Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Trauma



Trauma

1"Mau gantian?" Kak Sendy bertanya pada Astro.     

Astro mengangguk sambil membuka pintu di sebelah kemudi, "Aku tidur sebentar. Nanti kita gantian lagi."     

Kak Sendy hanya mengangguk dan menutup pintu, lalu berjalan memutar menuju kemudi. Sedangkan Astro membuka pintu jok tengah dan merebahkan kepala di pangkuanku hingga membuatku merapikan beberapa buku ke tempat penyimpanan di belakang jok kemudi.     

Astro mengamit handphoneku dari saku dan mengetikkan sesuatu sebelum menyodorkannya padaku : Nanti kita bahas lagi.      

Aku mengangguk untuk menanggapinya dan menaruh handphone di pintu. Aku mendapati Kak Sendy melirik kami dari spion tengah. Dia sedang tersenyum seolah sedang berkata padaku dia tak akan merasa iri pada Astro, lalu mengalihkan tatapannya dan menyalakan mobil.     

Astro membenamkan wajahnya di perutku dan menyusupkan tangan di balik pakaianku, lalu mengelus punggungku. Aku tahu dia sedang bicara dengan calon bayinya, entah apa yang sedang dia bicarakan. Kurasa aku akan membiarkannya saja sambil mengelus rambutnya yang menguarkan aroma greentea.     

"Aku nyalain radio ya." ujar Kak Sendy.     

Aku mengangguk. Kurasa aku baru menyadari, di perjalanan panjang seperti ini mungkin Kak Sendy sebagai pemegang kemudi membutuhkan teman berbincang. Aku tak terlalu menyadarinya saat dia sedang berbincang dengan Astro sepanjang perjalanan karena mereka terlihat natural sedang membicarakan banyak hal.     

"Kenapa Kakak ikut kita?" pertanyaan itu meluncur dari mulutku begitu saja. "Sorry, aku ga keberatan kok. Aku cuma ngerasa aneh karena Kakak bisa aja naik pesawat."     

Kak Sendy menatapku dengan tatapan tenang, "Astro udah tidur?"     

Aku menunduk untuk memperhatikan Astro. Astro memang memejamkan mata, tapi jarinya di punggungku masih bergerak. Kurasa aku akan berbohong kali ini, maka aku mengangguk.     

"Papa yang minta aku ikut kalian karena khawatir kalian kenapa-napa. Papa lumayan deket sama om Hubert. Kalau om Hubert tau aku ada sama kalian, mungkin dia akan batalin rencananya ngikutin kalian."     

Begitukah?     

"Sorry ya kalau aku ganggu pengantin baru." ujar Kak Sendy sambil tersenyum.     

"Ga ganggu kok. Astro emang biasa gini. Aku malah khawatir Kakak yang ngerasa ga nyaman."     

Kak Sendy tertawa pelan, "Sebenernya aneh liat dia begini, tapi lama-lama biasa kok. Dia berubah banget sejak kamu masuk sekolah. Biasanya dia cuek aja dan cenderung ga mau tau urusan orang lain. Waktu kamu masuk sekolah itu dia bener-bener berubah bucin. Semua orang tau dia sengaja banget mepetin kamu. Banyak juga yang ngingetin Zen buat jauh-jauh dari kamu sebenernya, tapi Zen ga peduli."     

Aku menatapi Kak Sendy dalam diam. Jika benar apa yang dikatakannya, maka sebetulnya Zen sudah mendapatkan banyak sinyal untuk berhenti mengejarku sejak dulu. Aku bahkan baru menyadari sekarang, Reno pernah menegurnya untuk menyerah saja sejak pertama kali kami berbincang bersama di hari pertamaku masuk sekolah.     

"Aku kasihan sebenernya sama Zen karena digantungin sama kamu. Kamu selalu bilang kamu sama Astro bukan pacar kan? Zen galau banget waktu itu."     

"Dia curhat ke Kakak?" aku bertanya dengan hati-hati karena tahu Astro masih terjaga.     

"Bukan ke aku, tapi ke Novan. Kamu inget Novan?"     

Aku mengangguk dalam diam.     

"Novan berkali-kali nyuruh dia nyerah, tapi dia ga pernah dengerin. Dia bilang ga akan nyerah sampai kamu nikah. Dia down banget waktu kalian beneran nikah muda."     

"Aku udah minta dia nyerah dari dulu, tapi dia ga mau denger." ujarku begitu saja hingga Astro memelukku lebih erat. Aku tahu dia cemburu, maka aku mengelus wajahnya.     

Kak Sendy menatapku dengan tatapan sendu dari spion tengah, "Aku udah kenalin beberapa perempuan ke dia, tapi dia belum mau. Tadinya aku pikir dia akan tertarik sama Denada, tapi ternyata dia cuma tertarik sama bakat Denada yang masih belum keasah."     

Jika benar seperti itu, maka berusaha menjodohkan Denada dengan Zen akan percuma. Aku tahu Zen begitu teguh dengan pendiriannya.     

