Alarm
Alarm
Aku menatapnya tak percaya sambil mendengus pelan, "Buat apa kamu bikin kotak kayu kalau mau kamu tenggelemin di laut?"
Astro memberiku senyum menggodanya yang biasa dan mengelus puncak kepalaku, "Aku bercanda."
Aku memukul bahunya dengan kencang, "Nyebelin."
Alih-alih kesakitan dia justru meletakkan kotak berisi tombak di meja kecil di sebelah tempat tidur kami. Dia menarikku mendekat padanya dan memelukku erat di pangkuannya, "Something bothering you (Ada yang ganggu pikiran kamu)."
Kali ini dia tidak bertanya dan ini terasa berbeda. Sangat berbeda. Biasanya dia akan bertanya padaku dan membiarkanku menjawab apapun yang ingin dia ketahui.
Aku mendongkak untuk menatapnya. Aku baru saja akan berkata dia benar-benar berubah, tapi aku membatalkannya. Aku lah yang berkata akan tetap mencintainya walaupun dia berubah. Aku akan terkesan mudah berubah pikiran jika aku benar-benar mengatakannya. Lagi pula, aku memang mencintainya. Aku tak ingin dia meragukanku.
"Tadi Kak Sendy nelpon. Katanya Om Hubert cerita semuanya ke Om Hanum."
"Semuanya?" Astro bertanya dengan alis mengernyit mengganggu.
Aku mengangguk, "Katanya Om Hanum udah bilang ke Ayah soal itu. Kak Sendy cuma ga tau gimana reaksi Ayah."
Astro terlihat sedang berpikir panjang dan dalam. Entah apa yang di dalam otak briliannya sekarang. Aku ingin bertanya, tapi aku pasti mengganggunya. Kurasa aku akan menunggu dia yang memberitahukannya padaku lebih dulu.
Aku mengelus wajahnya dan menatapnya lekat. Tatapannya tak berubah, fokus dan tenang. Namun detakan jantungnya perlahan berubah, menjadi lebih kencang dan berangsur kembali seperti biasanya. Aku tahu dia sedang mengendalikan dirinya dengan baik.
Astro mengecup puncak kepalaku dan membiarkan bibirnya menempel di sana, "Nanti aku tanya ayah. Harusnya bukan masalah, om Hanum sahabat ayah dari aku belum lahir. Om Hanum pasti lebih milih bantu ayah dibanding bantu om Hubert."
Aku tahu Astro benar, tapi ...
"Aku khawatir Om Hubert pakai Om Hanum buat rencana tersembunyi. Om Hubert pasti tau Om Hanum deket sama Ayah kan." ujarku sambil menatap Astro yang sekarang sedang menatapku penuh minat. "Maksudku ... kita tau gimana Zenatta bisa manipulasi Angel dari dulu. Aku ga akan heran kalau Om Hubert pakai cara yang sama."
"Aku ngerti. Nanti aku bilang ayah soal itu, tapi kamu harus inget. Ayah ga bodoh, kamu tau?"
Aku hanya mengangguk. Aku tak akan meragukan kepintaran ayahnya hanya karena aku jarang berinteraksi dengannya. Perjalanan-perjalanan kami setiap Astro libur sekolah bertahun-tahun lalu sudah membuktikan betapa pintar ayahnya. Bahkan aku harus mengakui, ayahnya lebih pintar dibandingkan ayahku.
"Ada yang lain." ujar Astro tiba-tiba.
"Apanya yang lain?"
"Yang ganggu pikiran kamu."
Aku menggeleng pelan, "Kamu kan tau aku mikirin semuanya. Aku ga mau kamu ketularan pusing kalau kamu tau semua yang aku pikirin."
Astro menyentil dahiku pelan, "Cerita semuanya."
Laki-laki ini tetap saja menyebalkan walau sudah begitu banyak berubah. Hingga aku tak dapat menyembunyikan senyum di bibirku. Aku mengecup bibirnya, menjalar ke kedua pipinya, kedua matanya, hidungnya, dahinya, lalu kembali ke bibirnya.
"I love you."
Astro menatapku tak percaya, "Kamu kesambet ya?"
Aku tertawa, "Kesambet kamu."
Astro tersenyum lebar sekali. Entah kenapa tatapan matanya penuh binar. Seolah sedang mengatakan ini memang hal yang dia inginkan.
"Opa nginep di rumah peninggalan Kakek Indra waktu kamu nginep di rumah Opa waktu itu kan? Opa juga tinggal di sana waktu kecil dulu bareng Kakek Arya."
Astro hanya mengangguk.
"Kapan mau bawa aku ke sana?"
"Dua minggu lagi bisa kalau kamu mau. Nanti kita sesuaiin jadwal sama ayah. Kita punya janji sama ayah kan?"
Aku mengangguk, "Tapi aku mau ke galeri dulu. Kak Sendy minta aku lukis sesuatu."
"Mau ngelukis apa?"
Aku mengangkat bahu, "Belum tau. Aku mau selesaiin lukisan rumah peninggalan kakek Indra dulu."
Astro hanya mengangguk.
"Mm ... Om Hanum batalin permintaan buat aku jadi pengurus galeri di sini. Katanya buat kebaikan aku."
Astro terkejut, "Oh ya?"
Aku hanya mengangguk.
"Ga biasanya om Hanum lepasin orang yang punya bakat. Dia agak mirip sama Hendry."
