Ana
Ana
"Aku minta maaf." ujarku sambil menoleh padanya.
Aku tahu kami hanya tinggal selangkah lagi untuk bisa bernegosiasi dengan mereka jika memang benar mereka memiliki hubungan kerabat atau kekeluargaan dengan Bu Kamalia. Namun aku menghancurkan semua prosesnya.
Astro menggeleng, "Nanti aku cari cara. Mungkin belum waktunya kita negosiasi sekarang."
Aku menatapnya penuh rasa bersalah. Aku benar-benar ingin dia tahu bahwa aku benar-benar merasa bersalah. Nmun dia terlihat tenang, seperti tak terjadi apapun.
Aku menghela napas dalam diam. Aku tahu Zia sedang berteriak di dalam rumah, entah meneriakkan apa. Aku tak dapat mendengarnya dengan jelas. Aku pun tak berminat untuk sekadar menoleh. Sudah cukup bagiku berurusan dengan mereka hari ini. Sejak pagi Bu Lia memang sudah menolak kami mentah-mentah. Apa lagi yang bisa kuharapkan?
Sebetulnya lahan milik Bu Kamalia berada di ujung perbatasan sketsa denah yang sudah Astro siapkan. Andai Astro bersedia mengubah bentuk rencana denahnya, mungkin tak membeli lahan milik Bu Kamalia pun tak apa.
Jian membantu membawa barang-barang kami ke kamar cottage, lalu kembali ke kamarnya. Aku langsung menghampiri kamar mandi dan melepas diving suit sebelum membersihkan tubuh dengan shower, lalu masuk ke dalam bath tub yang beraroma lavender yang sudah kuisi penuh saat aku membersihkan tubuh beberapa saat lalu.
Astro masuk tepat saat aku membenamkan kepala ke dalam air. Saat aku mengeluarkan kepalaku kembali, dia sedang telanjang dan membersihkan tubuhnya dengan shower.
Aku tersenyum melihatnya. Entah sejak kapan aku tak lagi merasa aneh melihatnya telanjang. Padahal bertahun lalu, kami bahkan berpikir sangat panjang hanya untuk saling menggenggam tangan.
"Aku sexy kan." ujarnya dengan senyum menggodanya yang biasa.
Aku hanya mengangguk. Beberapa waktu belakangan ini, dia jarang sekali menggodaku. Dia lebih sering terlihat tenang dan fokus. Senyumnya berganti menjadi senyum tipis dan lembut.
Kurasa aku tahu kenapa sekarang dia memberiku senyum menggodanya lagi. Dia tahu senyumnya yang satu itu akan meringankan beban pikiranku. Setidaknya, dia berhasil mengalihkan pikiranku dan sanggup membuatku memikirkan betapa menyebalkannya dia.
Aku bergeser maju saat dia ikut masuk ke dalam bath tub, lalu bergeser mundur kembali untuk menyandarkan tubuhku padanya. Dia memelukku dengan erat dan mengecup dahiku.
"Sekarang aku tau kamu nyebelin karena emang sengaja." ujarku sambil mencubit pipinya pelan.
"Pinter." ujarnya sambil mengelus ujung rambut di bahuku.
"Aku ga keberatan kamu nyebelin, tapi jangan keseringan."
Astro hanya menggumam sambil mengecup pipiku, lalu hening di antara kami.
Aku hampir saja tertidur saat mendengar ketukan pintu. Aku menoleh pada Astro yang bangkit dan mengamit handuk kimono sebelum ke luar. Dia menutup pintunya, padahal dia tak pernah menutup pintu kamar mandi saat kami hanya sedang berdua.
Aku bangkit dari bath tub dan membilas tubuhku dengan shower, lalu memakai handuk kimono dan keluar kamar mandi sambil mengusap rambutku dengan handuk yang lain. Aku baru saja akan mengintip siapa yang datang saat Astro menutup pintu kamar.
"Siapa?" aku bertanya.
"Bu Lia. Aku minta dia nunggu di bawah sama Jian."
"Mau ngapain?" aku bertanya tanpa minat. Entah apakah aku yang sudah merasa cukup untuk berurusan dengannya hari ini, tapi aku merasa enggan untuk menemuinya lagi.
Astro mengangkat bahu dan mengelus wajahku, "Kamu mau ikut?"
Aku berpikir dalam diam. Aku tak ingin bertemu dengannya lagi. Terlebih, aku tak ingin mengacaukan pembicaraan mereka. Apapun itu.
"Aku mau kamu ikut." ujarnya dengan tatapan tenang.
"Kenapa aku harus ikut?"
"Ada yang mau aku pastiin."
Aku menatapnya dalam diam selama beberapa lama. Dia sudah mengatakan hal itu kemarin. Kurasa alih-alih memastikan tentang Bu Kamalia, sepertinya yang ingin dia pastikan adalah reaksiku. Andai dugaanku benar, bagaimana reaksi yang sebetulnya dia inginkan? Atau ... dia butuhkan.
Aku mengangguk tanpa mengatakan apapun. Kurasa aku akan tahu jika aku mengikuti rencananya.
