Bunda masih hidup?" pertanyaan itu terlontar begitu saja dari bibirku. Aku sudah memutuskan, aku juga tak akan berbasa-basi dengannya.     

Om Chandra menatapku dengan tenang, "Om bukan orang yang tepat bahas ini."     

Aah....     

Aku menundukkan wajah dan menatapi botol air mineral di tanganku. Aku tahu Om Chandra akan menjawab seperti itu.     

Astro mengelus puncak kepalaku perlahan walau tak mengatakan apapun, tapi aku tahu dia khawatir padaku. Sudah tak terhitung berapa kali kami membahas tentang bundaku dan kami selalu menemukan jalan buntu.     

Aku menarik napas panjang dan menatap Om Chandra, "Faza akan tetep cari tau. Ga akan ada yang bisa nyegah Faza dapet informasi."     

Om Chandra menghela napas, "Persis kayak Abbas. Terserah Faza aja, Faza yang paling tau apa yang Faza mau. Om ga akan ikut campur dan Om akan pura-pura ga tau andai tuan nanya."     

Aku mengangguk. Entah kenapa hatiku terasa lega. Dengan kesetiaan Kyle yang berada di pihakku dan janji Opa untuk menyerahkan keputusan padaku, kurasa aku akan menemukan jejak Bunda cepat atau lambat. Aku tak akan berhenti walau pindah untuk berkuliah di negara antah berantah semester depan.     

"Kalian udah siapin diri buat wawancara di imigrasi?" Om Chandra bertanya.     

"Cuma belajar bahasa Perancis sedikit. Mungkin nanti kita cari guru buat ngajar bahasa Perancis sebelum pindah. Lumayan masih ada sekitar dua bulan." ujar Astro.     

"Nanti Om kasih kontak kenalan Om. Kayaknya dia bisa ngajar kalian. Kalian mau panggil dia ke workshop?"     

"Kayaknya gitu. Kita juga bisanya malem sebelum kerja."     

"Okay, nanti Om kasih tau dia."     

"Makasih, Om."     

Om Chandra menggumam, "Jagain Faza baik-baik. Jangan bikin tuan kecewa, kamu ngerti? Faza satu-satunya yang jadi harapan tuan sekarang."     

"Astro tau, Om. Ga perlu khawatir."     

"Om tau Opa bantu kolega yang mana belakangan ini?" tiba-tiba pertanyaan itu keluar dari bibirku karena aku baru mengingatnya. "Oma pernah bilang katanya Opa belakangan ini sibuk bantu bisnis kolega, tapi Faza ga tau yang mana."     

Om Chandra terlihat berpikir sebelum menjawab, "Tuan bantu temen kalian."     

Aku menatap Om Chandra penuh rasa ingin tahu, "Temen?"     

Om Chandra mengangguk, "Yang kalian pamerin ciuman di lapangan basket."     

Astaga ... apa yang baru saja kudengar?     

"Zen?" pertanyaan itu datang bersamaan dariku dan Astro.     

Om Chandra mengangguk, "Anggep Om ga pernah ngomong ini. Kalian cari tau sendiri infonya. Om ga suka sama anak itu walau tuan bilang anak itu mirip sama tuan waktu masih muda."     

Aku hampir saja mengamit handphone dari saku dan menelepon Zen sekarang juga. Namun aku sudah berjanji untuk tak menghubungi Zen jika bukan untuk urusan pekerjaan dengan Donny. Aku bahkan tak sanggup menatap Astro karena aku tahu dia pasti sedang murka.     

"Menurut Om, dia mirip Opa?" aku bertanya.     

"Om harus bilang dia emang mirip, tapi Om ga suka karena dia bikin tuan maksain diri buat kerja. Harusnya kalian nyadar waktu tuan ga ngijinin Faza buat ambil alih kerjaan itu."     

Om Chandra benar. Aku bodoh sekali.     

"Mereka punya bisnis apa?" Astro bertanya dengan nada dingin yang membuat sesuatu yang dingin merayap di tengkukku dan membuatku hampir membeku.     

"Om udah bilang anggep kalian ga pernah denger ini dari Om. Kalian cari info sendiri. Pakai Rilley. Tuan udah percayain Rilley ke kalian kan?"     

Hening di antara kami. Aku tahu kami semua sedang sibuk berkutat dengan pikiran kami masing-masing. Namun jika Om Chandra membocorkan hal ini pada kami, mungkin kami memang harus mengambil langkah cepat.     

"Om tau blueprint robot dariku diapain sama Opa?" Astro bertanya.     

"Harusnya kamu tanya itu ke tuan, bukan ke Om."     

"Come on, Om pasti tau."     

"Itu restricted, Astro."     

Hening kembali di antara kami. Kurasa aku memang harus mencari tahu sendiri.     

"Kalian bisa pakai sumber daya yang kalian punya. Kyle sama Rilley itu dua orang yang paling tuan percaya. Setelah tuan kasih mereka ke kalian, itu artinya tuan berani ambil resiko kalian dapet info pribadi tuan."     

Itu juga berarti Opa sudah mengambil resiko kami akan mendapatkan informasi tentang keberadaan Bunda dan apapun yang Opa lakukan sepanjang hidupnya. Aku tahu ini adalah hal yang kutunggu sejak lama, tapi jariku bergetar.     

Apakah aku akan siap menerima semua informasi itu? Apakah aku akan siap menerima kenyataan?     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.