Penikmat Senja-Twilight Connoisseurs

Jantung



Jantung

1"Kamu ga pa-pa?" Astro bertanya.     

Aku menatapnya dalam diam. Dia sedang menatapku khawatir sambil memegangi wajahku dengan kedua tangannya, hingga membuatku menggeleng begitu saja. Namun aku baru menyadari tangannya basah dan kurasa itu adalah air mataku.     

"Yakin?"     

Aku mengangguk sambil mengusap kedua mataku, "Cuma ... abis mimpi ketemu Ayah."     

"Sorry, gara-gara aku ya?" Kak Sendy bertanya dari balik kemudi, yang baru membuatku menyadari kami sedang berada di tepi jalan tol. Hari masih gelap.     

"Ga kok. Aku kadang emang mimpi Ayah. Ga ada hubungannya sama pembahasan kita tadi. Kita udah di mana?"     

"Cikampek. Sebentar lagi sampai Jakarta. Kalian mau istirahat dulu? Di depan ada rest area."     

"Boleh. Istirahat sebentar ya." ujar Astro.     

Kak Sendy hanya mengangguk dan menyalakan mobil, lalu kami berkendara kembali.     

Astro menyodorkan sebotol air mineral yang sudah terbuka tutupnya padaku, "Minum dulu."     

Aku mengangguk dan meneguk air hingga tersisa setengahnya, lalu menyodorkannya kembali pada Astro sambil melirik jam di lenganku, pukul 02.32. Ternyata perkiraanku salah, kupikir kami akan sampai di Jakarta sekitar jam ini.     

Astro mengamit kepalaku dan meletakkannya di bahunya, lalu mengecup puncak kepalaku. Dia tak mengatakan apapun dan aku tak ingin membahas apapun dengannya karena ada Kak Sendy di antara kami. Mungkin Kak Sendy juga merasakan hal itu hingga memilih diam hingga kami sampai di rest area.     

"Kita sampai Jakarta sekitar satu jam kalau dari sini. Ada yang mau kalian makan? Atau mau nitip sesuatu? Sekalian aku mau ke toilet." ujar Kak Sendy sambil mematikan mobil dan melepas sabuk keamanan.     

"Aku ga mau nitip apa-apa. Mau renggangin badan aja sebentar." ujarku sambil membuka pintu di sebelahku.     

Astro terlihat tak rela saat aku keluar walau dia mengikuti langkahku. Kak Sendy memberi isyarat pada kami bahwa dia akan ke toilet di ujung sana, kami hanya mengangguk sambil duduk di rumput dan meluruskan kaki. Aku menangkap keberadaan mobil Kyle dan Jian di sudut yang berbeda dengan kami, tapi mereka hanya menurunkan jendela dan tetap duduk sambil memperhatikan situasi.     

"Gon ..."     

"Kita bahas itu nanti kalau udah nganter Sendy ke hotel." ujar Astro yang langsung memotong ucapanku.     

Aku hanya mampu mengangguk. Bagaimanapun dia benar. Akan lebih baik jika kami membahasnya jika tak ada Kak Sendy di sekitar kami. Lagi pula area ini cukup ramai dan kami tak tahu siapa saja mereka. Mungkin salah satu atau salah duanya adalah mata-mata.     

"Ayah bilang apa?" Astro bertanya, yang membuatku menoleh padanya dan mencoba mengingat percakapan dengan ayahku di mimpi.     

"Ayah minta aku cari bunda."     

Astro menatapku dengan tatapan khawatir, tapi tak mengatakan apapun.     

"Ayah juga minta aku belajar mancing dari kamu."     

"Mancing?"     

Aku mengangguk. Aku tak akan menjelaskan padanya bahwa yang kutangkap dari percakapanku dengan Ayah adalah tentangnya yang lihai memancing perasaan. Lagi pula aku sudah tahu bagaimana caranya melakukannya, selama ini aku hanya tak berminat menggunakan cara yang sama.     

Aku memeluk lengannya dan membenamkan wajah di bahunya sambil bicara dengan nada pelan, "Sebenernya aku heran kenapa belakangan ini aku sering mimpi aneh. Kamu inget aku pernah bilang aku mimpi kamu kecelakaan? Bunda yang ngasih tau aku posisi kamu ada di mana."     

Astro mengelus kepalaku, "Mungkin itu kerjaan anak kecil itu. Kan aku udah bilang kamu harus hati-hati sama dia."     

Aku mendongkak untuk menatapnya, "Waktu itu kita belum nikah, Astro."     

"Pertama kali aku mimpi dia juga sebelum aku nerima modal usaha. Itu aja udah aneh, Honey."     

Aku tahu dia benar. Ayahnya pernah memberitahuku bahwa Ayah bertemu dengannya di mimpi setelah menerima modal keluarga. Ayah bahkan berkata kemunculan anak kecil itu di mimpi Astro sejak Astro masih kecil memang aneh. Namun entah kenapa aku masih sulit menerimanya dengan akal.     

