Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Dermaga



Dermaga

2"Ayahku ga mungkin selingkuh, Kak. Mungkin Om Hubert dapet berita ga bener." ujarku dengan jantung berdetak kencang.      

"Sorry, aku ga bermaksud ngomongin yang jelek soal mendiang ayah kamu. Aku cuma penasaran banget apa kamu tau soal itu." ujar Kak Sendy dengan tatapan bersalah.     

Aku tersenyum sambil menggeleng pelan, "Kapan Om Hubert ngomong gitu ke Om Hanum?"     

"Ga lama setelah kamu masuk sekolah kalau aku ga salah inget."     

Begitukah? Berarti mungkin semua rencana untuk menggangguku memang sudah disiapkan sejak saat itu. Sepertinya Opa bertindak tepat saat menyiapkan orang untuk mengikutiku. Opa memang berkata mereka hanya ditugaskan untuk mengikuti dan memperhatikan, tapi mungkin mereka akan bergerak jika aku benar-benar terancam.     

Mungkin Opa akan melihat bagaimana aku bertindak dan menilai apa yang akan kuputuskan. Juga memperhatikan bagaimana aku menganalisa masalah dan bagaimana aku memilih solusi, yang sepertinya akan menentukan tindakan Opa selanjutnya.     

Jika aku tak salah menduga, Abidzar yang mengendus keberadaanku mengumpulkan berbagai data dan bukti. Dia yang mempengaruhi keluarga Zenatta agar mau membantunya tanpa dia harus terlibat secara langsung. Zenatta memakan umpan dan mulai menunjukkan diri dengan datang ke resort milik Astro dan ...      

Astaga ... kenapa aku baru menyadarinya? Mungkin perusakan resort milik Astro dua tahun lalu memang tak ada hubungannya dengan Abidzar, tapi mungkin adalah ulah keluarga Zenatta. Aku bodoh sekali.     

Setelah merusak resort Astro, keluarga Zenatta bergerak dengan memanfaatkan Cokro dan Dissa. Mereka sengaja membuat isu seolah kehamilan Dissa adalah hasil hubungan dengan Astro agar Astro dan aku memutuskan hubungan. Sayangnya mereka gagal.     

Mungkin karena mereka terlalu bernafsu dan tak berpikir panjang, mereka datang ke resepsi pernikahanku dengan niat untuk menakut-nakuti kami menggunakan kekerasan. Sayangnya tindakan itu pun gagal dan mereka justru mendapatkan pasal berlapis yang membuat mereka dipenjara bertahun-tahun ke depan.     

Sekarang, dengan Abidzar yang masih bebas berkeliaran di belakang semuanya, kejadian apapun bisa saja terjadi. Kebakaran toko yang diakibatkan oleh kelalaianku dalam memilih partner kerja juga sudah membuktikan betapa tangan Abidzar selama ini bersih tanpa noda. Terlebih dengan Om Hubert yang tak tersentuh hukum, dia bisa saja menjadi pion yang berikutnya.     

Aku memejamkan mata dengan tangan masih mengelus wajah Astro. Tangan Astro juga masih mengelus punggungku dengan lembut.     

Kami akan baik-baik saja, bukan?     

Aku sangat ingin hidup dengan tenang. Ada banyak pekerjaan yang harus kuselesaikan. Aku juga harus fokus pada pendidikanku bertahun-tahun ke depan. Lalu bagaimana dengan anak-anakku jika aku selalu mendapatkan masalah dari seorang yang begitu licik seperti Abidzar?     

Aku menarik napas perlahan sambil mengatupkan kedua tangan di pangkuanku, lalu membukanya perlahan dan mengatupkannya kembali. Seperti sedang melakukan gerakan tepuk tangan dengan lambat dan tanpa suara.     

Aku membuka kedua tangan. Ada hal-hal yang tidak bisa kudapatkan. Bukan karena aku tidak bisa mendapatkannya, tapi hal itu memang bukan seharusnya menjadi milikku dan aku harus mengendalikan diri dengan sabar.     

Aku mengatupkan kedua tangan kembali. Ada hal-hal yang memang akan menjadi milikku, walau aku tidak melakukan apapun. Bukan karena aku hebat, tapi karena aku diberi kepercayaan untuk menjaga hal-hal itu jauh lebih baik dibanding orang lain. Itu disebut tanggung jawab.     

Bukankah itu berarti segala hal hanya harus dijalani? Jika memang hal-hal itu ditakdirkan untukku, maka apapun yang terjadi hal itu akan tetap menjadi bagianku, bukan?     

Masalah-masalahku, orang-orang yang membantuku, bahkan orang-orang yang berkomplot untuk menggangguku pun sebetulnya memang menjadi bagianku. Dengan berbagai kejadian yang tak mungkin hanya kebetulan, sepertinya kesimpulanku kali ini tepat.     