Aku mencubit pipinya pelan, "Mirip kamu juga, kamu tau?"
Astro saja tersenyum lebar sekali. Namun senyumnya tiba-tiba lenyap, "Aku serius. Kalau om Hanum sampai batalin permintaannya berarti ada sesuatu. Galeri om Hanum walau keliatannya kayak galeri biasa, tapi punya pengamanan ketat sampai ga kedeteksi mata orang awam. Sendy ngasih kamu keamanan waktu ke pameran juga karena om Hanum punya keamanan yang bagus. Ada lebih dari seratus kamera di sana, ada alarm langsung ke kantor polisi, pasukan keamanannya juga profesional."
"Itu sebabnya kamu ngijinin aku ke pameran?"
Astro mengangguk dan mengelus wajahku, "Aku ga akan biarin kamu tanpa pengawalan. Aku emang ga nyangka kamu akan ketemu temen masa kecil kamu."
Aku memang sempat bertanya-tanya kenapa Astro mengijinkanku datang ke pameran Om Hanum berbulan-bulan yang lalu. Bukan mengijinkan. Lebih tepatnya, memaksaku untuk datang. Dia bahkan membiarkan Zen datang bersamaku. Walau kurasa aku mengerti kegelisahannya akan berkurang jika tahu aku dalam pengawasan yang baik.
"Trus kita mau simpen tombak itu di mana?" aku bertanya sambil mengalihkan tatapanku ke kotak kayu tertutup berisi tombak di atas meja kecil di samping tempat tidur kami.
"Kita buang aja ke hutan mangrove, gimana? Atau di hutan bambu deket sini?"
Aku memukul bahunya dengan kencang, "Itu warisan, Astro. Harus kamu jaga baik-baik, kamu tau?"
Astro menaikkan bahu, "Lebih bagus dibuang kan? Donny juga bilang gitu, kamu inget?"
Aku mengingat dengan jelas saat Donny berkata lebih baik Astro melenyapkan tombak itu dengan membuangnya di laut, tapi ... yang benar saja?
"Aku ... kalau kamu ga mau simpen, aku yang simpen." ujarku dengan kesal.
"Kenapa? Tombak itu udah bikin banyak masalah." ujarnya dengan tatapan tenang.
"Aku punya firasat. Kan kamu yang bilang firasatku bagus."
Astro menatapku dalam diam selama beberapa lama sebelum bicara, "Firasat apa?"
Aah bagaimana aku harus menjelaskannya padanya?
"Aku ... mm ... mimpi anak kecil. Banyak luka, badannya bau amis. Kamu tau kan siapa?"
Pupil matanya yang sedang menatapku terlihat membesar dan sedikit bergetar, "Kapan?"
"Waktu kamu nanya aneh-aneh di resort."
"Aneh-aneh?" dia bertanya dengan alis mengernyit mengganggu.
"Waktu kamu nanya apa ada yang berubah dariku. Waktu kamu nanya aku masih laper tau ga. Kamu inget?"
Astro tersenyum lebar sekali walau segera lenyap tanpa sisa, "Kamu ga takut?"
"Kenapa aku harus takut? Dia senyum kok."
"Sial. Dia pilih kasih."
Aku terkejut, "Maksud kamu?"
Astro menggeleng dengan gusar, "Kamu ga perlu tau. Bagus kalau kamu ga takut, aku udah khawatir."
Aku menatapnya tak percaya. Laki-laki yang berbulan-bulan lalu berkata dia tak percaya pada hal di luar nalar, baru saja mengakui dia sudah bertemu dengan sosok tak kasat mata jauh sebelum ini. Aku memang tak pernah bersentuhan dengan hal-hal semacam ini sebelumnya, tapi aku sudah mendapat banyak informasi tentang hal ini saat kasus Astro dan Dissa mencuat. Aku mencari tahu tentangnya karena Lyra berkata Dissa mengaku sudah diguna-guna.
Tunggu sebentar....
"Kapan kamu liat dia?"
Astro menatapku enggan, "Aku bisa liat dia dari dulu. Emang jarang. Cuma empat kali selama ini dan cuma di mimpi. Dulu dia pernah ngajak ngobrol, tapi nyebelin."
Aku terdiam sesaat sebelum bicara, "Kamu anak satu-satunya. Kamu pasti jadi pewaris."
"Makanya aku sebel kenapa aku ga punya adik. Kan dia jadi ngejar aku."
Aku hampir saja tertawa, "Kamu dikejar?"
"Ga usah dibahas."
"Dia ... nyata?" aku bertanya karena aku penasaran sekali.
"Aku ga tau. Aku ga mau tau, tapi kalau kamu bisa liat dia juga. Mungkin iya."
=======
Semoga readers sehat, lapang rejeki, selalu menemukan solusi terbaik apapun masalah yang sedang dihadapi dan bahagia bersama keluarga tersayang. Terima kasih banyak atas antusias kalian baca lanjutan novel Penikmat Senja -Twilight Connoisseurs-
Kalian bisa add akun FB ku : nou
Atau follow akun IG @nouveliezte
Akan ada banyak spoiler bertebaran di dua akun di atas, jadi kalian bisa follow nou di sana yaa..
Dukung nou dengan vote powerstone & gift setiap hari, juga tulis komentar & review tentang kesan kalian setelah baca novel ini. Luv u all..
Regards,
-nou-