"Ga perlu dipikirin. Mimpi cuma bunga tidur."     

Kurasa aku akan setuju saja dengannya, maka aku mengangguk dan kembali membenamkan wajah di bahunya. Aroma greentea dari rambutnya dan aroma hangat tubuhnya hampir saja membuatku kembali tidur andai aku tak mendengar suara langkah kaki mendekati kami.     

"Kalian ga mau ke toilet?" Kak Sendy bertanya.     

Aku melepas pelukanku dan beranjak dari duduk, "Aku ke toilet dulu sebentar. Mau cuci muka."     

"Ikut." ujar Astro, yang segera mendapatkan gelengan kepala dari Kak Sendy. Dia menggenggam tanganku hingga kami berpisah di depan pintu toilet dan memberi isyarat untukku agar bergegas.     

Aku hanya mengangguk dan masuk ke salah satu kubikal untuk buang air kecil, lalu menghampiri salah satu wastafel untuk membasuh wajah. Aku baru saja berpikir akan membeli sebotol kopi saat menyadari di toilet ini hanya ada aku seorang diri.     

Aku menyeka air di wajah dengan lengan jaket dan keluar dari toilet. Aku hampir saja menabrak seseorang saat dia akan masuk, "Maaf, Mbak."     

Dia menatapku tajam walau tak mengatakan apapun dan langsung masuk ke salah satu kubikal. Aku meninggalkannya dan menunggu Astro di tempat kami berpisah sesaat lalu. Entah kenapa jantungku berdetak kencang.     

Aku hampir saja mengamit handphone dari saku dan meneleponnya saat dia muncul dari dalam toilet dengan wajah masih basah, "Aku pikir kamu kenapa-napa."     

"Kenapa-napa gimana?" Astro bertanya sambil mengelus puncak kepalaku.     

"No idea." ujarku sambil menaikkan bahu. Entah ada apa denganku, aku hanya tiba-tiba merasa gusar. Detakan jantungku bahkan masih terasa kencang dan membuat dadaku terasa sesak.     

Kami kembali ke tempat kami meninggalkan Kak Sendy, tapi Kak Sendy tak ada di sana. Kami baru menemukannya saat menghampiri mobil, dia sedang menelepon seseorang sambil menyandarkan tubuh di pintu sebelah kemudi.     

"Satu jam lagi sampai. Jemput di lobi aja. Okay, nanti Sendy telpon lagi." ujar Kak Sendy yang langsung mematikan telepon. "Mau langsung jalan?"     

Astro mengangguk, "Aku aja yang nyetir."     

"Okay."     

Kami kembali masuk ke mobil dan mulai berkendara, dengan Astro yang menyetir dan Kak Sendy duduk di sebelahnya. Kak Sendy mengajaknya berbincang tentang kemungkinan papanya akan mengadakan pameran di Jakarta beberapa bulan ke depan.     

Aku hanya mendengarkan percakapan mereka dalam diam sambil mengamati situasi. Aku beberapa kali menemukan mobil yang dikendarai Kyle dan Jian. Namun tak menemukan jejak Rilley karena dia membawa motor. Mungkin aku akan menemukan sosoknya saat keluar dari area tol.     

Jantungku masih berdetak kencang saat ini. Aku sempat berpikir apakah adrenalinku meningkat karena merasa sangat rindu dengan rumahku, tapi kurasa bukan. Lalu kenapa detakan jantungku terasa kencang seperti ini?     

Kami mengantar Kak Sendy hingga ke lobi hotel dan bertemu dengan Om Hanum. Om Hanum berpesan agar kami hati-hati dan meminta kami meneleponnya jika membutuhkan apapun. Kami hanya menyanggupinya dan kembali ke mobil untuk berkendara menuju Bogor.     

"Aku kangen banget." ujar Astro sambil menarik tubuhku dan memelukku erat sambil menyetir. Aku memang duduk di sebelahnya sekarang, di kursi yang sesaat lalu ditinggalkan oleh Kak Sendy.     

"Dari tadi kan aku sama kamu."     

Astro mengecup bibirku, "Bawel banget istriku ini. Aku minta jatah kalau kita sampai Bogor."     

Aku menatapnya tak percaya, "Seriously?"     

Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengangguk, "Ambilin hapeku. Aku mau nelpon Eboth."     

Aku sudah hafal dengan tingkahnya yang satu ini. Maka aku mengamit handphonenya dari saku celana dan memasukkan sandi polialfabet, lalu mencari kontak Eboth dan meneleponnya dengan mengaktifkan speaker.     

"Gimana Gon?" Astro bertanya.     

=======     

Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-     

Kalian bisa add akun FB ku : nou     

Atau follow akun IG @nouveliezte     

Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..     

Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..     

Regards,     

-nou-     


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.