Aku membuka mata dan menatapi Kak Sendy yang sedang fokus pada rute perjalanan kami dari spion tengah, "Kakak percaya sama info dari Om Hubert itu? Soal ... ayahku yang punya anak dari selingkuhan?"     

Kak Sendy menatapiku dalam diam selama beberapa lama sebelum bicara, "Kalau kamu ga percaya, kenapa aku harus percaya?"     

Aku tersenyum tanpa mampu mengatakan apapun. Entah apakah Kak Sendy sengaja mengatakannya hanya untuk membuatku merasa tenang atau untuk meredam situasi agar hubungan kami tetap baik-baik saja. Yang manapun, aku akan tetap menghargainya.     

"Lagian opa Dewanto ga akan ngakuin anak itu kalau emang bener. Warisan kamu akan tetep jadi punya kamu."     

Aku menggeleng pelan, "Warisan itu turun bareng tanggung jawab yang ga sederhana. Opa nyiapin aku bertahun-tahun biar bisa ngelola itu kalau udah waktunya. Kakak sendiri nanti akan warisin galeri Om Hanum kan? Kakak harus siapin diri dari sekarang."     

"Kamu bener." ujar Kak Sendy dengan raut wajah sangat serius.     

"Semangat ya, Kak."     

Kak Sendy mengangguk tanpa mengatakan apapun lagi dan hening di antara kami. Entah kapan aku tertidur dan tak lagi merasakan elusan tangan Astro di punggungku.     

Aku bisa menangkap aroma asin membelai hidungku. Saat aku menoleh, aku menemukan sosok ayahku sedang menggenggam tanganku dan mengajakku menuju ujung dermaga. Dermaga di pelabuhan yang sepertinya sama dengan mimpiku saat bertemu Ayah sebelum ini.     

Aku menatapi Ayah dengan lebih teliti. Entah kenapa Ayah terlihat lebih muda, dengan kemeja berwarna hijau lumut dan celana bahan berwarna abu-abu. Ayah tersenyum padaku dan mengajakku duduk di tepi dermaga. Sudah ada berbagai peralatan memancing di sini.     

Ayah mengalihkan tatapannya ke laut dan mulai melempar umpan dari salah satu alat pancing, lalu hening di antara kami yang terasa seperti selamanya. Entah kenapa aku tak merasa ingin mengatakan apapun. Terasa seperti menemani Ayah memancing dalam diam adalah satu-satunya hal yang ingin kulakukan.     

Satu-persatu ikan tangkapan berpindah tempat ke sebuah kotak berisi es. Entah ini adalah ikan yang keberapa saat Ayah akhirnya menoleh untuk menatapku.     

"Kenapa Faza diem aja? Biasanya ga bisa diem."     

Aku menatapi Ayah dalam diam. Ayah benar, aku memang seorang anak yang sulit diam.     

"Faza belajar apa hari ini?"     

"Faza mau belajar mancing."     

Ayah menatapku tak percaya, "Ayah nanya Faza belajar apa. Bukan mau belajar apa."     

Aku tersenyum lebar, "Ayo ajarin Faza mancing. Biar Faza bisa jawab kalau Faza hari ini belajar mancing sama Ayah."     

Ayah tertawa sambil menepuk puncak kepalaku, "Faza bisa belajar mancing dari Astro."     

Aku terdiam.     

Ayah menatapku dengan tatapan lembut, "Mancing bukan cuma buat ikan, Faza tau?"     

"Faza tau. Astro kan jago mancing perasaan. Faza harus belajar itu?"     

Ayah hanya tersenyum dan mengalihkan tatapannya sambil melempar umpan yang lain. Ramai sekali di sekitar kami, dengan banyak orang lalu lalang. Apakah mereka juga arwah seperti ayahku? Tunggu sebentar ... ayahku arwah, bukan?     

"Ayah udah meninggal."     

Ayah menoleh padaku dan tersenyum.     

"Ayah udah meninggal kan?"     

Ayah mengangguk dengan senyum lebar yang entah kenapa terlihat dingin.     

"Bunda?"     

Senyum ayahku lenyap tanpa sisa, "Tolong cari bunda ya."     

Dadaku terasa sesak, dengan bulir air meleleh di pipi yang segera diseka oleh jari Ayah yang terasa dingin. Aku menggenggam tangan Ayah dan menciumnya denga isak yang masih keluar dari bibirku.     

"Faza boleh nangis, tapi cuma sampai hati Faza lega. Kalau udah cukup, Faza harus senyum lagi."     

Aku mengangguk, "Faza harus cari Bunda ke mana?"     

Ayah menyebutkan sesuatu, tapi aku tak mampu mendengarnya. Aku menatapi bibir Ayah yang bergerak dengan seksama, tapi entah kenapa justru terlihat berputar dengan gerakan aneh tanpa aku sempat mencerna apapun. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk mendapatkan penglihatan yang lebih baik, tapi yang kulihat bukan ayahku.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.