Tersentuh
Tersentuh
Kalimat yang dilontarkan Bu Lia sesaat lalu adalah sebuah pernyataan, bukan pertanyaan. Tatapan matanya padaku terlihat sendu, juga rindu. Entah bagaimana aku harus menanggapinya saat ini.
Bu Lia menyandarkan tubuh pada punggung kursi dan menghela napas. Dia menatapku lekat, seolah sedang mengamati sesuatu yang mungkin terlewat olehnya. Mungkin juga, dia sedang mencari sesuatu yang lama tak dilihatnya lagi.
"Ana yang bantu-bantu saya nikah dulu." ujar Bu Lia lirih.
Entah kenapa terasa ada sesuatu yang sejuk mengalir di setiap nadi di tubuhku. Kelegaan merayapi setiap udara yang masuk ke dalam rongga hidungku. Bahkan entah kenapa terasa seperti aku baru saja menemukan sesuatu yang tak berwujud.
Ibu pernah bercerita padaku tentang ramuan penambah stamina yang Ibu minum saat menemani Ayah. Ramuan yang sama yang Ibu berikan pada Astro. Ibu berkata, ramuan itu didapatkan dari Bunda karena Bunda mengenal seseorang yang akan menikah, yang entah siapa. Mungkin orang itu adalah perempuan yang sedang duduk di hadapanku.
"Saya nikah lebih dari dua puluh tahun yang lalu." ujar Bu Lia dengan raut sedih yang jelas sekali. Namun tiba-tiba tatapannya berubah menjadi lebih mantap. "Saya kenal bu Sagenah. Bu Sagenah yang bantu Zia dapet perawatan intensif bertahun-tahun lalu. Dulu ... Zia sempet mau bunuh diri. Zia lompat dari lantai dua bangunan cottage yang belum jadi. Rumah sakit di area sini ga bisa nanganin jadi kita bawa ke Semarang.
"Zia patah tulang tangan, juga ada beberapa rusuk yabg retak. Ada pendarahan di otak, tapi berhasil ditangani karena bu Sagenah bantu Zia. Padahal bu Sagenah ga kenal kita sama sekali." ujar Bu Lia dengan tatapan mengawang ke ujung pandangannya. "Saya baru tau Bu Sagenah mamanya Ana setelah Bu Sagenah kasih liat foto Ana. Bu Sagenah bilang, andai anaknya masih ada mungkin ..."
Bu Lia mulai terisak dan menangis tertahan. Entah kenapa aku tak merasa iba dengannya. Apakah aku berubah menjadi orang jahat? Kenapa aku menjadi sangat tega?
Bu Lia terlihat sedang mengumpulkan kalimat untuk terus bicara, "Saya pengen cerita soal Ana, tapi suami bu Sagenah manggil saya dan kita ngobrol berdua. Saya ga tau siapa namanya. Apa itu pak Dewanto yang kamu sebut tadi?"
Astro hanya mengangguk.
Bu Lia mengangguk, "Saya ga tau kenapa semua ini bisa kebetulan, tapi kalau kalian mau lahan itu, saya bisa urus semua proses jual belinya besok."
Begitu naif. Aku sudah tahu sejak lama bahwa tak ada kebetulan yang terjadi di dunia ini. Aku bahkan sudah bertanya-tanya kenapa aku bertemu dengannya sejak pagi, walau Bu Lia bersi keras memberi jarak pada kami.
"Apa yang Opa obrolin sama Ibu?" aku bertanya.
Bu Lia menatapku lekat, "Beliau yang bayar semua pengobatan Zia sampai sembuh. Dengan syarat ... saya jaga Zia baik-baik."
Terasa ada aliran dingin menjalari tengkukku. Aku tahu bagaimana Bu Lia kesulitan menjaga Zia. Apakah sekarang Bu Lia sedang merasa bersalah? Tatapannya terlihat mengawang jauh sekali.
"Bu Sagenah sama pak Dewanto ga pernah ketemu kita lagi setelah itu. Kita cuma ketemu satu kali, tapi selalu ada orang yang dateng ke rumah sakit setiap minggu. Namanya Bruce. Dia yang ngurus semua biaya pengobatan Zia sampai sembuh. Kadang nemenin Zia main karena Zia masih kecil waktu itu." ujar Bu Lia.
Entah kenapa aku tak terkejut mendengarnya. Kurasa aku memang harus mencari cara untuk mengorek informasi dari Pak Bruce nanti. Jika dugaanku benar, sebetulnya Opa tahu ke mana Bunda pergi menyembunyikan diri. Mungkin Opa mengetahuinya bertahun-tahun setelah Bunda kembali.
Aku menoleh untuk menatap Astro. Dari mana dia tahu Bu Lia mengenal bundaku?
Astro menggenggam tanganku dan mengecupnya, "Thank you, Honey."
Kenapa pula dia berterimakasih padaku?
"Saya masih simpen tenun buatan Ana. Kalau ... Faza mau. Saya bisa ambil di rumah." ujar Bu Lia tiba-tiba.