Astro memelukku dan mengecup puncak kepalaku,lalu melepasku. Kami berganti pakaian dalam diam. Dia sempat membantuku mengeringkan rambut dengan hair dryer sebelum keluar kamar dan turun ke kamar Jian.
Jian dan Bu Lia menatap kami saat kami menuruni tangga. Mereka sedang duduk di kursi yang diletakkan di depan kamar.
"Mau ngobrol di dalem aja?" Jian bertanya.
Astro hanya mengangguk, lalu kami masuk ke kamar Jian yang terlihat sama persis seperti kamar kami. Kecuali barang-barang pribadi kami yang pasti berbeda. Namun kamar ini jauh lebih rapi dibanding kamar kami.
Aku, Astro dan Bu Lia duduk mengintari meja makan dan saling menatap dalam diam. Jian memilih menjaga jarak dari kami dan kembali keluar kamar sambil menutup pintu. Aku tahu dia akan memberikan privasi bagi kami.
Aku tak merasa sungkan atau tak enak hati pada perempuan di hadapanku ini. Pun tidak menganggapnya perlu kuajak bicara lebih dulu. Padahal biasanya aku akan menunjukkan sikap sopan santun pada siapapun yang berusia lebih tua dariku. Entah kenapa padanya, aku merasa sikap itu tak perlu.
"Ibu mau bahas soal Zia?" Astro yang mulai membuka suara untuk menghilangkan hening di antara kami.
Bu Lia mengangguk dengan gusar. Tatapan matanya masih menunjukkan jarak pada kami hingga aku merasa heran. Sebetulnya dia tak perlu melakukan hal ini jika dia tak menginginkannya, bukan?
"Zia sakit. Dia lemah dari masih bayi. Emosinya cepet banget berubah." ujar Bu Lia, lalu dia terdiam hingga hening kembali di antara kami.
"Ibu pasti repot banget." ujar Astro, yang membuatku menoleh padanya. Mungkin dia sengaja mengatakannya karena Bu Lia tak juga melanjutkan kalimatnya.
Entah bagaimana, Bu Lia tiba-tiba terlihat frustasi. Sepertinya dia ingin menangis, tapi dia menahannya. Aku juga sempat mengira dia akan berteriak, tapi dia hanya diam dan menatap kami dengan canggung.
"Nama saya Ralia Kusuma. Saya kakak Kamalia. Zia ... anaknya adik saya, Kamalia." ujar Bu Lia ragu-ragu. Dia terdiam sesaat sebelum melanjutkan kalimatnya. "Zia bener, Kamalia ada di Italia. Dia kirim surat dan uang setiap bulan. Dan ... lahan yang kalian sebut mungkin emang punya Kamalia. Saya denger kabar tahun lalu ada yang bikin resort di area lahan punya Kamalia. Mungkin itu punya kalian?"
Astro terdiam sesaat, lalu mengeluarkan handphone miliknya. Dia membuka aplikasi peta dan menunjukkan di mana resortnya berada, juga lahan yang ingin dia beli.
"Lahan ini bener milik adik Ibu?" Astro bertanya.
Bu Lia hanya mengangguk. Namun dia terlihat sedang berpikir keras, lama sekali. Hingga hening kembali di antara kami.
"Kamu bisa ubah rencana denahnya aja kalau emang lahannya ga dijual." ujarku sambil menatap Astro lekat.
Astro menoleh padaku dan tersenyum lembut, "Kamu bener."
"Trus masalahnya apa?" aku bertanya sambil menatapnya kesal.
Astro mengabaikanku dan mengalihkan tatapannya kembali pada Bu Lia, "Ibu kenal laki-laki yang namanya Dewanto?"
Tiba-tiba saja terasa ada sesuatu menyengat hatiku. Kenapa Astro bertanya seperti itu? Apa hubungannya dengan opaku?
Aku menoleh pada Bu Lia dan menatapnya lekat. Aku tak ingin melepaskan satu ekspresi pun yang mungkin saja menjelaskan semuanya, tapi dia terlihat sama bingungnya denganku.
"Kalau perempuan yang namanya Sagenah?" Astro bertanya.
"Sagenah?" Bu Lia bertanya.
Astro hanya mengangguk.
"Ibu kenal omaku?" aku bertanya.
Tiba-tiba Bu Lia menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti. Entah kenapa dia terlihat seperti ingin menangis. Astaga ... ada apa dengan semua ini?
"Saya bisa urus jual beli lahan itu besok kalau kalian mau. Lahan itu ada atas nama Zia sekarang. Kamalia yang ngubah kepemilikannya sebelum pindah ke Italia." ujarnya sambil mengalihkan tatapannya pada Astro dan menatapku lekat.
"Ibu belum jawab pertanyaanku. Ibu kenal omaku?" aku bertanya sambil memajukan tubuh lebih dekat dengan meja agar dia bisa melihatku dengan lebih baik.
Bu Lia menatapku dalam diam lama sekali sebelum bicara, "Kamu anaknya Ana."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-