Saham
Saham
Yang lebih mengherankan, sepertinya Oma mengetahui tentang proyek ini dan mendukung Opa. Aku mengingat saat aku selalu bertanya tentang keadaan Opa pada Oma, Oma akan selalu menjawab Opa baik-baik saja. Bahkan Oma lah yang meyakinkanku untuk tidak mengkhawatirkan keadaan Opa karena Opa hanya sedang membantu seorang kolega berbisnis.
Hah?! Membantu? Ini lebih terlihat seperti Opa sedang membangun sebuah rumah sakit dengan bantuan Papa Zen dan memanfaatkan kesempatan dengan menggunakan alibi membantu pembangunan sebuah rumah sakit.
Aku mendengus keras dan mengalihkan tatapan dari Astro. Bagaimana pula aku akan sanggup menatapnya sekarang? Membangun sebuah rumah sakit bukanlah sebuah pekerjaan sepele, bukan? Opa bahkan pingsan karena kelelahan dalam prosesnya dan dibawa ke rumah sakit tengah malam hingga dirawat hampir seminggu lamanya.
Aku ingat Ayah pernah menyebutkan tentang Opa yang sedang membantu proyek kolega saat meneleponku dan memintaku tak khawatir saat tahu Opa dirawat karena kelelahan. Apakah Ayah tahu proyek itu ada hubungannya dengan Papa Zen? Namun jika Ayah tak tahu, aku tak akan terlalu terkejut. Opa bisa saja menggunakan cara menjelaskan yang sama pada Ayah dengan cara Opa menjelaskan situasinya padaku.
Aku menatapi layar laptop Astro dalam diam. Laporan dari Kyle lengkap sekali. Dia bahkan mendapatkan informasi tentang nama-nama dokter lainnya yang ikut terlibat dalam pembangunan. Aku mencoba mencari nama dokter yang biasa menangani Opa, tapi tak ada.
Apakah ini berarti tak ada hubungannya dengan kesehatan Opa? Lalu, apa niat Opa membangun rumah sakit? Aku tahu aku bisa saja langsung menelepon Opa dan bertanya, tapi kami akan ketahuan sedang memata-matai Opa dan itu bukanlah hal yang kuinginkan saat ini.
Sebuah bar percakapan muncul di layar dan aku langsung membukanya. Ada pesan dari Paolo.
Paolo : Ada pertemuan minggu ini. Kamu diundang?
Aku menoleh untuk menatap Astro dan baru menyadari kami sudah kembali berkendara, rupanya dia sengaja diam sejak tadi. Aku meneliti raut wajahnya dengan teliti. Dia sedang terlihat sangat fokus.
"Kamu diundang ke pertemuan minggu ini?" aku bertanya dengan hati-hati.
Astro hanya menggeleng.
"Aku bales chat dari Paolo ya?"
Astro hanya mengangguk.
Aku menghela napas perlahan dan kembali menatap layar laptop, lalu mengetikkan pesan balasan untuk Paolo dengan cepat.
Aku : Ini Faza. Kita ga dapet undangan
Paolo : Too bad (Sayang banget), kupikir nanti kita bisa ketemu. Ada yang mau aku diskusiin sama kalian soal kepindahan kalian ke Jerman
Aku : Diskusi sekarang aja. Ada apa?
Paolo : Aku dapet gosip katanya Angel juga mau kuliah di sana semester depan. Aku ga tau apa berita ini bener, tapi kalian harus hati-hati
Aku : Kenapa kita harus hati-hati? Dia ga pernah bikin masalah lagi kok
Paolo : Aku denger dia punya rencana mau masuk di jurusan yang sama kayak Astro. Andai nanti kalian ketemu dia, kalian harus udah siapin rencana
Aku menatap layar laptop di hadapanku dengan tatapan tak percaya. Bagaimana mungkin dia mendapatkan informasi tentang di mana Astro akan berkuliah? Lagi pula, Jerman hanyalah negara kamuflase. Negara sesungguhnya tempat kami akan berkuliah masih rahasia. Kami bahkan baru tahu di mana kami akan berkuliah saat datang ke imigrasi pagi ini.
Aku : Dia tau dari mana kampus kita kuliah nanti?
Paolo : Aku ga tau. Gosipnya cuma bilang mau ambil jurusan yang sama, tapi bisa aja beda kampus kan? Kalian harus hati-hati
Aku : Okay. Nanti aku bilang ke Astro
Paolo : Oh ya, kemarin aku sama papa ke rumah Opa Dewanto. Kita bahas kerja sama soal pengamanan perusahaan rakitan karena ada regulasi baru di pemerintahan
Paolo : Opa bilang perusahaan itu nanti di warisin ke kamu, jadi Opa minta papa ketemu kamu nanti kalau kamu pulang lagi
Aku : Okay, salam buat papa kamu ya
Paolo : Nanti aku salamin. Take care, Za
Aku : Pasti
Aku menoleh untuk menatap Astro, "Paolo bilang Angel mau kuliah di jurusan yang sama kayak kamu di Jerman. Paolo ga tau apa kalian akan sekampus, tapi Paolo minta kita hati-hati."