Aku menoleh dan menatapnya dalam diam. Aku sama sekali tak tahu bundaku bisa menenun. Bunda memang pernah membawaku ke museum tekstil, tapi tak pernah membicarakan apapun tentang kemungkinan Bunda bisa menenun sesuatu.
"Berapa lama bundaku sama Ibu?" aku bertanya karena aku penasaran sekali.
"Cuma dua minggu. Ana bilang dia mau pergi ke Flores." ujar Bu Lia.
"Ibu tau bundaku mau ngapain ke sana?"
Bu Lia menggeleng, "Ana cuma bilang begitu. Sorenya dia langsung pergi."
Dan aku kehilangan jejak bundaku lagi. Tunggu sebentar ... kurasa tidak.
Aku menoleh untuk menatap Astro, "Kapan kita bisa ketemu Ayah?"
"Bulan depan, Honey."
Sepertinya aku harus bersabar. Maka aku mengangguk dalam diam.
"Dua minggu lagi." ujar Astro dengan senyum lembut yang menghiasi bibirnya. Senyumnya menjalar padaku hingga aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku.
"Ana pernah cerita tentang Abbas. Apa mereka nikah?" tiba-tiba saja Bu Lia bertanya.
Aku menatapnya lekat dan mengangguk, "Abbas ayahku. Aku punya dua adik. Fara sama Danar, tapi mereka semua meninggal karena kecelakaan. Ayahku juga."
Seperti ada sesuatu tak terlihat yang membuat Bu Lia menghentikan apapun yang hampir keluar dari bibirnya. Sekarang dia sedang menatapku dengan tatapan yang sulit kumengerti.
"Boleh tau apa aja yang Ibu tau tentang bundaku? Atau apa aja yang bundaku ceritain ke Ibu?"
Bu Lia menggeleng perlahan, "Ana ga pernah cerita tentang dirinya sendiri. Ana cuma sekali nyebut nama Abbas malam sebelum saya nikah. Saya langsung tau itu adalah laki-laki yang Ana suka."
Aku menatap Bu Lia dalam diam. Sepertinya dia mengatakan yang sejujurnya padaku hingga aku tak bisa bertanya apapun lagi mengenai bundaku padanya. Aku tahu betul sifat bunda. Bunda tak pernah merepotkan siapapun. Entah apakah itu adalah hasil didikan Opa, tapi bunda selalu bisa menyelesaikan semua pekerjaannya dengan baik.
Bunda tak pernah mengeluh walau hanya sedikit. Mungkin terkadang mengomel karena tingkahku, tapi bunda selalu kembali menjadi bunda baik hati dan lembut. Bunda selalu seperti itu.
"Ada yang lain yang kalian butuhin dari saya?" Bu Lia bertanya.
Aku hanya menggeleng, tapi Astro terlihat sedang berpikir dalam diam. Kurasa aku akan menunggu keputusannya.
"Kenapa bu Kamalia ke Italia?" Astro bertanya.
Bu Lia terdiam sesaat sebelum menjawab, "Kalian pasti ke rumah Jalu dulu sebelum ke sini kan? Zia itu anak Jalu, tapi Jalu ga pernah tau dia punya anak. Kamalia pergi dua bulan setelah nikah karena Kamalia ga tahan sama sikap kasar Jalu. Kamalia sengaja bikin gosip dia pergi karena jatuh cinta sama laki-laki lain."
Aku terdiam mendengarnya. Aku ingat betul sikap Pak Jalu kemarin saat kami datang ke rumahnya.
"Kamalia pindah ke Italia karena ga mau diganggu. Dia pergi setelah Zia umur dua tahun, pas Zia selesai disapih." ujar blBu Lia dengan tatapan yang lebih tenang. "Awalnya saya ga keberatan karena Kamalia selalu usahain pulang beberapa bulan sekali. Saya juga masih punya suami dan nganggep Zia anak sendiri, tapi sejak Zia mulai keliatan gampang berubah-ubah emosi, Kamalia ga pernah pulang lagi. Cuma surat dan uang yang sampai di rumah."
Tunggu sebentar....
"Suami Ibu ke mana?" aku bertanya.
"Dia nikah lagi karena saya mandul. Saya ga bisa ngasih anak buat dia." ujar Bu Lia dengan suara bergetar dan mata mulai berkaca-kaca. Namun entah bagaimana caranya, alir mata yang hampir tumpah tiba-tiba menghilang entah ke mana.
Kurasa aku baru menyadari, begitu tegar perempuan yang berada di hadapanku ini. Namun entah kenapa aku tak merasa tersentuh oleh sikapnya.
Bu Lia tiba-tiba bangkit, "Saya ambilin tenun buatan Ana di rumah. Kalian harus cepet pulang ke Surabaya kan? Tapi siapa yang ngurusin proses jual beli lahannya nanti?"
"Ada Eboth yang bantu Ibu ngurus itu. Nanti saya kenalin." ujar Astro.
Bu Lia hanya mengangguk sambil menatapku dengan tatapan yang entah apa artinya.
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-