"Kayaknya dia mau fokus bisnisan dulu sekarang. Respon kafenya lumayan kan? Aku denger dia lagi bikin cabang baru. Padahal tadinya aku sama sekali ga nebak dia akan bikin kafe. Aku tau orangtuanya ngelarang anak-anaknya bisnis karena trauma." ujar Kak Sendy dengan tatapan fokus ke rute perjalanan kami.     

"Trauma kenapa?"     

"Ada keluarganya yang kena tipu dan bangkrut. Jadi orangtuanya ga setuju anak-anaknya bisnis. Mereka lebih support anak-anaknya jadi seniman atau dokter. Sayangnya ga ada yang mau nurunin profesi papanya."     

Aku baru menyadarinya. Jika Opa membantu pembangunan rumah sakit dengan Papa Zen, lalu siapa yang akan mewarisi rumah sakit itu nantinya? Mengelola sebuah rumah sakit lebih rumit dibandingkan dengan mengurus sebuah bisnis seperti kafe, dan jelas Kak Liana tak mungkin mewarisinya karena Kak Liana sudah menjadi seorang berkebangsaan Australia.     

Apakah sebetulnya rumah sakit itu memang milik Opa? Jika benar seperti itu, lalu rumah sakit itu akan diwariskan padaku?     

"Aku berharap hidup kalian lebih tenang di Jerman. Aku tau om Hubert bisa aja nyari kalian di sana, tapi dia ga akan berani ngapa-ngapain. Hukum di Jerman lebih tegas dari hukum di sini. Itu sebabnya papa minta aku ikut kalian karena kemungkinan om Hubert emang akan ganggu kalian sebelum kalian berangkat."     

"Thank you. Maksudku ... aku ga tau Om Hanum mikirin itu. Aku bener-bener berterimakasih."     

"Ga perlu sungkan begitu. Sebenernya aku mau ikut kalian ke Bogor, tapi aku ga mau ganggu pengantin baru. Aku mau ikut kalian pulang aja nanti, tapi nanti aja aku bilang ke Astro kalau udah harinya. Ini rahasia, okay?"     

Aku hanya sanggup mengangguk dan tersenyum. Tangan Astro masih mengelus punggungku. Aku tahu dia masih terjaga. Dia pasti mendengarkan semua pembicaraan kami dalam diam.     

"Kalau kalian dapet gangguan selama di Bogor, telpon aku atau papa ya. Kita bisa ke sana buat bantu."     

"Thank you, Kak."     

Kak Sendy hanya mengangguk dan kembali fokus dengan rute perjalanan kami. Sebetulnya aku ingin membicarakan lebih banyak hal tentang Zen, tapi aku tak ingin membuat Astro cemburu lebih dari ini.     

"Oh ya, aku belum kenal sama pacar Kakak." ujarku tiba-tiba karena mengingat hal ini.     

"Dia belum jadi pacarku dan masih belum mau ketemu kalian. Kita punya hubungan kayak kalian dulu. Saling sayang, tapi ga pacaran. Papa setuju sama gaya itu karena katanya lebih aman. Papa justru bilang kalian brilian." ujar Kak Sendy sambil tertawa pelan. "Papa tau Astro pernah babak belur gara-gara sparring sama om Jaya. Papa bilang mau ngajakin aku sparing juga kalau macem-macem sama perempuan."     

Aku tersenyum lebar sekali. Aku ingat saat Astro babak belur karena sparing tinju dengan ayahnya. Aku bahkan membantunya mengobati luka dan membuat kesepakatan dengannya untuk tak saling menyentuh, walau kami berkali-kali melanggarnya karena sulit menahan diri. Kami bahkan pernah meminum jamu brotowali sebagai hukuman.     

"Kalau kamu capek, kamu bisa tidur aja. Ga perlu maksain ngajak aku ngobrol."     

"Ketauan banget ya?"     

"Kamu ga kayak Astro, Faza. Atau mungkin belum. Aku liat kamu banyak berubah setelah nikah. Kayaknya emang bener pasangan suami istri bisa saling terpengaruh."     

"Aku emang banyak berubah karena dia. Mungkin nanti Kakak juga akan banyak berubah kalau udah nikah." ujarku sambil menatapi Astro dan mengelus wajahnya. Dia pandai sekali berpura-pura. Napasnya bahkan lambat dan berat walau tangannya masih mengelus punggungku dengan lembut.     

"Sebenernya aku udah lama mau nanya, tapi aku ga nemu waktu ngobrol berdua sama kalian. Kalau aku telpon juga kayaknya ga sopan."     

"Nanya apa?" aku bertanya sambil menatap Kak Sendy dari spion tengah.     

Kak Sendy menatapku ragu-ragu, "Om Hubert pernah bilang ke papa, katanya ... ayah kamu pernah selingkuh dan punya anak dari selingkuhannya. Kamu tau soal ini?"     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.