Astro menoleh padaku dengan alis mengernyit mengganggu, "Angel?"
Aku hanya mengangguk.
Astro menggeleng-gelengkan kepala sambil kembali menatapi rute perjalanan kami, "Aku emang minta Paolo nyari info soal Angel karena dia kayak tiba-tiba ga ada kabar dan nyembunyiin diri dariku. Aku ga nyangka dia niat mau ikut kita ke Jerman."
"Paolo bilang itu masih gosip, tapi bagus kalau Angel ke Jerman sementara kita ada di negara lain. Dia ga akan bisa ganggu."
Astro tersenyum tipis sambil menatapku, "Kamu cemburu?"
Aah laki-laki ini benar-benar....
"Iya, aku cemburu." ujarku dengan tatapan serius sambil menatapnya tanpa berkedip. Aku ingin dia tahu aku sedang tidak berbohong padanya.
Astro mengecup bibirku sesaat dan mengalihkan tatapan pada rute perjalanan sambil tersenyum lebar, "Andai kita belum nikah, mungkin sekarang aku hampir gila karena tau opa bantu papa Zen bikin rumah sakit."
"Kamu marah?"
"Aku marah. Aku kesel. Aku juga cemburu, tapi kamu sendiri yang bilang aku dapet kesempatan paling banyak. Aku bersyukur ngambil keputusan buat minta kamu ke opa sebelum opa kenal Zen. Aku ..."
Aku mengecup tengkuknya dan berbisik, "Aku cinta kamu, Astro. Aku akan milih pergi dari rumah kayak Bunda andai Opa ga setuju aku milih kamu."
Astro menepikan mobil dan menatapku lekat. Dia mencumbu bibirku perlahan dan manis, yang membuatku hanyut dan tak rela saat dia melepasku hingga aku mengamit tengkuknya dan mencumbunya lebih lama.
"Mau pulang aja? Atau ke hotel?"
Aku menatapnya tak percaya, "Katanya mau kencan?"
"Kita bisa kencan sambil making love." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku mencubit kedua pipinya dengan kencang. Bisa-bisanya yang ada di dalam pikirannya hanyalah tentang bercinta denganku. Padahal kami baru saja mendapatkan kenyataan yang menohok karena Opa membantu Papa Zen membangun rumah sakit.
"Kita bisa ditahan polisi kalau mesra-mesraan di mobil begini, kamu tau? Kita bisa kena pasal perbuatan tak senonoh di ruang publik. Aku bisa aja nyogok polisi buat bebasin kita, tapi kamu pasti malu kalau kepergok mesra-mesraan begini sama orang lain. Iya kan, Honey?"
Aku menatapnya sebal, "Aku mau kencan. Kita bisa making love kalau udah pulang."
"Tiga kali?"
Aku hampir saja memprotesnya saat dia menatapku dengan kilat lapar di matanya, "Fine."
Astro mengecup bibirku dan kembali menyalakan mobil, "Telpon Axe."
"Apa?"
Astro menoleh padaku dan memberiku senyum menggodanya yang biasa, "Tolong telpon Axe, Honey. Hapeku ada di kantong celana."
Aku menatapnya tak percaya, tapi aku tahu maksudnya. Aku mengamit handphone miliknya dari saku celananya. Dia sempat mengecup tengkukku dan membuat bulu halusku meremang saat aku mendekatkan diriku padanya. Aku menatapnya sebal sambil membuka sandi dan mencari kontak Axelle, lalu mengaktifkan mode speaker dan mendekatkan handphone pada Astro.
"Hmm?" sebuah gumaman dingin terdengar di ujung sana saat Axelle menerima telepon.
"Kerjain bagian kamu sekarang. Kasih aku hasilnya paling lambat besok pagi."
"Okay."
Lalu sambungan telepon kami terputus begitu saja. Astaga ... hanya seperti ini?
Aku menatap Astro tak percaya, "Kalian ngomongin apa?"
Astro hanya diam sambil menambah kecepatan mobil dengan tatapan tenang.
"Aku serius, Astro. Kalian bahas apa?"
"Aku udah minta Axe siap-siap buat rencana cadangan. Inget aku pernah bilang mau mancing Abidzar? Ini waktunya." ujarnya tanpa menoleh padaku.
Jantungku berdetak kencang sekali. Aku bahkan yakin jantungku akan sanggup melarikan diri dari tubuhku. Entah kenapa ini terasa seperti kami baru saja mengumumkan genderang perang. Kami lah yang akan menyerang lebih dulu kali ini.
"Gon ga ada kabar?"
Aku menggeleng dalam diam karena tak mampu mengatakan apapun.
"Get your self ready (Siapin diri kamu), Honey. Kamu akan butuh skill nembak kamu kali ini. Kamu ga takut darah kan?"
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-